Kehidupan sosial dipelajari sebagai seorang Hakka & Hokien (Tionghoa, Indonesia) – pribumi, dgn budbahasa & moral yg begitu rendah pada kelas sosial di Indonesia, akan berlawanan tatkala berada di Tiongkok, itu yg dijumpai pada tahun 2002 di Pontianak. Bagaimana kehidupan notaris, & pertokoan yg dibangun menurut kelas sosial rendah di Pontianak – pedalaman.
Kehidupan birokrasi, & numpang hidup persekolahan & rumah sakit, baik itu pemerintah & swasta. Kehidupan mengenaskan pada peristiwa percintaan & tak disadari akhlak & moralitas sebagai orang renta, & orang selaku Jawa – Tionghoa muslim – Konghucu – Budha sebelumnya pendidik pedalaman sebelumnya 70an.
Hal yg menawan tatkala memakai seksualitas dlm kehidupan sosial budaya masyarakat Hokkien Jakarta, yg mengasingkan diri dlm metode jual beli & ekonomi perkotaan di Jakarta – Pontianak. Kali ini, dgn memakai dogma, kelompok & organisasi dlm kehidupan beragama serta pertentangan sosial, & ekonomi (utang).
Aspek kehidupan sosial mereka tatkala bekerja, di sini. Pada saat ini pastinya tokoh agama OFM. Cap, sebuah nama yg telah meninggal orangnya dlm kehidupan panggilan imamat, yg enggan meresmikan ijab kabul.
Perusakaan seksualitas, spritualitas selama saya di Pontianak terjadi, Orang Silaban (perompak kapal) yg hidup di Pontianak saat ini, bersekolah di SMU 2. Kehidupan bisnis pastinya sudah menjadi pelajaran buat saya selama di sini, apalagi di Ibukota Jakarta dgn kebuasaan manusianya, baik itu pekerja, & intelektual, & sistem pemerintahan.
Tokoh Agama, Ekonomi Politik
Tokoh agama Nasrani, sudah menjadi catatan terhadap kehidupan budaya & agama mereka, yg kini rumah sakit, pendidikan & pekerjaan yg kini sudah numpang hidup yg digunakan penduduk Tionghoa Hakka – Hokkien, Orang Jawa, & Dayak Hilir – hulu.
Hal ini, sudah menerangkan bagaimana mereka hidup pada ekonomi rendah (UMR di Pontianak), mata pencaharian dipakai pada angkutandarat – air, & konsumsi pada pedesaan, sesudah reformasi – krisis ekonomi pribumi (Indonesia), maka ekonomi Barat di Jakarta terjadi banjir untuk menjadi pekerja (lowongan), anak bos (pertokoan) – pegawai & lainnya urbansiasi untuk menerima hasil yg lebih.
Kehidupan permulaan menjadi baik, terhadap berbagai aspek kehidupan sosial budaya pada penduduk perkotaan di Katedral Pontianak lebih sering disini, kebetulan secara umum dikuasai pada masyarakat Tionghoa Hakka disini, selaku pastor muda tentunya belum mengenal akidah kristiani yg baik terhadap umatnya.
Perjalanan misi selaku orang Tionghoa Indonesia tentunya menghantarkan banyak sekali gerakan politik, & kepentingan ekonomi pada penduduk Jakarta, yg mencakup faktor kehidupan budaya, & masyarakat sosial di Keuskupan Agung Pontianak – Jakarta. Isu sosial pun dijalankan dlm melakukan pekerjaan , pendidikan & ekonomi, krisis selaku permulaan dr penduduk kristiani – Muslim di MRPD Pancasila.
Bagaimana mereka hidup pada sebelum kemerdekaan – Orde Baru – Reformasi, & ekonomi (utang) kepada seorang kebaikan yg pantas menjadi pertanyaan, atau drama kehidupan sosial politik yg enggan dimengerti siapa penduduknya, pada kelas sosial rendah (Orang Jawa) atau bukan keraton.