– Adakah teori sosiologi klasik dlm menghadapi hoax? Bukankah hoax baru timbul belakangan ini? Mari kita diskusikan sahabat sosiologiku.com!
Apalagi ketika kini ini, isu bohong atau palsu, hoax menyebar dgn begitu luas & cepat.
Begitu pula dlm menyebar hoax terhadap aktivitas atau program dr pemerintah yg sampaumur ini makin marak terjadi di media sosial.
Nah jelaskan bagaimana sebaiknya kewenangan atau otoritas yg harus dijalankan pemerintah mengacu pada teori sosial klasik dr Max Weber untuk mengatasi hoax!
Kemukan penjelasan anda dgn usulan & bahasa anda sendiri kaitkan dgn teori sosial klasik dr Max Weber ya.
Berikut ini pembahasan jawaban alternatif dr pertanyaan soal di atas.
Namun, ada baiknya ananda menjawab dahulu sesuai dgn kemampuan dlm menunjukkan pertimbangan wacana soal di atas tersebut ya.
Sekilas Memahami Teori
Turner (dalam West, 2008) beropini teori yaitu proses meningkatkan inspirasi-pandangan baru yg dimaksudkan untuk menolong menerangkan bagaimana & kenapa suatu peristiwa terjadi.
Sedangkan Creswell (1993) berpendapat bahwa teori yaitu serangkaian pecahan atau variabel, definisi.
Dan dalil yg saling berhubungan yg mendatangkan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena.
Dengan menentukan hubungan antar variabel, dgn maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Salah satu teoritisi sosiologi ialah Max Weber. Ia merupakan satu dr 3 teoritisi utama yg lumayan banyak diminati oleh akademisi sosiologi.
Nah ternyata ada loh teori Weber yg menjelaskan untuk menanggulangi hoax. Sebelum itu mari kita diskusikan dulu apa itu Hoax?
Hoax & Sejarahnya
Hoax atau Hoaks dengan-cara sederhana merupakan informasi bohong atau palsu. Hoaks umumnya muncul dlm info-isu yg lebih sering bersifat online. Majalah Tempo edisi 8 Januari 2017 memperlihatkan 6 ciri Hoax yakni sebagai berikut :
1. Berita yg dihidangkan bohong atau artifisial
2. Peristiwa yg dihadirkan berlebih-lebihan atau serpihan tertentu dihilangkan
3. Tulisan/teks tak sesuai gambar
4. Judul tak sesuai dgn isi info
5. Memuat kembali kejadian usang & menjadikannya seolah-olah konkret, dan
6. Sengaja menampung foto peristiwa yg diubah sedemikian rupa untuk mendukung isu yg sedang ramai diperbincangkan (dalam Gunawan & Ratmono, 2018).
Hoax pertama kali disebut-sebut oleh Alex Sokal seorang profesor fisika di New York University.
Ia sengaja menciptakan Hoax di dunia akademik dgn mengirimkan artikelnya ke jurnal social text.
Judul artikelnya merupakan “Transgressing the Boundaries: Toward A Transformative Hermenetics of Quantum Gravity”.
Yang merupakan tulisan asal-asal tanpa landasan akal yg dapat dipertanggung jawabkan (Gunawandan Ratmono, 2018).
Hoax mampu berakibat fatal bagi kehidupan sebuah bangsa. Ia bisa menyulut emosi & mengganti suasana stabil menjadi tegang.
Oleh kesudahannya selaku warga negara, kita mesti bisa menangkap informasi dgn baik & menangkal keterangan yg tak terperinci atau berbau hoax.
Perspektif Teori Klasik Weber dlm Mengatasi Hoax
Ada dua cuilan teori yg menurut penulis bisa menjadi cara mengatasi hoax.
Weber bahwasanya merupakan pencetus teori Tindakan Sosial & Etika Protestan & Spirit Kapitalisme & pula sebuah teori otoritas yg jarang dikenal.
Dalam menanggulangi hoax ala Weber, penulis memakai tindakan sosial & desain otoritas.
1. Teori Tindakan Sosial
Teori ini mengkaji tentang dasar perilaku individu yg diarahkan pada orang lain dengan-cara subjektif.
Menurut Weber tindakan sosial harus mempunyai makna. Ia membagi 4 langkah-langkah sosial yakni rasional instrumental, rasional nilai, afektif, & tradisional.
Nah dr keempatnya ada 2 tindakan yg dapat kita gunakan untuk menangani hoax.
a. Rasional Instrumental
Rasional instrumental merupakan langkah-langkah yg dikerjakan dgn argumentasi-alasan yg masuk kecerdikan untuk mencapai tujuan.
Contoh: hoax merupakan upaya memanaskan isu sosial politik dgn memberikan informasi palsu, kebohongan, sentimen, dll. Tujuan pembuat hoax bisa beragam.
Biasanya hoax yg timbul dlm situasi politis, bertujuan untuk menjatuhkan musuh. Hoax pula berisi fitnah.
Misalnya dlm bisnis saling menjatuhkan produk lawan, dgn menunjukkan keterangan yg palsu & menyesatkan akan produk lawan.
Tindakan ekspresif individu masyarakat untuk memperlihatkan keberadaan diri melalui wadah internet, bisa berupa tindakan merasa perlu membuatkan informasi.
Oleh hasilnya bila kita bercermin dgn rasional instrumental yg diberikan Weber, tindakan menyebarkan keterangan itu mesti bermakna subjektif namun masuk kebijaksanaan.
Jika kita menerima gosip, kita perlu mengevaluasi informasi, memastikan kebenaran peristiwa, mencari sumber utamanya, memastikan ada tak data di dalamnya, waktu peristiwa, & sebagainya.
b. Irasional Afektif
Irasional Afektif ialah tindakan ini lebih didasarkan oleh perasan. Contoh yg paling sering diberikan dosen contohnya dlm percintaan baik pada lawan jenis, maupun orang tua.
Ternyata bisa pula kita menggunakan langkah-langkah afektif ini dlm menanggulangi hoax.
Contoh: Suatu informasi hoax menyulut emosi & menyinggung hati pembacanya sehingga mengakibatkan kegeraman.
Jika kita tak mendapati kebenaran ataupun kebohongan dlm suatu informasi tersebut kita dapat menggunakan tindakan afektif selaku upaya antisipatif.
Caranya yaitu dgn melihat ke dlm isi berita, apakah menyulut sentimen SARA? Jika kita menyebarkannya, berapa banyak orang yg akan berkomentar & marah?
Jika hal tersebut pula kita rasa tak berguna apalagi belum terang benar atau tidak, lebih baik kita menahan keterangan tersebut.
Dan tak meneruskannya dibandingkan dengan memberikan informasi yg salah.
2. Teori Otoritas Kepemimpinan
Menurut Weber, ada 3 jenis otoritas yakni tradisional, legal-rasional, & kharismatik.
Otoritas Tradisional berasal dr kesakralan tradisi, misalnya ketua akhlak, orang yg dituakan di suatu desa, kampung, atau kawasan.
Otoritas Kharismatik berasal dr mutu diluar kebiasaan dr pemimpin atau bisa pula diartikan.
Orang yg memiliki kekhasan diri sehingga dipandang oleh penduduk , contohnya pemuka agama, guru, tokoh, dll.
Otoritas Legal-Rasional berasal dr hukum-aturan & aneka mekanisme formal tertulis & dimengerti masyarakat, misal lembaga negara.
Cara menanggulangi hoax menurut teori ini harus dilakukan oleh seseorang/forum yg memiliki otoritas atau kewenangan.
Contoh:
a. Otoritas Tradisional
Dibeberapa kampung tradisional, apabila ada isu-isu negatif, baik fitnah & sengketa umumnya ketua etika atau orang yg dituakan senantiasa menjadi tempat mengajukan pertanyaan & mengeluh.
Dalam masalah hoax beberapa ketua adab yg melarang warganya mempercayai suatu informasi yg tak benar adanya.
b. Otoritas Kharismatik
Seringkali keterangan hoax itu tersebar di suatu dlm grup whatsapp. Nah seperti dlm Jurnal Mubarok & Widianto (2021), bahwa tokoh agama pula ikut menebar hoax.
Mereka ini terpengaruh oleh pesan akses di grup whatsapp. Oleh hasilnya mudah sekali hoax dipercaya masyarakat.
Begitupun untuk mengatasinya, masyarakat akan percaya bila seorang pemuka penduduk menyampaikan suatu informasi itu hoax.
c. Otoritas Legal-Rasional
Misalnya Kemenkominfo yg merupakan sentra pengawasan arus informasi di Indonesia.
Penangkalan hoax kini dipraktekkan tak hanya dgn memperlihatkan kiat & trik, namun pula bikin aplikasi hoax buster tools sebagai aplikasi penyaring hoax.
Kewenangan yg Bisa Dilakukan Pemerintah
Melihat kemajuan media sosial & internet yg pesat di masyarakat.
Akan membuat penyebaran gosip bohong pula akan meningkat, yg dapat di konsumsi oleh masyarakat itu sendiri.
Apalagi jika warga tak bisa menyaring gosip yg dibagikan tersebut.
Oleh alasannya adalah itu, pemerintah mampu menghalangi atau menangani beberapa cara serta metode yakni diantaranya :
1. Membuat & memaksimalkan peraturan undang undang perihal penggunaan internet. Dengan membuat peraturan pasal pasal yg mengontrol di dlm UU ITE
2. Pemerintah dapat membentuk tubuh keselamatan negara yg bertugas mengawasi penggunaan internet seperti badan keamanan siber.
3. Memberikan sosialisasi & edukasi tentang penggunaan internet & media umum yg baik & benar pada warga penduduk .
Nah walaupun Weber tokoh klasik, tetapi masih ada beberapa pendapatnya yg bisa kita serap dlm menangkal hoax di dunia digital.
Makara sobat sosiologiku.com simpel-mudahan kita bisa bareng -sama menghentikan hoax ya.
Ingat menjelang pemilu lazimnya berbagai isu-isu sentimen & tendensius datang. Semoga bermanfaat!
Penulis Artikel : Sandewa Jopanda
Referensi Bacaan :
Creswell, John W. 1993. Research Design: Qualitative & Quantitative Approach. London: Sage.
Gunawan, Budi & Barito Mulyo Ratmono. 2018. Kebohongan di Dunia Maya: Memahami Teori & Praktik-praktiknya di Indonesia. Jakarta: KPG
Mubarok, Atma & Ahmad Arif Widianto. 2021. “Tokoh agama dlm penyebaran hoax di whatsapp group (ditinjau dgn teori dominasi Max Weber)”. Jurnal Integrasi & Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), 1(2). Hlm 204-213.
West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis & Apikasi Edisi Ke 3. Jakarta: Salemba Humanika.