Dalam hidup bermasyarakat senantiasa terlihat ada pengelompokan, yg dengan-cara disadari atau tidak, sudah terbentuk sekian lama. Contoh, adanya kalangan orang kaya atau miskin, mampu tampakdr tempat tinggal, mutu kesehatan maupun pendidikan, hingga gaya hidupnya.
Rata-rata orang dgn ekonomi berkecukupan atau lebih tinggal di kawasan elite, mempunyai rumah besar & bagus, bahkan pula kendaraan glamor. Sementara, orang-orang perpenghasilan rendah mesti berpikir panjang untuk sekadar menyanggupi kebutuhan primer sehari-hari.
Perbedaan tingkat antara golongan satu dgn golongan yg lainya dlm penduduk itu lalu memicu pembentukan stratifikasi sosial, demikian dikutip dr buku Sosiologi karya Indianto Muin, yg diterbitkan di Jakarta pada 2004.
Stratifikasi sosial ialah konsep yg termanifestasi dlm sistem bermasyarakat, berbangsa & bernegara. Stratifikasi sosial disebut pula sebagai desain adanya pembedaan atau pengelompokan sosial (komunitas) dengan-cara bertingkat. Misalnya, strata tinggi, sedang, sampai rendah. Pengelompokan golongan masyarakat bisa didasarkan pada simbol-simbol tertentu yg dianggap berguna atau bernilai dengan-cara sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi yang lain.Stratifikasi sosial di masyarakat mampu menurut usia, kekuasaan, kekayaan, sampai kualitas langsung, yg mampu memicu pelapisan golongan. Dalam buku Stratifikasi & Mobilitas Sosial (2016), Indera Ratna Irawati Pattinasarany menulis bahwa untuk mengerti pengertian stratifikasi sosial dengan-cara mendalam perlu mengkaji teori-teori sosiologi yg mengkaji topik ini.
Dia membagi golongan teori sosiologi yg membicarakan topik stratifikasi sosial menjadi dua, yakni teori klasik & terbaru. Dalam teori sosiologi klasik, tiga tokoh penting yg melakukan kajian mendalam mengenai stratifikasi sosial adalah Karl Marx, Max Weber, & Emile Durkheim.
Dalam teori Karl Marx, stratifikasi sosial terjadi sebab kesenjangan dlm hubungan kepemilikan alat buatan. Ketimpangan dlm kepemilikan alat bikinan dlm suatu penduduk itu mewujud pada kedatangan kelas pemilik modal & pekerja. Maka, versi stratifikasi sosial di teori Marx, bersifat unidimensional, alias diputuskan oleh satu aspek yakni ekonomi.
Sementara teori Max Weber mengaitkan stratifikasi sosial dgn dimensi lebih beragam. Selain terkait dgn ekonomi, stratifikasi sosial dlm teori Weber pula berhubungan dgn golongan status atau kehormatan individu & politik atau kekuasaan.
Berbeda dr dua tokoh sebelumnya, teori Emile Durkheim mengulas stratifikasi sosial dr sudut pandang atau perspektif fungsional. Teori fungsional melihat penggalan-penggalan di suatu masyarakat, mampu aktif sesuai funsinya. Maka itu, Durkheim mengamati tema solidaritas sosial. ia kemudian menyimpulkan solidaritas sosial mampu timbul dr pembagian kerja yg memunculkan ikatan etika.Sementara dlm sejumlah teori sosiologi modern, ulasan ihwal stratifikasi sosial dikemukakan beberapa tokoh, seperti Ralf Dahrendorf, Erik Olin Wright, Peter Blau, Pitirim Sorikin, Randall Collins, & banyak pemikir penting lainnya.
Hingga sekarang, setidaknya ada tiga gugus perspektif dlm sosiologi yg mengkaji stratifikasi sosial, yakni fungsional, konflik, & interaksionisme simbolik. Ketiganya mempunyai perbedaan sudut pandang, cara berpikir, & fokus perhatian.
Menurut Kamanto Sunarto dlm buku Pengantar Sosiologi, dampak yg ditimbulkan akibat ketidaksamaan dlm tata cara sosial (stratifikasi sosial), yaitu terjadinya perbedaan pola hidup alasannya simbol yg membuktikan status seseorang dlm masyarakat. Sedangkan dlm persepsi Peter Berger di buku The Social Construction of Reality, orang senantiasa memperlihatkan pada orang lain bahwa apa yg telah diraihnya dgn memakai aneka macam simbol mampu menyimpulkan bahwa simbol status berfungsi untuk memberi tahu status yg diduduki seseorang. Simbol status ini terwujud dlm cara menyapa, berbahasa, gaya bicara maupun komunikasi nonverbal mirip gerak tubuh, gaya pakaian, & penggunaan aksesoris.Selain itu, kesemua perbedaan pada stratifikasi sosial mengakibatkan struktur masyarakat menjadi beragam. Suatu penduduk yg beragam lazimnya mempunyai kebudayaan yg bermacam-macam.