Hanya ada tiga penguasa yg lebih banyak didominasi. Siapa saja ketiga itu ? Menurut, Charles Wright Mills dalam karyanya The Power of Elite (1956), Ia menuliskan bagaimana keadaan ketika itu pada masyarakat Amerika yg didominasi oleh sekelompok elit.
Mereka terdiri atas bidang politik, militer, & ekonomi. Para penguasa, usahawan, & petinggi militer. Tiga kelompok ini berafiliasi dlm menjaga & menguatkan kedudukan mereka sebagai elite.
Tiga dominasi elit kata Mills, menginggatkan kita pada fenomena elit di Indonesia dikala ini. Fenomena saling mempertahankan, memperkuat, & melindungi kekuasaan oleh para elit yg ada di Indonesia.
Salah satu misalnya pada UU MD3 yg gres saja diberlakukan di Indonesia. Pasal-pasal yg menjadi kontroversi & dianggap melindungi serta membuat anggota dewan kebal terhadap hukum & antikritik.
Baca artikel ini wacana UU MD3 :
Kisruh antar elit, & perang kepentingan, sehingga kata sepakat adalah jalan final untuk menuntaskan kisruh yg ada. Terbukti, dgn adanya UU MD3 & ada penambahan pimpinan di badan legislatif.
Kisruh pun selesai. Inilah yg dibilang oleh Mills, ketiga elit, baik yg dibidang politik, militer & pengusaha, bersama-sama melindungi kekuasaan mereka sebagai elit. Partai politik, & para penjabat politik pula bermain peran dlm melindungi kepentingan partai & elitnya.
Lantas, apakah demokrasi ini mementingkan rakyat ? Renungkan !
< border="0" data-original-height="800" data-original-width="589" src="https://akcdn.detik.net.id/visual/2018/02/13/63651c60-cd20-4474-abd7-32d43a8e253e.jpeg?w=650&q=90" />
Lanjut, kata Mills, menjelaskan, bahwa kekuasaan elit dgn bentuk piramida kekuasaan, potongan puncak elit berkuasa, yg menguasai tiga sektor : pengusaha, penguasa, & militer. Selanjutnya, pada lapisan kedua ada pemimpin opini lokal, cabang legislatif pemerintah, & bermacam-macam kelompok kepentingan, serta pada lapisan ketiga ialah orang yg tak memiliki kekuasaan & orang yg tak terorganisasi baik dengan-cara ekonomi & politik. (Sumber : [Preview ##eye##])
Dua faktor yg menimbulkan kekuasaan elit, yakni pertama alat kekuasaan & kekerasan yg telah melebur. Kedua, sifat yg saling tergantung antara elit yg dikontrol kaum elit diatas. Kesadaran kohesif elit sosial mampu bersatu karena tiga faktor yakni kesamaan psikologis, kesamaan kepentingan, & interaksi sosial.
Sudah terang, jika para elit mempunyai kepentingan yg sama, interaksi, & kesamaan psikologis, maka kisruh tak akan terjadi. Namun, bila kepentingan elit tak tercapai, maka kisruh kepentingan akan terus digiring lewat opini & desakan dr media.
Kita mampu lihat, tatkala para elit kisruh di parlemen, semua menggiring opini seakan benar, & mewakali aspirasi rakyat, tetapi nyatanya zonk. Tidak ada berpihak pada rakyat, malah sebaliknya, rakyat ditindas dgn peraturan.
Parlemen yg antikritik, kebal hukum, dgn adanya mekanisme gres yg dikontrol dlm UU MD3 tersebut.
< border="0" data-original-height="800" data-original-width="600" src="https://cdn0-a.production.images.static6.com/ClkU5IrTgyITK9-cHMta4iBvL-c=/640x853/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/liputan6-media-production/medias/1899480/original/018789400_1518611294-Infografis_Pengkritik_DPR.jpg" />
Menurut Mills, dominasi & mengguritanya kelas elit di Amerika, merupakan kemajuan yg cukup gres, pada kala sebelumnya belum ditemukan. Beberapa keputusan penting di negara Adidaya sering tak menggambarkan apa yg menjadi kesadaran kolektif masyarakat, lebih mementingkan kepentingan elit sosial.
Salah satu bentuk dominasi kelas elit yaitu mereka beruaha menemukan derma politis rakyat demi kepentingan mobilitas vertical mereka dengan-cara ekonomi & politik, mereka menggunakan media massa selaku alatnya.
< border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" src="https://pinterpolitik.com/wp-content/uploads/2018/02/DPR-Kebal.jpg" />
Media massa yg mempunyai posisi & peran strategis dlm memberikan isu-isu nasional mereka kuasai selaku alat bagi elit kekuasaan untuk meraih pinjaman itu, yaitu melalui menghujani keterangan & info yg telah digoreng proses komunikasina keterangan satu arah bukan dialog, menggiring opini.
Jika kepentingan elit yg dominan, lalu kapan rakyat diperhatikan & diberikan apa yg dibutuhkan penduduk , tak kala elit senantiasa mementingkan kepentingannya saja. Hingga parlemen lupa akan kepentingan yg lebih utama yaitu rakyat, mirip memberikan pelayanan, membangun jalan, rumah sakit, pendidikan & pembangunan yang lain.
Semoga saja para elit segera sadar, & kepentingan yg ia laksanakan mudah-mudahan seluruhnya yaitu kepentingan rakyat.