22 Peninggalan Kerajaan Kediri Beserta Gambarnya (Paling Lengkap)

Peninggalan Kerajaan Kediri menjadi bukti bahwa dahulu kala berdiri kerajaan di jawa timur. Kerajaan Kediri yakni salah satu Kerajaan Hindu yg ada di wilayah Jawa Timur yg pula terkenal dgn istilah lain yakni Panjalu & pula Kadiri. Kerajaan Kediri berdiri dr tahun 1042 & kesannya runtuh pada tahun 1222 yg mempunyai sentra pemerintahan di Kota Daha.

Baca Juga :

Peninggalan Kerajaan Kediri

Ada banyak bukti peninggalan sejara dr Kerajaan Kediri yg masih bisa kita lihat hingga kini, baik itu berupa candi, arca, prasasti & pula banyak sekali kitab sastra. Untuk mengetahui dengan-cara lengkap apa saja peninggalan Kerajaan Kediri, kali ini akan kami jelaskan dengan-cara lengkap untuk anda.

1. Candi Tondowongso

Candi TondowongsoCandi Tondowongso berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yg didapatkan belum usang ini yakni pada tahun 2007. Arsitektur dr arca & bentuk bangunan yg ditemukan disekitar candi memperlihatkan jika bangunan ini dibangun pada periode ke-9 yakni disaat sentra politik dipindahkan dr Jawa Tengah menuju wilayah Jawa Timur.

Meskipun menjadi inovasi di era terbaru, tetapi sampai dikala ini kondisi dr Candi Tondowongso beserta kompleks disekelilingnya masih sungguh memperihatinkan & belum mendapat perhatian dr pemerintah. Candi Tondowongso dgn luas 1 hektar ini menjadi penemuan paling besar sejarah Indonesia pada 30 tahun terakhir. Profesor Soekmono pula pernah mendapatkan satu buah arca pada lokasi yg sama di tahun 1957 & inovasi situs Candi Tondowongso ini diawali dr penemuan beberapa arca oleh pengrajin kerikil setempat.

Artikel terkait:

2. Candi Panataran

Peninggalan Kerajaan KediriCandi Panataran terletak di lereng Gunung Kelud Barat Daya di Utara Kota Blitar pada ketinggian 450 meter dr permukaan bahari & menjadi candi paling indah & besar di Jawa Timur. Dari beberapa prasasti yg pula ditemukan di sekitar candi, maka dimengerti kalau candi ini dibangun sekitar periode ke-12 hingga 14 Masehi pada masa pemerintahan Raja Srengga hingga Raja Wikramawardhana. Sistem Candi Panataran & terasnya berundak menggunakan susunan kerikil andesity yg saling mengunci.

Candi Panataran atau Candi Palah ini yakni sebuah candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis & pada Kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yg dibuat pada tahun 1365, Candi ini dibilang menjadi bangunan suci yg sudah dikunjungi Raja Hayam Wuruk dikala ia melakukan perjalanan keliling Jawa Timur.

Kompleks Candi Panataran – Kompleks Candi Panataran ini terdiri dr beberapa bangunan yg pada cuilan candi utama di sisi Timur ada suatu sungai  & kompleks candi disusun memakai pola linear dgn beberapa candi perwara serta balai pendopo yg ada di pecahan depan candi utama. Pola susun candi ini agak tak beraturan & menjadi ciri khas dr langgam Jawa Timur yg meningkat di masa Kediri & Majapahit. Kompleks candi ini berdiri di area seluas 12.946 meter yg dibagi menjadi 3 belahan kecuali untuk cuilan tenggara & dipisahkan oleh 2 buah dinding.

Sejarah Candi Panataran – Relief yg ada pada candi ini berupa medalion serta kotak panel. Nama orisinil Candi Panataran yakni Candi Palah tertulis dlm Prasasti Palah yg dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Syrenngra bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa dgn masa pemerintahan Kediri dr tahun 1190 hingga 1200. Candi gunung digunakan sebagai tempat upacara pemujaan untuk menghindari bahaya yg disebabkan lantaran Gunung Kelud sering meletus. Dalam Kitab Negarakretagama yg ditulis Mpu Prapanca diceritakan tentang perjalanan yg dikerjakan oleh Raja Hayam Wuruk yg memerintah dr tahun 1350 sampai dgn 1389 ke Candi Palah untuk melaksanakan pemujaan pada Hyang Acalapat perwujudan Siwa selaku Girindra. Di masa pemerintahan Jayanegara, Candi Panataran mulai mendapat perhatian & dilanjutkan kembali oleh Tribuanatunggadewi & Hayam Wuruk.

Artikel terkait:

3. Candi Gurah

Peninggalan Kerajaan KediriPeninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah Candi Gurah. Candi Gurah berada di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yg didapatkan pada tahun 1957 & letaknya berada di 2 km dr situs Candi Tondowongso. Candi Gurah ini berskala 9 x 9 meter. Ada persamaan dr Candi Gurah & Candi Tondowongso yakni Arca Brahma, Surya, Candra, Yoni & Nandi. Selain itu, penempatan arca dikedua candi tersebut pula sama meskipun pada bangunan daerah arca Candra, Surya & pula Nandi dr Candi Tondowongso belum terlihat terperinci bentuknya.

Profesor Soekmono mengira bila Candi Gurah ada dlm satu kompleks yg sama dgn Candi Tondowongso sebab mempunyai ciri khas yg yakni gaya peralihan antara candi Jawa Tengah dgn candi Jawa Timur. Karena itu, penelitian menyeluruh untuk Candi Tondowongso sungguh penting untuk dilakukan sebab sampai ketika ini belum ada wujud aktual dr bentuk bangunan gaya peralihan tersebut.

4. Candi Mirigambar

Peninggalan Kerajaan KediriCandi Mirigambar merupakan candi peninggalan dr Kerajaan Kediri berikutnya yg didapatkan pada sebuah lapangan di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1214 sampai dgn 1310 Saka dgn material yg yang dibuat dr bata merah mirip halnya pada candi lain di wilayah Jawa Timur. Salah seorang petinggi dr Desa Mirigambar di tahun 1965 melindungi Candi Mirigambar tersebut dr ikonklastik sehingga candi ini masih bisa kita lihat hingga kini. Ikonklastik sendiri merupakan tindakan menghancurkan berbagai kebudayaan yg dianggap selaku berhala.

Struktur candi ini terbuat dr kerikil bata merah, dimana pada dinding candi terdapat relief patung yg diukir. Pada belahan kanan depan terdapat relief 2 tokoh lelaki yg sedang mengapit 2 tokoh perempuan & pada salah satu tokoh lelaki berbadan besar & terdapat relief seorang tokoh lelaki yg sedang berdiri. Pada penggalan tepi halaman candi sebelah Utara ada tumpukan batu bata merah yg menurut kisah merupakan reruntuhan dr candi lainnya yg pula didapatkan di sekitar Candi Mirigambar tersebut. Pada kepingan tepi halaman selatan pula terdapat lempengan batu andesit & terukir tahun 1310c atau 1388 Masehi.

Artikel terkait:

5. Candi Tuban

Candi Tuban yg menjadi salah satu peninggalan dr Kerajaan Kediri ini, kini hanya menyisakan reruntuhannya saja yg terletak di 500 meter dr Candi Minigambar. Saat ini, Candi Tuban sudah tertutup dgn tanah sehingga tak memungkinkan untuk dibangun kembali. Pada ketika ini, diatas timbunan Candi Tuban sudah dijadikan sangkar beberapa binatang ternak.

6. Prasasti Kamulan

Peninggalan Kerajaan KediriPrasasti Kamulan didapatkan di Desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur yg dibuat pada tahun 1194 Masehi atau 1116 Saka yakni pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Prasasti Kamulan ini berisi wacana berdirinya Kabupaten Trenggalek pada Rabu Kliwon tanggal 31 Agustus 1194.

Dalam prasasti ini tertulis nama Kediri yg diserang Raja Kerajaan sebelah Timur & pada tanggal yg tertulis dlm prasasti adalah tanggal 31 Agustus 1191. Ukiran yg ada pada prasasti ini masih bisa tampakdgn terperinci & bisa anda lihat dgn mendatangi pribadi lokasi Prasasti Kamulan tersebut.

Baca Juga :

7. Prasasti Galunggung

Peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya yakni prasasti Galunggung. Prasasti Galunggung ditemukan di Rejotangan, Tulungagung dgn ukuran 160 x 80 x 75 cm dgn memakai aksara Jawa Kuno sebanyak 20 baris kalimat. Aksara yg terdapat pada prasasti ini sudah tak terlalu jelas terbaca karena sudah ada belahan yg rusak, akan tetapi cuma pecahan tahun saja yg masih bisa terbaca dgn jelas yakni tahun 1123 Saka. Pada serpihan depan prasasti ini terdapat lambang suatu lingkaran & pada bagian tengah lingkaran terdapat gambar persegi panjang & pula beberapa logo atau gambar.

Artikel terkait:

8. Prasasti Jaring

Prasasti Jaring dibentuk pada 19 November 1181 dgn isi yg menerangkan ihwal pengabulan permohonan masyarakatdukuh jaring lewat senapati Sarwajala yakni harapan yg tak sempat diwujudkan oleh raja sebelumnya. Prasasti Jaring ini menyebutkan bila pejabat Kediri mempunyai gelar atau istilah dgn memakai nama hewan seperti Menjangan Puguh, Lembu Agra serta Macan Kuning.

9. Prasasti Panumbangan

Prasasti Panumbangan dibuat pada 2 Agustus 1120 yg dikeluarkan oleh Maharaja Bameswara dgn isi ihwal penetapan Desa Panumbangan sebagai Sima Swatantra atau desa bebas pajak.

10. Prasasti Talan

Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur yg dibentuk tahun 1136 Masehi atau 1058 Saka. Isi dr prasasti ini adalah perihal penetapan masuknya Desa Talan ke wilayah Panumbang yg sudha terbebas dr pajak. Pada prasasti ini dilengkapi dgn pahatan Garudhamukalanca yakni pahatan berupa badan insan dgn sayap & kepala garuda.

11. Prasasti Sirah Keting

Berisi perihal pemberian tanah dr Raja Jayawarsa untuk rakyat Desa Sirah Keting berkat jasanya untuk Kerajaan Kediri.

12. Prasasti Kertosono

Berisi tentang masalah keagaamaan dr masa pemerintahan Raja Kameshwara.

13. Prasasti Ngantang

Peninggalan Kerajaan KediriBerisi wacana pemberian tanah bebas pajak oleh Jayabaya untuk Desa Ngantang berkat jasanya mengabdi pada Kerajaan Kediri. Pada Prasasti ini tertulis angka tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi yg didapatkan di Desa Ngantang, Malang & sekarang menjadi koleksi dr Museum  Nasional. Saat penduduk dr Hantang & pula 12 desa masuk dlm wilayah menghadap raja dgn perantara guru raja yakni Mpungku Naiyayikarsana yg memohon biar prasasti tersebut didharmakan di Gajapada & Nagapuspa yg ditulis diatas daun lontar & kemudian dipindahkan ke batu & ditambah lagi dgn anugerah dr Raja Jayabhaya itu sendiri.

Permohonan tersebut lalu dikabulkan oleh raja alasannya rakyat Hantang sudah menawarkan baktinya yg sesungguhnya pada raja yakni dgn menyerahkan cancu tan pamusuh & cancu ragadaha & pula disaat ada sebuah aksi untuk memisahkan diri, mereka tetap setia dgn senantiasa memihak Raja Jayabhaya.

Artikel terkait:

14. Prasasti Padelegan

Prasasti PadeleganBerisi tentang bakti yg dikerjakan masyarakatDesa Padegelan pada Raja Kameshwara. Prasasti Padelegan ini memiliki bentuk stella dgn puncak kurawal berukutan 145 cm, lebar atas 81 cml lebar bawah 70 cm & tebal 18 cm. Aksara Jawa Kuno yg terdapat pada prasasti ini sudah banyak yg aus, tetapi berhasil terbaca oleh Oud Javansche Oorkonde & dlm prasasti ini terdapat penanggalan angka tahun 1038 Saka atau 11 Januari 1117 Masehi. Prasasti ini menjadi prasasti pertama yg dikeluarkan Raja Bameswara sehingga menjadi prasasti pertama Kerajaan Kediri sehabis menjalani masa kelam Raja Samarawijaya yg memerintah pada tahun 1042 Masehi sampai dgn 1044 Masehi & berkuasa di Daha setelah pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga.

Prasasti ini tersimpan di Museum Panataran, Kabupaten Blitar yg dimana pada penggalan atas prasasti terdapat sebuah pernak-pernik lancana yg disebut dgn Candrakapala. Candrakapala lancana ini digambarkan dgn kepala tengkorak yg terlihat bagian tulang pipi & dahi menonjol, bentuk mata bulat besar seperti sedang terbelalak & senyuman yg menyeringai lebar dgn 2 buah gigi besar di serpihan depan & gigi taring di penggalan kanan & kiri sehingga terlihat sungguh seram. Pada penggalan dahi pula terdapat bulatan sedikit melengkung yg kemungkinan merupakan bentuk bulan sabit dgn kedua ujung yg menghadap ke bawah.

15. Prasasti Ceker

Prasasti yg berisi tentang anugrah yg diberikan raja untuk masyarakatDesa Ceker yg sudah mengabdi untuk perkembangan Kerajaan Kediri.

16. Kitab Kakawin Bharatayudha

Peninggalan Kerajaan KediriKitab Kakawin Bharatayudha dikarang oleh Mpu Sedah & pula Mpu Panuluh dgn isi Kitab yg menceritakan tentang perjuangan yg dilaksanakan oleh Raja Jenggala, Jayabaya & kesannya berhasil menaklukan Panjalu. Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah peperangan dr Kurawa & Pandawa di dlm kisah Mahabarata. Prasasti ini mnurut asumsi dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya & selesai ditulis pada 6 November 1157. Pada kepingan awal kitab hingga ke kisah Prabu Salya ke medan perang merupakan karya dr Mpu Sedah & kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.

Menurut cerita, saat Mpu Sedah ingin menulis tentang keayuan dr Dewi Setyawati permaisuri dr Prabu Salya, ia membutuhkan teladan biar tulisannya bisa sukses sehingga putri Prabu Jayabaya diberikan, namun Mpu Sedah berbuat tak baik sehingga ia dihukum & karyanya diberikan pada orang lain. Namun, berdasarkan Mpu Panuluh, sehabis karya dr Mpu Sedah nyaris seleai yakni ketika menceritakan Prabu Salya yg berangkat ke medan perang maka ia tak tega untuk melanjutkan ceritanya tersebut sehingga meminta Mpu Panuluh untuk meneruskan kitab tersebut & cerita ini diungkap pada final kakawin Bharatayuddha.

17. Kitab Kresnayana

Peninggalan Kerajaan KediriPeninggalan Kerajaan Kediri berikutnya adalah kitab kresnayana. Kitab Kresnayana dikarang oleh Mpu Triguna yg isinya menceritakan ihwal riwayat hidup Kresna yakni seorang anak yg mempunyai kekuatan besar akan tetapi sungguh senang menolong orang lain. Dalam Kitab ini diceritakan ihwal Kresna yg sungguh disukai oleh rakyat & ia menikah dgn Dewi Rukmin.  Apabila diartikan dengan-cara harafiah, maka Kresnayana berarti perjalanan Krena ke negeri Kundina kawasan Sang Rukmini. Dewi Rukmini, putri dr Prabu Bismaka di negeri Kundina tersebut sudah dijodohkan dgn Suniti yg merupakan raja negeri Cedi. Akan tetapi, ibu dr Rukmini yakni Dewi Pretukirti lebih ingin putrinya menikah dgn Kresna. Oleh karena itu, pada hari besar yg semakin bersahabat, Suniti & Jarasanda pamannya datang ke Kundina & Pretukirti serta Rukmini dengan-cara diam-diam memberi tahu Kresna untuk datang secepat mungkin & Rukmini serta Krena melarikan diri. Mereka kemudian dikejar oleh Suniti, Jarasanda serta Rukma adik dr Rukmini sekaligus bareng dgn tentara mereka. Kresna kemudian berhasil semua & nyaris saja membunuh Rukma, akan tetapi Rukmini mencegahnya kemudian mereka berdua pergi ke Dwarwati lalu menggelar pesta pernikahannya disana.

Artikel terkait:

18. Kitab Sumarasantaka

Kitab Sumarasantaka dikarang oleh Mpu Monaguna yg menceritakan perihal kutukan Harini yakni seorang bidadari dr khayangan yg sudah berbuat kesalahan & ia dikutuk menjadi manusia. Harini lalu tinggal di bumi selama beberapa saat hingga kutukan tersebut selesai.

19. Kitab Gatotkacasraya

Kitab Gatotkacasraya dikarang oleh Mpu Panuluh yg menceritakan perihal kisah kepahlawanan dr Gatotkaca yg sudah berhasil menyatukan Abimayu yg adalah putra dr Arjuan dgn Siti Sundhari.

20. Kitab Smaradhana

Kitab SmaradhanaKitab Smaradhana dikarang oleh Mpu Dharmaja yg isinya menceritakan wacana kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih yg merupakan sepasang suami istri menghilang dengan-cara misterius alasannya adalah terkena api yg keluar dr mata ketiga Dewa Syiwa. Saat Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh yakni raksasa dgn rajanya bernama Nilarudraka. Karena Batara Siwa sangat serius dgn tapanya, maka ia seolah lupa dgn keadaan di khayangan. Agar Batara Siwa bisa teringat & kembali ke khayangan, maka paa dewa mendelegasikan Batara Kamajaya untuk menjemput Batara Siwa. Batara Kamajaya mencoba berbagai cara mirip panah bunga, tetapi Batara Siwa tetap tak bergeming dr tapanya yg akhirnya dilepaskannya panah pancawisesa yakni kehendak mendengar yg merdu, keinginan mengenyam yg enak, keinginan meraba yg halus, keinginan mencium yg harum & hasrat memandang yg serba indah.

Karena panah pancawisesa tersebut, jadinya Batara Siwa merasa rindu dgn Dewi Uma, akan tetapi dikala mata ketiganya yg berada di tengah dahi mengetahui kalau itu tindakan dr Batara Kamajaya, maka ia menatap Batara Kamajaya yg menciptakan dirinya hancur. Dewi Ratih yg merupakan istri dr Batara Kamajaya kemudian melaksanakan bela dgn menceburkan dirinya dlm api yg sudah mengkremasi suaminya & para yang kuasa memanjatkan ampun atas semua peristiwa tersebut supaya mereka bisa dihidupkan kembali, akan tetapi permintaan tersebut tak dikabulkan & jiwa sabda Batara Kamajaya turun ke dunia kemudian masuk ke hati pria, sementara Dewi Ratih masuk ke jiwa wanita.

Saat Siwa duduk berdua dgn Dewi Uma, para ilahi tiba mengunjungi termasuk Dewa Indra beserta gajahnya Airawata yg sangat dahsyat sehingga membuat Dewi Uma ketakutan melihatnya. Dewi Uma lalu melahirkan putra berkepala gajah yg dinamakan Ganesha. Saat raksasa Nilarudraka tiba ke khayangan, maka Ganesha bertarung melawannya & menciptakan Ganesha terus bertambah besar & kian kuat sehingga musuh bisa dikalahkan & para yang kuasa bersukacita.

Artikel terkait:

21. Arca Buddha Vajrasattva

Arca Buddha Vajrasattva berasal dr Kerajaan Kediri pada masa ke-10 atau ke-11 yg kini ini menjadi koleksi dr Museum fur Indische Kunst, Berlin, Dahlem, Jerman.

22. Kitab Hariwangsa

Kitab Hariwangsa yaitu suatu karya sastra Jawa Kuno yg menceritakan bentuk kakawin Prabu Kresna titisan Batara Wisnu yg menikah dgn Dewi Rukmini dr negeri Kundina, yakni putri dr Prabu Bismaka & Rukmini merupakan titisan dr Dewi Sri. Hariwangsa kalau diartikan dengan-cara harafiah berarti garis keturunan Wisnu. Isi dr kitab ini menceritakan tentang Kresna yg berlangsung di taman & dikunjungi oleh Batara Narada yg mengatakan jika calon istrinya ialah titisan dr Dewi Sri, akan tetapi Prabu Jarasanda sudah ingin menikahkan dgn Raja Cedi bernama Prabu Cedya.

Prabu Kresna kemudian menculik Dewi Rukmini & pada malam sebelum pesta pernikahan, Kresna tiba kemudian membawwa Rukmini, sementara banyak tamu yg sudah tiba. Prabu Bismaka menjadi murka & berunding dgn raja lain yg tiba & mereka semua takut menghadapi Kresna yg sungguh sakti tersebut. Jarasanda lalu meminta Yudistira & para Pandawa untuk membantu mereka & kemudian delegasi di kirim ke Yudistira yg menjadikannya menjadi galau, sebab peran kesatria ialah melindungi dunia serta berperang melawan hal jelek.

Kresna sendiri ialah teman dr para Pandawa, akan tetapi karena perbuatannya tersebut maka ia harus dieksekusi. Bima menjadi murka besar & ingin membunuh utusan Jarasanda tersebut namun Arjuna mencegahnya & tak beberapa usang kemudian, mereka dikunjungi oleh duta Prabu Kresna yg ingin meminta pertolongan. Akan tetapi karena sudah menciptakan janji, maka Yudistira menolaknya sambil berpesan pada duta tersebut bila Prabu Kresna tak perlu cemas alasannya ia sangat sakti. Para Pandawa lima lalu berangkat ke negeri Karawira daerah berkuasanya Prabu Jarasanda yg kemudian menyerang Dharawati, negeri Prabu Kresna.

Kresna lalu bersipa menghadapi musuh & dibantu oleh kakanya Sang Baladewa & mereka berdua membunuh banyak musuh tergolong Jarasanda, para korawa, Bima, Nakula & Sahadewa, sedangkan Yudistira dibius oleh Kresna sehingga tak bisa bergerak. Kresna kemudian berperang melawan Arjuna & nyaris saja kalah, kemudian turun Batara Wisnu dr surga sehingga Kresna yg merupakan titisan Wisnu pun bermetamorfosis Wisnu. Yudistira yg sudah siuman lalu meminta Wisnu semoga menghidupkan semua yg tewas di medan perang & Wisnu mengabulkannya dgn menghujani amerta sehingga semua bisa hidup kembali tergolong Jarasanda & mereka semua datang ke ijab kabul Kresna di Dwarawati. Kitab ini ditulis oleh Mpu Panuluh di saat pemerintahan Prabu Jayabaya.

Baca Juga :

Demikian ulasan yg bisa kami berikan kali ini mengenai peninggalan Kerajaan Kediri terlengkap dr mulai kitab, candi, prasasti & pula arca. Semoga bisa bermanfaat & memperbesar wawasan anda seputar sejarah kerajaan di Indonesia utamanya Kerajaan Kediri.

  Demokrasi : Pemilu Yang Berlangsung Ketika Demokrasi Liberal