Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yg berasal dr Jawa Timur dam didirikan oleh Ken Arok di tahun 1222 yg merupakan salah satu Kerajaan Hindu Budha di tanah air berada di sebelah timur Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur dgn beberapa bukti ihwal peninggalan dr Kerajaan ini. Untuk lebih lengkapnya wacana peninggalan dr Kerajaan Singasari mampu dilihat pada ulasan berikut ini.
Artikel terkait:
Peninggalan Kerajaan Singasari
Sejarah dr Kerajaan Singasari ini mampu dikatakan cukup singkat sebab sengketa yg terjadi di dlm Kerajaan wacana perebutan kekuasaan kerap kali terjadi. Saat Kerajaan Singasari ini tengah sibuk untuk mengirim angkatan perang ke wilayah luar Jawa, pada akhirnya keajaan ini mengalami kemunduran dimana pada tahun 1292 timbul pemberontakan Jayakatwang, Bupati Gelang Gelang, sepupu, ipar & besan Kertanegara itu sendiri. Pada serangan tersebut, Kertanegara tewas terbunuh yg menimbulkan Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan & Jayakatwang diangkat menjadi raja lalu membangun ibu kota gres di wilayah Kediri sehingga Kerajaan Singasari pun rampung.
1. Candi Singosari
Candi Singasari ada di sebuah Desa bernama Desa Candi Renggi, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yg pula diketahui dgn nama Candi Menara & Candi Cungkup yg mengartikan Candi ini merupakan candi tertinggi pada masanya. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1300 M selaku cara untuk menghormati Raja Kertanegara. Candi Singasari ialah Candi Syiwa yg dibangun pada belahan tengah halaman dgn beberapa arca Syiwa di sekeliling taman tersebut. Candi ini dibangun di atas batur kaki dgn tinggi 1.5 M tanpa dilengkapi dgn relief di sekitar kakinya. Sementara pintu masuk menuju candi menghadap ke arah selatan yg ada di depan bilik kecil.
Pintu masuk candi tersebut nampak sederhana & pada pecahan atas pintu dilengkapi dgn pahatan Kepala Kala sederhana yg membuat timbulnya dugaan jika candi tersebut belum selesai dibangun. Pada belahan kiri, kanan bilik pintu & pula pecahan belakang ada relung sebagai tempat arca yg pula terlihat sederhana. Ukuran dr relung tersebut lebih besar & ditambahkan dgn bilik penampil serta dekorasi kepala kala pada bagian atasnya. Pada ruang utama candi ini pula terdapat Yoni yg pada cuilan atasnya sudah tampaksedikit rusak & pada kaki Yoni pula tak dilengkapi dgn dekorasi. Candi ini terlihat seperti susun dua karena di bagian bawah atap candi memiliki bentuk persegi mirip suatu ruang kecil dgn relung di setiap sisi.
Relung itu pada awalnya diisi oleh arca, akan tetapi kini sudah kosong & di setiap pintu relung pula terdapat kepala kala lengkap dgn pahatan berlainan dgn pintu lainnya. Puncak atap candi mempunyai bentuk meru bersusun yg makin kecil keatasnya & pada puncak atap sudah sedikit runtuh. Candi Singasari ini sudah mengalami pemugaran oleh pemerintah Belanda tahun 1930 yg bisa tampakdr pahat catatan di kaki candi tersebut. Pemugaran ini belum dilakukan dengan-cara menyeluruh, karena di sekeliling candi masih ada tumpukan watu yg tak dikembalikan ke tempat permulaan. Di halaman candi ada beberapa arca yg sudah rusak sebagian & belum selesai dibangun seperti arca Syiwa dgn banyak posisi serta ukuran, Durga & pula lembu Nandini.
Artikel terkait:
2. Candi Jago
Nama candi Jago berasal dr kata Jajaghu yg diambil dr Kitab Negarakertagama da pula Pararaton. Candi ini dibangun saat jaman Kerajaan Singhasari kurun ke-13. Jajaghu yg mengartikan keagungan ini adalah perumpamaan yg dipakai untuk menyampaikan suatu tempat yg suci. Candi Jago ini ada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini cuma tersisa sebagian saja & berdasarkan cerita ini dikarenakan candi tersambar petir. Pada candi ini tampakrelief Kunjarakarna & pula Pancatantra yg keseluruhan bangunan candi dibangun dgn material batu andhesit. Adityawarman menempatkan Arca Manjusri di Candi Jago ini yg kini disimpan di Museum Nasional.
Candi Jagi disusun dgn teras punden berundak dgn total panjang 23.71 M, lebar 14 M & ketinggian 9.97 M. Yang tertinggal dr candi ini cuma pecahan kaki & sebagian badan. Badan candi ini disangga dgn 3 teras yg pada serpihan teras pertama agak menjorok & badan candi ada di teras ketiga. Atap & sebagian candi sudah tampakterbuka & bentuk atap aslinya sendiri belum diketahui, akan tetapi banyak yg menduga bentuk atap ialah Pagoda atau mirip Meru.
Ada pahatan relief pada potongan dinding luar kaki candi yg merupakan cerita Khresnayana, Arjunawiwaha, Parthayana, Kunjarakharna, Anglingdharma & pula Fabel. Dibagian sudut kiri arah barat bahari terlukis cerita hewan mirip tantri yg terdiri dr beberapa buah panel. Untuk potongan dinding depan candi terdapat fabel 2 kura-kura menggigit tangkai kayu yg diterbangkan dgn seekor bebek. Saat di tengah perjalanan, kura-kura ditertawakan segerombol serigala & mereka mendengar kura-kura membalas dgn kata-kata sehingga mulutnya terlihat terbuka. Kura-kura jatuh karena melepas gigitan kayu & menjadi makanan serigala & ini bermakna supaya jangan mundur dikala sedang berusaha hanya lantaran dihina oleh orang lain.
Pada potongan timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yg menceritakan Yaksa Kunjarakarna yg pergi menuju ilahi tertinggi yakni Sang Wairocana untuk mencar ilmu fatwa Buddha. Sementara salah satu patung yg dulunya ada di candi Jago ini merupakan lambang dr Dewi Bhrkuti & di teras ketiga terdapat dongeng Arjunawaiwaha dgn riwayat ijab kabul Arjuna dgn Dewi Suprabha sebagai hadiah dr Bhatara Guru sehabis Arjuna sukses mengalahkan raksasa Niwatakawaca. Candi Jago ini sudah mengalami pemugaran dr perintah Raja Kertangeara di tahun 1268 M sampai 1280 M yg dilakukan untuk menghormati Raja Singasari ke-4 ayahnya yakni Sri Jaya Wisnuwardhana yg wafat di tahun 1268. Setelah itu, candi Jago pula dipugar kembali pada tahun 1343 M dgn perintah dr Raja Adityawarman dr Melayu yg masih berafiliasi darah dgn Raja Hayam Wuruk & Adityawarman pula mendirikan candi aksesori & membangunnya di Arca Manjusri.
Artikel terkait:
3. Candi Sumberawan
Peninggalan Kerajaan Singasari berikutnya ialah candi sumberawan. Candi Sumberawan ini berupa stupa yg ada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Sumberawan yang dibuat dr material watu andhesit dgn panjang 6.25 M, lebar 6.25 M serta tingi 5.23 M yg dibangun pada ketinggian 650 M dr permukaan maritim di kaki bukit Gunung Arjuna. Candi ini ditemukan pada tahun 1904 & diteliti pada tahun 1935 oleh peneliti Dinas Purbakala. Candi ini mengalami pemugaran tahun 1937 jaman Hindia Belanda di belahan kaki candi, sementara sisanya di rekonstruksi dgn seadanya. Candi Sumberawan menjadi satu-satunya stupa yg ada di tempat Jawa Timur dgn bentuk bujur sangkar & tak dilengkapi dgn tangga serta tak ada relief. Candi ini memiliki kaki & pula tubuh dgn bentuk stupa. Di batur candi yg tinggi ada selasar & kaki candi terlihat dr keempat buah sisinya. Pada penggalan atas kaki terdapat stupa yg terdiri dr lapik bujur sangkar serta lapik sisi delapan & alas Padma, sementara untuk potongan atas memiliki bentuk stupa atau genta yg pada bagian puncaknya sudah hilang.
Karena candi ini tak dilengkapi dgn tangga seperti pada candi lain yg dibagian dalamnya biasanya digunakan selaku tempat menyimpan berbagai benda, maka candi ini cuma berupa stupa tetapi tak berfungsi mirip stupa kebanyakan yg berdasarkan asumsi memang dibangun cuma sebagai tempat pemujaan saja. Ahli purbakala menduga bila Candi Sumberawan dahulu mempunyai nama Kasurangganan yg merupakan nama terkenal di dlm Kitab Negarakertagama. Candi ini sudah dikunjungi oleh Hayam Wuruk di tahun 1359 M dikala ia melaksanakan perjalanan.
Artikel terkait:
4. Arca Dwarapala
Arca Dwarapala adalah suatu patung penjaga gerbang dlm pemikiran Siwa & pula Buddha dgn bentuk manusia terlihat seperti monster. Dwarapala ditaruh pada potongan luar candi, kuil atau bangunan yang lain selaku pelindung dr tempat suci. Dwarapala digambarkan selaku sesosok makhluk menyeramkan & jumlahnya mampu satu, sepasang atau terdiri dr beberapa kalangan. Dua arca Dwarapala ini dikelilingi dgn pagar besi yg ada di pinggir jalan & terpisah dr jalan tersebut. Letaknya berada di kanan & kiri jalan utama Desa Candi renggo. Pada arca di sebelah kiri dibangun di atas pedestal produksi tahun 1982 alasannya adalah arca tersebut tenggelam sebatas perut menghadap ke utara.
Arca ini dibangun dgn material kerikil monolitik dgn tinggi 3.70 M yg menjadi pintu gerbang dr Kerajaan Singasari. Kedua arca ini terlihat mirip sama sehingga dikatakan kembar namun posisi tangan saja yg berbeda. Arca yg ada di selatan bagian tangan kiri ada diatas kaki kiri & ajun memegang gada telungkup. Sedangkan arca di utara, bagian tangan kiri memegang gada telungkup & ajun mirip sedang memperingatkan dgn jari tengah & telunjuk mengacung keatas sementara 3 jari yang lain rapat dgn telapak tangan. Ornamen yg ada di 2 arca tersebut terlihat seram & penuh dgn kekerasan. Pada potongan kepala memakai ikat kepala dgn dekorasi tengkorak. Pada serpihan telinga menggunakan anting bentuk tengkorak serta untaian manik-manik dgn nama Kapala Kundala. Sedangkan pada hiasan kelat pundak bernama Sarpa Keyura yakni kelat pundak berupa ular.
Artikel terkait:
5. Prasasti Singasari
Prasasti ini diresmikan tahun 1351 M yg didapatkan di Singasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur & untuk saat ini telah di simpan pada museum Gajah dgn tulisan huruf Jawa. Prasasti ini ditulis selaku pengingat pembangunan Caitya atau candi pemakaman yg dijalankan Mahapatih Gajah Mada. Bagian pertama prasasti adalah pentarikhan tanggal mendetail mirip letak benda angkasa & belahan kedua menceritakan isis prasasti yakni pariwara pembangunan Caitya.
Artikel terkait:
6. Candi Jawi
Candi Jawi dgn nama orisinil Jajawa dibangun sekitar periode ke-13 ini ialah peninggalan sejarah Hindu Buddha Kerajaan Singhasari yg ada di kaki Gunung Welirang, Desa Candi Wates, kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Candi ini disangka selaku tempat pemujaan atau peribadatan Buddha, akan tetapi ini merupakan pedharmaan atau tempat menyimpan bubuk dr raja terakhir Singhasari yakni Kertanegara. Abu ini sebagian pula disimpan pada Candi Singasari & kedua candi ini bekerjasama dgn Candi Jago tempat ibadah Raja Kertanegara. Di dlm Negarakertagama pupuh 56 dikatakan kalau Candi Jawi diresmikan atas perintah raja terakhir Kerajaan Singasari yakni Kertanegara selaku tempat ibadah umat Siwa-Buddha.
Candi ini berada di area 40 x 60 meter persegi yg dikelilingi pagar bata 2 meter & dikelilingi parit berhias buang teratai dgn bentuk candi berkaki Siwa & pundak Buddha. Tinggi candi ini 24.5 meter dgn panjang 14.2 meter serta lebar 9.5 meter. Bentuknya tinggi & ramping dgn atap berupa perpaduan stupa & kubus bersusun meruncing ke arah puncak. Bagian pintu menghadap ke arah timur dgn posisi membelakangi Gunung Penanggungan. Pada potongan dinding terdapat relief yg belum bisa dibaca hingga kini alasannya adalah pahatan terlalu tipis & belum disokong dgn informasi cukup. Pada salah satu fragmen menceritakan keberadaan Candi Jawi & beberapa bangunan lain di sekeliling candi yg mengatakan bila ada candi Perwara sebanyak 3 buah, akan tetapi 3 buah candi tersebut saat ini sudah rata dgn tanah.
Artikel terkait:
7. Prasasti Wurare
Peninggalan Kerajaan Singasari selanjutnya yakni prasasti wurare. Ini merupakan prasasti dgn isi peringatan penobatan arca Mahaksobhaya pada sebuah tempat bernama Wurare sehingga parasasti ini disebut dgn Prasasti Wuware. Prasasti ditulis dgn bahasa Sansekerta 1211 [21 November 1289]. Arca ini merupakan penghormatan untuk Raja Kertanegara yg oleh keturunannya dianggap sudah meraih derajat Jina atau Buddha Agung.
Sementara goresan pena prasasti ada di atas lapik arca Buddha dgn melingkar dibagian bawah. Prasasti ini berupa 19 bait sajak & diantaranya mengisahkan tentang pendeta sakti Arrya Bharad yg sudah membelah tanah Jawa menjadi 2 kerajaan dgn air abnormal yg ada pada kendinya sehingga menjadi Janggala & Pangjalu. Ini dilaksanakan untuk menghindari terjadinya perang kerabat 2 pangeran yg memperebutkan kekuasaan.
8. Candi Kidal
Candi Kidal merupakan warisan dr Kerajaan Singasari yg dibangun selaku penghormatan untuk Anusapati, Raja kedua Singasari yg sudah memerintah selama 20 tahun dr 1227 sampai dgn 1248. Anusapati tewas dibunuh olah Panji Tohjaya ketika kudeta Singasari & diyakini selaku kutukan Mpu Gandring. Candi ini sangat kental dgn budaya Jawa Timur & sudah dipugar pada tahun 1990. Candi ini menceritakan kisah Garudeya, cerita mitologi Hindu dgn pesan moral pembebasan untuk para budak & masih terjaga utuh hingga sekarang.
Pada penggalan pupuh di dlm Kitab Negarakertagama, yakni sebuah kakawin dgn banyak informasi mengenai kerajaan Majapahit & pula Singosari menceritakan perihal Raja Singosari 2 yakni Anusapati & tempat dharma di Candi Kidal. Candi kidal dibentuk dgn kerikil andhesit & berdimensi geometris vertikal. Pada penggalan kaki candi tampaktinggi & tangga masuk keatas berbentuk kecil & tak terlihat seperti tangga bahu-membahu. Bagian tubuh candi tampaklebih kecil dibandingkan dgn luas kaki sehingga candi ini terlihat ramping. Pada kaki & pula badan candi terdapat hiasan berupa medallion & sabuk melingkar di bagian badan candi
Bagian atap candi terdiri dr 3 tingkat mirip ratna yg merupakan ciri khas dr candi Hindu atau stupa yg merupakan ciri khas dr candi Buddha. Pada setiap tingkat mempunyai ruang sedikit luas & disertakan hiasan yg konon ceritanya pada pecahan sudut tingkatan atap terdapat berlian kecil. Kepala Kala di pahat pada pecahan atas pitnu masuk serta bilik candi. Kala yakni bagian dr Dewa Siwa yg diketahui sebagai penajga bangunan suci. Hiasan ini terlihat menakutkan dgn mata melotot & ekspresi terbuka memperlihatkan 2 taring besar & bengkok & taring ini yakni ciri khas dr corak candi Jawa Timur. Pada bagian sudut kiri & kanan ada jari tangan dgn perilaku atau mudra mirip mengancam. Sisa pondasi dr sekeliling tembok berhasil di gali dikala pemugaran tahun 1990-an & terdapat tangga masuk menuju kompleks candi pada bagian barat melewati tembok. Akan tetapi tak mampu ditentukan apakah ini merupakan bentuk orisinil atau tidak.
Artikel terkait:
9. Prasasti Manjusri
Peninggalan Kerajaan Singasari yg selanjutnya adalah prasasti manjusri. Ini merupakan manuskrip yg di pahat di serpihan belakang Arca Manjusri 1343 & diposisikan pada candi Jago tetapi kini sudah di simpan pada Museum Nasional. Dari tafsiran Bosch pada tulisan prasasti ini menceritakan kemungkinan Adityawarman membangun candi embel-embel pada lapangan candi Jago. Namun tak ada bangunan sisa di potongan samping candi Jago. Karakter dr Manjusri dianggap selaku personafikasi dr kebijaksanaan transenden yg menceritakan ia duduk diatas tahta berhias teratai & pada belahan tangan kiri memegang buku sebuah naskah daun palem & ajun memegang pedang yg memiliki arti melawan kegelapan. Pada kepingan dada melingkar suatu tali & dikelilingi 4 Dewa yg merupakan replika diri sendiri.
Prasasti ini dipahat dgn abjad Jawa Kuno & pula bahasa Sansekerta. Prasasti terdiri dr 2 kepingan yakni pecahan pertama diatas Boddhisattwa dgn 3 baris tulisan dna bagian kedua dipahat di belakang arca dgn 7 baris goresan pena. Isi dr prasasti ini adalah mengenai penempatan arca Mañjuśrī oleh Adityawarman pada tempat pendarmaan Jina tahun Śaka 1265.
Peninggalan bersejarah lainnya :
- Prasasti Mula Malurung
- Arca Prajnaparamita
- Mandala Amoghapasa
- Prasasti Kudadu
- Pemandian Suci
- Arca Genesha
Raja Raja Kerajaan Singasari
Silsilah dr Kerajaan Singasari ini hadir dlm 2 model yakni Pararaton dr Prasasti Kudadu & pula Negarakretagama. Berikut ini yakni beberapa raja yg memerintah pada masa Kerajaan Singasari
- Ken Arok
Memerintah dr tahun 1222 hingga 1227 Masehi yg merupakan pendiri Kerajaan Singasari & diberikan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken Arok tewas terbunuh pada tahun 1227 Masehi oleh suruhan dr Anusapati, anak tiri Ken Arok & ia dikebumikan di Kegenengan di bangunan Siwa Buddha.
- Anusapati
Memerintah dr rahun 1227 sampai 1248 Masehi yg memerintah dlm rentang waktu tidak mengecewakan lama namun tak banyak melakukan perkembangan untuk kerajaan lantaran sering menyabung ayam. Tohjoyo kemudian memanggil Anusapati ke Gedong Jiwa untuk pesta sabung ayam & dikala program berlangsung, dengan-cara tiba-datang, Tohjoyo menusuk Anusapati dgn keris yg dibuat oleh Empu Gandring & Anusapati didharmakan pada Candi Kidal.
- Tohjoyo
Memerintah tahun 1248 Masehi sesudah Anusapati meninggal. Pemerintahan tak berjalan usang, alasannya anak Anusapati yakni Ranggawuni ingin membalas akhir hayat sang ayah & ia dibantu oleh Mahesa Cempaka serta pengikutnya sehingga alhasil mampu menjatuhkan Tohjoyo & memegang Kerajaan tersebut.
- Ranggawuni
Memerintah dr tahun 1249 hingga 1268 Masehi dgn gelar Sri Jaya Wisnuwardana yg di mampu dr Mahesa Cempaka, anak Mahesa Wongateleng yg memang disediakan untuk mempimpin Kerajaan Singasari sebagai penerus atau pengganti dr Ranggawuni. Pada pemerintahan ini menghasilkan kedamaian hingga tahun 1254 Masehi, Kertanegara yg merupakan anak dr Wisnuwardana diangkat menjadi seorang raja muda & Wisnu Wardana menutup usia & didharmakan di Jajaghu tahun 1268 Masehi.
- Kertanegara
Memerintah dr tahun 1268 hingga 1292 Masehi yg menjadi raja terakhir Kerajaan Singasari sekaligus menjadi raja paling besar sebab impiannya yg ingin membuat nusantara bersatu. Ia diberi gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara & ia memerintah dgn dibantu oleh 3 mahamentri yakni mahamentri I Hino, mahamentri I Halu serta mahamentri I Sirikan. Beberapa Wide pula ikut dijadikan bupati di kawasan Sumenep, Madura serta diberikan gelar Aria Wijaya. Kertanegara didharmakan sebagai Siwa Buddha pada Candi Singasari & arca-nya terkenal dgn nama Joko Dolog di Taman Simpang, Surabaya.
Demikian ulasan lengkap yg mampu kami berikan mengenai Peninggalan Kerajaan Singasari atau Singhasari yg kami harap bisa menambah pengetahuan & pengetahuan mengenai sejarah di Indonesia, terima kasih.