Berbagai resistensi yg dibuat, dgn berbagai organisasi yg dibentuk dgn pembelaan yg sesuai dgn aturan & hak penduduk budpekerti, tetapi ada banyaknya suku akhlak Batak & Dayak di Kalimantan Barat, tak beradat sesuai dgn apa yg direncanakan banyak sekali korelasi kepentingan politik & ekonomi mereka.
Berbagai hal diangkat sebagai informasi, & pembelakaan termasuk masalah pendidikan & kesehatan, itu Batak Sihombing atau Silaban, ujung-ujungnya ingin mengakses sumber ekonomi politik penduduk etniks Tionghoa, & Jawa.
Dengan budaya orang Jawa yg berkaitan dgn budaya ongkang kaki, hal ini terbukti dgn adanya koalisi faktor kesehatan & pendidikan yg diciptakan pada masa Gubernur Kalimantan Barat pada tahun 2007an berjalan.
Hal ini terperinci, bahwa strategi bertarung mereka pada masa Belanda, & melibatkan Orang Jawa Nugroho (medis) pendamping, pada partai PDI Perjuangan selama kepemimpinannya, Bagaimana dgn seksualitas yg mereka terapkan untuk mengakses ekonomi politik, pastinya marga Batak Sihombing sering ke warung kopi & ke lapo babi untuk menciptakan situasi menegangkan di penduduk , ulah mereka sangat singkat koordinasi dgn pro pada mereka, tergolong kepolisian.
Pernah tatkala itu, pada masa krisis ekonomi berlangsung di Kalimantanta Barat pada tahun 1990an sampai 2000an, bagaimana menerapkan pada faktor konsumsi yg dibuat oleh Orang Melayu kini sudah menjadi (RT), dgn melemparkan hasil kuliner mirip beras di halaman rumah tatkala itu, & pula Orang Batak Siregar & Silaban (Sihombing & keluarga) melaksanakan aksinya.
Berlanjut pada masa itu, bagaimana gereja MRPD Pancasila, & Katedral, Pontianak mengenali mereka dgn faktor konflik sosial mereka ciptakan dlm hal ini, dapat dipahami bagaimana mereka berpindah-pindah untuk bertahan juga, dgn aneka macam faktor kehidupan mereka kini. Perbuatan mereka itu, membuat banyak sekali persoalan demokrasi kian panas di pada Rakyat Indonesia.
Berbagai persepsi politik yg berjalan, serta mengambilalih aspek pendidikan & kesehatan yg dibuat oleh sekelompok orang Dayak & Orang Batak di Kalimantan Barat. Siapakah mereka, hanya orang kepala suku, dgn menggandeng orang Jawa selaku kepentingan biologis & berlindung pada profesi & rumah sakit Kesultanan Melayu & Kampus Universitas Tanjung Pura (PDI Perjuangan) untuk menutupi planning mereka yg terjadi.
Serta berlanjut mampu untuk hidup dgn hasil politik seksualitas, & pendidikan seksualitas muncul dr hasil ciptaan dr kolega Marga Batak Sihombing, (Jawa) & Orang Dayak Jawa (Yogyakarta, PDI Perjuangan – Arizona) pada lingkungan pendidikan Perguruan Tinggi, Pontianak, Kalimantan Barat & Demokrasi selama lima tahun yg dibangun memungkinkan.
Untuk memperbaiki dilema pendidikan dimasa lalu mereka sebagai perusak pendidikan, & kini pada faktor kesehatan, dgn melibatkan Orang Tionghoa di lingkungan tersebut, & membuat pertentangan sosial di masyarakat, & di lingkungan pendidikan, & pemerintahan.
Tempat kelahiran mereka berpindah-pindah diberbagai wilayah yg ada di Indonesia, mampu di Jawa, & Sumatera, begitu juga di DKI Jakarta, dimana-mana mereka meninggalkan sisi jelek mereka dlm kehidupan bermasyarakat, & beragama menurut kepercayaan suku Masyarakat Adat.