Teori Konflik dalam Sosiologi

Dalam kehidupan insan senantiasa mengalami fase yg panjang & berlawanan tiap tingkatannya. Manusia meningkat & tumbuh dgn banyak sejarah dlm kehidupannya sesuai dgn jenis kepribadian manusia itu sendiri.

Setiap kehidupan insan tentu saja tak akan pernah lepas dr peritiwa yg telah terjadi baik itu ialah kebahagiaan maupun kesedihan.

Akan namun, di balik semua insiden yg menjadi sejarah tiap insan dlm kehidupannya, terciptalah konflik yg bermula dr keinginan insan & harapan insan yg belum bisa tercapai & bikin sulit dlm menerima keadaan & realita dalamhidupnya.

Konflik yg tercipta bukan cuma terjadi pada diri manusia itu sendiri, akan namun dapat terjadi dgn orang lain sehingga membuat jalan kehidupannya tak berjalan dgn tanpa gangguan & baik.

Konflik menjadi cuilan dr kehidupan manusia. Orang hidup dlm masyarakat dimana  struktur yg mengontrol munculnya tatanan sosial yg kompleks dlm penduduk itu sendiri bikin orang tak lepas dr konflik.

Selain itu, interaksi sosial yg berlangsung di masyarakat pula menyebabkan pertentangan. Interaksi di dalamnya pula ditentukan oleh struktur sosial yg menertibkan sikap & mempengaruhi serta membentuk kepribadian seseorang. Ringkasnya, interaksi sosial yg diputuskan oleh struktur sosial  menjadikan pertentangan dan  membentuk kepribadian insan.

Selain itu, dlm sosiologi terdapat unsur relasi masyarakat dgn antarindividu disebut interaksi sosial. Dalam sosial pula banyak terjadi pertentangan.

Konflik sosial terjadi tatkala perbedaan antara individu & kalangan dlm penduduk tak dapat dinetralisir atau diselesaikan. Konflik sosial tak terjadi dgn sendirinya. Penyebab utama konflik sosial yakni perbedaan sosial, tetapi banyak faktor yg dapat terlibat.

Setidaknya ada empat faktor utama yg sering menjadikan pertentangan sosial. Keempatnya yakni: Perbedaan antar individu. Perbedaan budaya & latar belakang individu atau kalangan.

Perbedaan kepentingan, & perubahan sosial yang  cepat. Selain itu, masih banyak faktor lain yg dapat menimbulkan terjadinya pertentangan sosial.

Oleh karena itu, banyak perhatian diberikan pada pertentangan sosial dlm penelitian sosiologi, dan  apa yg disebut teori pertentangan muncul. Berikut ini ialah teladan teori konflik oleh banyak sosiolog. Disimak yaa!

Teori Konflik dlm Sosiologi menurut para Ahli

Teori pertentangan meningkat selaku reaksi kepada teori fungsionalisme struktural. Teori pertentangan berakar pada tradisi Marxis. Teori pertentangan menganggap hubungan sosial dalam  metode sosial sebagai konflik kepentingan.

  √ Kamus Istilah Sosiologi Beserta Artinya

Setiap kalangan atau kelas mempunyai minat yg berlainan-beda. Ada beberapa argumentasi untuk perbedaan minat ini. Pertama, orang memiliki pandangan subjektif tentang dunia. Kedua, kekerabatan sosial ialah kekerabatan yg saling mempengaruhi, atau korelasi di mana orang menghipnotis orang lain.

Ketiga, pengaruh dr efek  tersebut yakni kemungkinan terjadinya pertentangan interpersonal. Oleh lantaran itu, kelas sosial mengandung kekerabatan yg saling berlawanan. Berikut yakni beberapa teori konflik menurut para andal. Simak penjelasan di bawah ini.

  • Teori konflik menurut Karl Marx

Karl
Marx sering  menjadi protagonis dari
banyak sekali perdebatan terkait teori konflik sosial. Karl Marx melihat teori
pertentangan sebagai  bentuk usaha kelas.
Dari sudut pandang ini, ia memperkenalkan rancangan struktur kelas dalam
penduduk .

Teori
Marx menyaksikan masyarakat selaku tempat ketimpangan  yg dapat menimbulkan konflik & perubahan
sosial. Marx menyaksikan konflik sosial dlm kaitannya dgn eksistensi kelompok
kekuasaan & otoritas. Dalam teori Marx, perjuangan kelas disebabkan oleh
konflik  kepentingan ekonomi.

Karl Marx menyaksikan pertentangan sebagai sisi lain dr sudut pandang  ekonominya. Hal ini mampu dilihat dr teorinya, misalnya nilai kerja. Menurut Marx, penggunaan tenaga kerja manusia merupakan hasil transformasi dr semua sumber nilai (Collins, Th-.53).

Selain itu,  karyanya yg lain, Das Kapital, menunjukkan bahwa kapitalisme pada alhasil akan runtuh, meskipun menggunakan alat bikinan yg berlainan.

Masih dr perspektif konflik Marx, ia berbagi teori pertentangan dgn memakai beberapa desain: kelas sosial, pergantian sosial, kekuasaan, & gagasan negara di mana konsep-konsep ini saling berkelanjutan.

Selalu ada konflik  antara mereka yg memiliki & menguasai alat-alat produksi, mirip masyarakat kapitalis, & mereka yg tidak, yakni borjuis & proletar.

Tentu saja, jika borjuasi mampu mempunyai & menguasai alat-alat bikinan, ada tanda-tanda legalitas atau  kepemilikan yg sah yg diberikan oleh negara, karena itu pula menguntungkan negara. Oleh karena itu, borjuasi mempunyai kekuatan untuk menentukan apa yang  diproduksi.

Menurut Marx, hukum dlm konteks ini  lebih berpihak pada borjuasi ketimbang proletariat. Baginya, negara adalah komite eksekutif borjuasi (Cuff & Payne, 1984: 92). Selain itu, terdapat hierarki antara borjuasi & proletariat, membentuk kelas sosial yg mendukung  pergeseran tata cara sosial yg rawan pertentangan.

Marx membagi kelas-kelas sosial ini menjadi kelas-kelas yg mempunyai kepentingan tertentu & kelas-kelas yg ingin mengganti tata cara sosial.

Selain itu, setidaknya ada empat konsep dasar dlm teori ini. Struktur kelas dlm masyarakat. Manfaat ekonomi yg saling bertentangan  antara kelas yg berbeda.

Kelas ekonomi memiliki dampak yg besar  kepada gaya hidup seseorang. Dampak perjuangan kelas kepada perubahan struktur sosial. Mengikuti penjelasan Novri Susan dlm Sociology of Conflict: Theory and Analysis (2009, hlm. 22), perjuangan kelas Marx disebabkan oleh perbedaan  sumber kekuasaan, akses modal. Dalam penduduk kapitalis, ia menciptakan dua kelas yg berlawanan: borjuasi & proletariat.

  • Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Menurut Ralf Dahrendorf, konflik cuma terjadi lewat hubungan sosial di dlm metode. Oleh karena itu, orang atau golongan yg tak terhubung dgn sistem tak akan terlibat dlm pertentangan. Dalam teori Dahrendorf, kekerabatan struktural sosial diputuskan oleh kekuasaan (Novri Susan, 2009, p.39).

Kekuasaan yg dimaksud Dahrendorf yakni kekuasaan  kendali & sanksi, yg memungkinkan pemegang kekuasaan mengeluarkan perintah & memakai mereka yg tak mempunyai kekuasaan.

Dalam
pandangan Darrendorf, pertentangan kepentingan dlm relasi antara kekuatan tidak
mampu dikesampingkan. Dahrendorf mulanya merumuskan teori konflik selaku teori
parsial  untuk menganalisis fenomena
sosial. Dan Dahrendorf melihat penduduk sebagai dua faktor yg berlainan:
pertentangan & kerjasama.

Berdasarkan pemikiran ini, Dahrendorf menganalisis pertentangan sosial dlm kerangka sosiologi fungsionalis struktural untuk menyempurnakan teorinya. ia pula mengadopsi teori usaha kelas Marx untuk memutuskan teori kelas & perjuangan kelas dlm penduduk industri.

Delendorff menggabungkan pemikiran fungsional perihal struktur & fungsi masyarakat dgn teori konflik antar kelas sosial. Selain itu, Derendorf menyaksikan penduduk   berubah lewat pertentangan sosial, bukan statis.Kemajuan teknologi & pengalaman ilmu 

  • Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Menurut Ralf Dahrendorf, konflik hanya terjadi melalui korelasi sosial di dlm metode. Oleh lantaran itu, orang atau golongan yg tak terhubung dgn tata cara tak akan terlibat dlm konflik. Dalam teori Dahrendorf, kekerabatan struktural sosial diputuskan oleh kekuasaan (Novri Susan, 2009, p.39).

Kekuasaan yg dimaksud Dahrendorf adalah kekuasaan  kontrol & hukuman, yg memungkinkan pemegang kekuasaan mengeluarkan perintah & memakai mereka yg tak mempunyai kekuasaan.

Dalam
persepsi Darrendorf, pertentangan kepentingan dlm korelasi antara kekuatan tidak
dapat dihindari. Dahrendorf mulanya merumuskan teori konflik sebagai teori
parsial  untuk menganalisis fenomena
sosial. Dan Dahrendorf menyaksikan penduduk selaku dua faktor yg berlainan:
konflik & kerjasama.

Berdasarkan pemikiran ini, Dahrendorf menganalisis pertentangan sosial dlm kerangka sosiologi fungsionalis struktural untuk menyempurnakan teorinya. ia pula mengadopsi teori usaha kelas Marx untuk memutuskan teori kelas & perjuangan kelas dlm penduduk industri.

  Teori Pertukaran Sosial George C. Homans

Delendorff memadukan pemikiran fungsional tentang struktur & fungsi masyarakat dgn teori konflik antar kelas sosial. Selain itu, Derendorf menyaksikan masyarakat  berubah lewat pertentangan sosial, bukan statis.Kemajuan teknologi & pengalaman ilmu 

  • Teori Konflik menurut Weber

Berbeda dgn Karl Marx & Ralf Dahrendorf, Weber menyaksikan fenomena pertentangan dengan-cara lebih rasional. Weber membagi rasionalitas menjadi empat jenis. Yaitu, pertama-tama, rasionalitas mudah yg terdiri dr menyaksikan & menilai kegiatan sosial dlm konteks keegoisan dengan-cara mudah & egois.

Kedua, rasionalitas teoritis yg bermaksud untuk lebih memahami  realitas yg ada. Ketiga, rasionalitas isi, termasuk cara meraih tujuan. Keempat, rasionalitas formal untuk menghitung bagaimana meraih tujuan.

Selain  rasionalitas, Weber pula mengkaji fenomena pertentangan dlm kajian deterministik ekonomi & stratifikasi sosial, yg membaginya ke dlm kelas, posisi, & partai. Dimana mereka semua saling mempengaruhi. Cuff & Payne (1984: 96) menyampaikan pada Weber  bahwa posisi Marx  menekankan bahwa pergantian membutuhkan tindakan sosial.

Dalam hal ini, Weber tergugah untuk mencari tahu tindakan apa yg paling sempurna untuk membuat perbedaan. Dalam karyanya, Etika Protestan & Semangat Kapitalisme, ia meneliti bagaimana  kapitalisme dimulai di negara-negara Barat & berkembang pesat untuk anutan Calvinisme.

  • Teori Konflik Lewis A. Coser

Lewis Coser
yakin bahwa konflik mempunyai fungsi positif kalau dapat dikontrol dan
diartikulasikan dgn baik. Sosiologi Konflik Luis Coser mensugesti
sosiologi pertentangan mudah atau interdisipliner yg digunakan untuk mengurus
pertentangan dlm bisnis & organisasi terbaru yang lain (Novri Susan, 2009, p.46).

Teori Konflik
Lewis A. Coser menganggap sistem sosial itu fungsional. Menurut Coser, konflik
tidak selalu bersifat negatif. Konflik pula mampu mempererat relasi antar
individu dlm sebuah golongan.

Coser percaya
bahwa keberadaan pertentangan tak harus 
disfungsional. Oleh lantaran itu, adanya konflik mampu menyebabkan suatu bentuk
interaksi & berefek positif. Selain itu, 
adanya konflik  mampu memotivasi
anggota kelompok yg terisolasi untuk berperan aktif dlm kegiatan golongan.

Selain itu, Coser mengklasifikasikan konflik sosial menjadi dua jenis: konflik kongkret & tak kongkret. Konflik kongkret yakni pertentangan yg didasari oleh ketidakpuasan individu & kalangan atas aneka macam bentuk persoalan dlm hubungan sosial.

Sementara itu, konflik yg tak kongkret timbul lantaran  ketegangan antara satu atau dua pihak yg berseberangan mesti diredakan.