Pembangunan ekonomi dgn ambisi, yg terlibat dlm tata cara pendidikan & kesehatan di Pontianak, khususnya pada universitas, sudah menjadi catatan kepada eksistensi kota & manusianya, belum baik.
Pada pembangunan insan & ekonomi budaya, yg turut dinamis terjadi, & bermula pada perdagangan Tionghoa perkotaan jangka waktu 1940an – 2008, menjadi awal moralitas & pengetahuan di Indonesia.
Seksualitas, diciptakan selaku permulaan karena hasil pembuangan yg tak menjadi apa – apa di Pontianak – Desa, utamanya dgn mutu pendidikan kedokteran yg rendah mutu, & kelas sosial pedesaan, serta lainnya dgn permulaan pembangunan ekonomi Tionghoa 1999 – 2011.
Pada tahun 2008 tatkala ekonomi berkembang di Ibukota Jakarta, dgn pertentangan etnik & sosial, serta agama maka mereka berurbansiasi, & dikasihani oleh pihak gereja Nasrani, & Kristen di Pontianak.
Ragam budaya, dgn kepentingan ekonomi politik, menjadi permulaan dr setiap kebijakan yg disangka untuk membuat kondisi tak kondusif dr ruang pekerjaan saya, akan sangat menarik sekali sampai ketika ini, begitu pula dgn upah pekerja rendah di Pontianak 1990an – 2008.
Ekonomi sosial yg diciptakan mereka, dr hasil pembangunan di penduduk , & birokrasi di Kalimantan Barat, terutama bagi setiap yg naik Gubernur pada tahun 1960an Oevang Oeray, pada konflik etnik & agama, yg berasal dr suku & budaya mereka hidup yg ingin berkuasa di Kalimantan Barat.
Temuan menarik ialah tatkala mereka hidup pada duit Indonesia, bagaimana mereka bekerja, & membuat banyak sekali kepentingan & keperluan dr penduduk pedesaan, dimulai dr sekolah, kesehatan & politik di Kalimantan, & infrastruktur selaku dulungan terhadap pembangunan nasional di Indonesia.
Catatan tersebut menjadi permulaan dr kehidupan pendidikan mereka sebagai orang buangan di Ibukota Jakarta, hal ini dapat dikenali banyak sekali data penduduk, & KTP yg tertera dr ketidaksenangan manusia di Pontianak, serta ekonomi pembangunan hal ini ditemui dr kepentingan ekonomi urbanisasi sebelumnya & jual beli pedesaan penduduk Tionghoa Hakka di sini.
Keberadaan penduduk Tionghoa Lai Pontianak (notaris), Indonesia, dapat dikenali dgn adanya perusakan konsumsi (kuliner) pada Negara belahan, yg memang menjadi catatan kepada kesalahan sejarah hidupnya sendiri di Pontianak pada orang pribumi disini, memungkinkan ada konflik ekonomi sosial, & lainnya.
Hal ini pastinya menjadi permulaan dr peradaban orang Jawa (buangan) & Tionghoa di pedesaan Pontianak – pedesaan, & pula keterlibatan para imam di Indonesia, & politisi (petugas partai politik PDI Perjuangan). Perusakan mental, keuangan & ekonomi ritel dibangun pada seksualitas kota Pontianak.
Yang sudah menjadi catatan terhadap upaya insan, pada metode Negara yg berbeda pada ekonomi asing, & pemerintah lokal – Nasional terhadap upaya insan untuk bertahan hidup. Informasi ini tentunya menjadi temuan tatkala aku berada keadaan rill dlm sebuah organisasi keagamaan katolik — Kristen disini.
Seperti gunung kudus yg habis dirampok oleh maling mengenai pertentangan dimasa kemudian pada tahun 1940an di Pemangkat sekitarnya, & bencana yg terjadi tak berbeda jauh mirip terjadi di Kalimantan Barat pada mereka yaitu orang setempat, cuma cara beragama ada yg memanfaatkan kondisi tersebut.
Ketelanjangan menjadi awal dr mereka terjadi dgn adanya pemerasaan kaum, isu yg hendak pada tata cara pertanahan yg di persiapkan dlm pembangunan Pontianak – pedesaan sudah dinamis berganti.
Maka dengan-cara kolektif menyerang, & lainnya menjadi masuk akal dr setiap penggunaan bahasa, ekonomi, politik organisasi & keluarga. Moralitas hilang pada Adat Tionghoa – Pribumi dgn adanya tata cara ekonomi yg dibuat di Pontianak, akan sungguh berlawanan pada ekonomi Barat.
Apa yg dihasilkan & di tinggalkan pada warisan, umumnya seperti itu, utamanya pada rumah sakit, kebijakaan, & pendidikan di Keuskupan Agung Pontianak (swasta – negeri). Tempat mereka melakukan pekerjaan , dr hasil seksualitas. Setelah tamat menerima yg diraih, dr moralitas hilang pada kebijakan masing – masing pembangunan dr para guru, dr numpang hidup (univeristas Tangpura), pekerjaan orangtua mereka, & pedesaan.
Maka terperinci bagaimana Tionghoa – kedokteran di Pontianak & Kristen (orang) di MRPD, rendah penanganannya & biaya terjadi pada tahun 2000, yg menetralisir nyawa manusia (Orde Baru), Rumah sakit Antonius – Penjara usang di Pontianak.
Hidup dlm ekonomi perdagangan yg dikonsumsi, penggunaan transportasi terutama jalur air sebelumnya (sungai – darat), & konsumsi kuliner. Begitu pula keterlibatan para imam (dimanfaatkan atau tak berdasarkan imam), menurut aku bahwa mereka telanjang dihadapan saya.
Sederhana saja, berpikirnya pada sistem perdagangan ekonomi hulu – hilir, lewat jalur sungai & hasil hutan di sini lewat perampasan & jual beli di masa kemudian kolonial terjadi 1967 – 1999 kerusuhan & krisis ekonomi, & pelabuhan di sungai kunyi, panyai kijing dibangunan oleh presiden ke 7 Indonesia.
Dengan kepentingan pedesaan ekonomi politik, pendidikan & kesehatan di Keuskupan Agung Di Kalimantan Barat, & birokrasi khususnya pada pekerjaan orangtua & tak berkeluarga mereka. Perusakaan seksualitas & moralitas & pedesaan mampu diketahui tatkala mereka hidup di pedesaan, menurut dosa asal di masa kemudian budha – konghucu.
Yang pas – pasan pada pendatang berurbansiasi pada ekonomi, itu asal dr pembentukan kota – Desa Pontianak pada sesudah kemerdekaan – mental hingga dikala ini. & ilmu pengetahuan, untuk masuk pada kelas sosial, tanpa menyadari persoalan ekonomi keluarga, & keperluan.
Pertobatan menjadi permulaan bagi mereka di Pontianak yg tinggal dgn rencana kehidupan & agama & penyebaran agama & misi di Indonesia, serta seksualitas (rumah tangga), menjadi budaya pertentangan antara ketidaksenangan, & ekonomi, serta teror ringan.
Dalam metode agama Islam, kristen & katolik di Indonesia mulanya, bisa lewat pendidikan, & kesehatan alasannya adalah kepentingan politik, & kebijakan yg saling menyerang dengan-cara kolektif, & penyebaran agama sebelumnya, dikenali dgn adanya kasus insan, sampai tak diduga selaku agresi kekerasan yg terjadi.