– Asap di Provinsi Riau sepertinya telah menjadi event tahunan, pasalnya tahun 2015 sempat membuat Riau berselimut asap sangat pekat. Dan negara tetangga pun pada tahun itu mendapatkan pengaruh dr kabut asap. Lalu bagaimana kita merespon & melindungi diri dr bencana kabut asap yg mirip menjadi tradisi tahunan ini ? Berikut informasinya.
Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih pada para satgas, yg memadamkan api di Provinsi Riau. Tidak terhitung bila mereka tak bersusah payah dilapangan dlm memadamkan api, mungkin saja kabut asap akan bertambah parah.
Maka, mampu dipastikan kondisi di Provinsi Riau, sebut saja di Kota Pekanbaru, akan mengalami lumpuh total, mulai dr aktivitas penduduk terusik, perekonomian terhambat, serta efek kesehatan yg merugikan sanak keluarga kita.
Mereka lah Pahlawan tanpa tanda jasa. Berkorban untuk orang banyak, bahkan nyawa menjadi taruhan mereka, meninggalkan keluarga di rumah, anak-anak, cuma untuk menawarkan pelayanan pada penduduk .
Kita selaku masyarakat yg tak ikut dlm proses memadamkan api alangkah baiknya untuk tak berkoar-koar seakan paling benar sendiri, jangan mengeluh, & untuk tak menunjukkan berita informasi hoax yg merugikan diri kita sendiri atau orang lain.
Karena, saya sendiri mengalami bagaimana susahnya proses untuk memadamkan api, terlebih lokasinya di lahan gambut, asap tebal, sesak pernafasan, & banyak lagi deh.
Itu saya ikut memadamkan api hanya beberapa hektar saja, nah bayangkan para petugas & penduduk yg pada dikala ini ikut memadamkan api hingga berkilo-kilo jauhnya.
Bisa kan kalian membayangkan bagaimana sesaknya nafas, capeknya kaki, habisnya tenaga untuk menarik selang-selang, & mesin penyedot air.
Semalam, sabtu (14/09), saya menerima sedikit kisah dr salah satu keluarga yg bapaknya ikut memadamkan api, “susah bang, madamkan api tu, bapak saya sehari full itu cuman dapat 1 kilo saja, itupun dgn alat yg terbatas,” ungkapnya.
Saya terdiam, saya membayangkan, waktu saya ikut memadamkan api di tempat Rupat & Inhil, begitu sesaknya nafas menahan asap, capeknya kaki berlari mempesona selang, mencari sumber air, itupun kalau ada airnya, belum lagi apinya yg datang tiba loncat ke arah yg lain.
Terdiam sejenak…..mendengar itu. “Satu kilo, satu harian sarat ,”
Bisa kan ananda membayangkan, jika itu terjadi sama keluarga ananda yg sedang bertugas, niscaya was-was agar selamat dlm mengerjakan pengabdian pada orang banyak.
Nah, untuk itu kita jangan banyak mengeluh, jangan banyak koar-koar, hindari kegiatan di luar ruangan, perbanyak doa, & kalaupun ingin keluar untuk mencari tempat yg di dlm ruangan saja.
Jangan malah senang, sekolah di liburkan, aktivitas kuliah di liburkan, tetapi malah keluyuran gak terang, jadilah individu yg mampu menghargai pengorbanan para petugas di lapangan, & masyarakat yg ikut memadamkan api.
Saya yakin ananda bisa mentaati semua itu.
Berikut ini saya rangkum delapan hal yg mampu ananda kerjakan untuk melindungi atau menyikapi bencana kabut asap, sebagai berikut :