Jakarta – Tionghoa Indonesia, tatkala tak bisa berkompetisi dengan-cara ekonomi & bisnis, maka lapangan pekerjaan yg tak sesuai dgn pendidikan ditetapkan, serta teknologi yg masih menggunakan atau di impor dr Barat.
Hal ini menjelaskan bahwa tak dapat berkompetisi dengan-cara penemuan & pengetahuan, maka lapangan pekerjaan yg merugikan aneka macam kelompok, khususnya perusahaan gila yg ada di Jakarta. Maka, dlm metode birokrasi dlm pembangunan ekonomi & bisnis diberbagai Negara menjelaskan hal tersebut.
Tahun 1970an – 1999 maka, menerangkan berbagai perumpamaan krisis ekonomi, & tunjangan dr aneka macam Negara yg kaya untuk membangunan bisnis di Indonesia. Hal ini tanpa disadari bahwa Tionghoa membangun pendidikan namun merugikan institusi & pekerjaan yg merekja terapkan sampai saat ini.
Bagaimana penerima didik dlm mengarah pada tata cara birokrasi & ekonomi, dlm melaksanakan pendidikan & bisnis selaku alat untuk berkompetisi di tengah persaingan global. Tanpa menyadari bahwa mereka membukan lapangan pekerjaan dgn metode ekonomi Indonesia, mirip pertokoan, market, & lainnya.
Tanpa disadari upah pekerja begitu rendah, dgn kebijakan kawasan, & berlainan jauh dgn Barat. Hal ini pastinya baik sebagai pembenahan diri bagi mereka dengan-cara moralitas & rasa syukur dlm sistem agama yg menjelaskan hal tersebut mirip kristiani & non kristiani.
Hal ini dimengerti bahwa aneka macam terkait dgn jual beli yg memang berhubungan , mirip milik mereka dgn adanya moralitas & agama kristiani di Indonesia, termasuk katolik & protestan, tanpa disadari bagaimana mereka hidup pada konflik yg diciptakan sendiri & moralitas, kemiskinan & persaingan kelas sosial di Indonesia.
Kalangan kelas sosial keatas akan dimengerti dgn adanya budaya & agama dlm bisnis dengan desain Barat misalnya namun tak sesuai dgn standar & keterlibatan mereka kepada ekonomi – bisnis, & ketidaksenangan pada lingkungan sekitar.
Universitas yg memuat anak didik, hendaknya dipahami bagaimana mereka diciptakan dr biologis & kualitas sumber daya insan, & persyaratan kehidupan yg rendah. Persaingan & pertentangan muncul dikarenakan kebijakan daerah, serta kebijakan yg berlaku dlm hal ini penting dlm melakukan tugas & moralitas bisnis mereka di penduduk .
Topeng spritualitas tak menggambarkan rupa Allah yg hadir dlm tubuh manusia terutama di Keuskupan Agung Pontianak, hal ini dimengerti bagaimana mereka mengajar, kepentingan ekonomi, politik & sistem yg berlaku pada diskriminasi, & haus akan kelas sosial, serta pengajaran dr perkataan mereka dengan-cara biasa 1990an – 2022.
Hal ini dapat digambarkan bagaimana tubuh mereka melakukan pekerjaan di Pontianak, tepatnya menjadi kesakitan jasmani & rohani dengan-cara khusus, & tingkat batin spritualitas.