Penyimpangan sosial positif bahu-membahu sikap yg melawan kebiasaan atau konstruksi sosial masyarakat pada umumnya, yg bahu-membahu tak terlalu salah apabila dilanggar.
Misalnya seorang perempuan yg melakukan pekerjaan sebagai perempuan karir sebab berstatus single parent sehingga perlu menyanggupi hidup diri & anaknya.
Dahulu perempuan yg melakukan pekerjaan dianggap “kurang layak” atau “tidak pantas” alasannya perempuan dianggap lekat dgn ranah-ranah domestik alias dlm rumah.
Namun kini perempuan tak hanya bisa bekerja di rumah melainkan pula diluar rumah baik sebagai sekretaris, office girl, manajemen, humas.
Bahkan ada yg bekerja selaku pengawas lapangan sebuah perusahaan. Penyimpangan sosial aktual sering memanggil tanya para ilmuwan.
Pasalnya, nilai & norma disosialisasikan masyarakat sejak individu hidup di penduduk (sejak kecil). Ia telah melewati proses institusionalisasi & internalisasi (Soekanto, 2017).
Pertanyaan yg kerap kali diajukan merupakan penyebab terjadinya penyimpangan sosial konkret. Sebelum itu simak beberapa acuan penyimpangan sosial nyata di bawah ini.
Ada 5 Contoh Penyimpangan Sosial Positif
Berikut ini pola dr penyimpangan sosial nyata di dlm lingkungan kehidupan penduduk sehari hari yakni :
1. Perempuan yg melakukan pekerjaan & mempunyai jabatan strategis di daerah kerjanya.
2. Bekerja dr rumah mirip penulis konten, kreator konten, dropshiper, reseller, dll.
3. Anak-anak/Remaja/pemuda yg sudah bisa menghasilkan uang
4. Datang telat untuk menolong orang lain yg kecelakaan dijalan
5. Melawan bos yg mengajari korupsi & tak takut dipecat
Lantas, apa saja kira kira penyebabnya ? simak dibawah ini pembahasan & klarifikasi singkatnya ya.
Ada 4 Penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial Positif
Penyebab penyimpangan sosial kasatmata bisa dikarenakan aneka macam alasan, akan namun beberapa acuan diatas.
Dapat dikenali bahwa penyimpangan sosial positif terjadi alasannya adalah nilai & norma yg ada & berkembang selama ini di suatu penduduk tak lagi relevan.
Beberapa penyebab yg penulis bisa berikan yakni selaku berikut :
1. Nilai & norma tak lagi berhubungan dgn kondisi zaman
Artinya ajaran masyarakat atau sebagian individu sudah terbuka.
Contoh :
Dulu pendidikan tinggi atau kuliah sangat jarang dilakoni penduduk desa. Namun kini banyak yg menyadari, pendidikan tinggi itu sangat diperlukan.
Orang tua di pedesaan berharap anaknya bisa menempati posisi di tingkat desa/kelurahan.
2. Nilai & norma tak berlaku universal.
Artinya sebuah sikap yg dianggap menyimpang dr nilai & norma di suatu kawasan tak berlaku ditempat lain.
Contoh :
> kohabitasi (tinggal bersama dgn pasangan) di banyak negara eropa merupakan hal yg biasa saja.
Bahkan di Turki yg merupakan dominan muslim pula dianggap biasa saja. Berbeda dgn negara-negara di Asia Tenggara mirip Indonesia.
Selagi belum ada ikatan yg sah maka hal tersebut dianggap sebagai perbuatan yg menentang nilai & norma, baik aturan, susila, bahkan agama.
> Tidak datang ronda & gotong royong di pedesaan akan mendapat perlakuan sinis, hukuman sosial, dll dr masyarakat.
Namun di perkotaan seorang yg tak tiba ronda & gotong royong bisa membayar denda yg dijatuhkan padanya tanpa mendapat komentar dr tetangganya.
3. Nilai & norma mengalami perubahan balasan tragedi, teroris, atau permasalahan lainnya.
Nilai & norma yg ada diganti yg baru. Pemahaman yg lama akan mudah dieliminasi apabila nilai & norma yg gres itu terjadi alasannya adalah argumentasi bencana, dsb.
Contoh :
> Penggunaan masker saat berbicara pada orang bau tanah. Dulu seseorang harus menyaksikan musuh bicaranya apalagi bila seorang yg lebih tua.
Kini seseorang bukan cuma memakai masker dikala mengatakan, namun pula menyingkir dari kontak tubuh, menjaga jarak, hingga kadang tak saling menatap biar tak mengeluarkan droplet.
> Pemuda atau remaja biasanya senantiasa dimarahi apabila pulang terlalu malam.
Namun bila sebuah desa mengalami teror maling biasanya perjaka pun turut serta bergantian ikut ronda & hal ini kemudian dimaklumi oleh keluarganya & masyarakat.
4. Nilai & norma tak mengakomodir aspirasi individu.
Artinya seseorang yg merasa mampu & bisa melakukan sesuatu yg tidak boleh.
Atau belum diperbolehkan padahal ia merasa perlu untuk melakukannya sebab impian atau pembuktian.
Contoh :
> Bekerja dr rumah seperti penulis konten, kreator konten, dropshiper, reseller, dll.
> Anak-anak/Remaja/perjaka yg sudah bisa menghasilkan uang
Makara sahabat sosiologiku.com, sejatinya nilai & norma pula mengalami pergeseran dgn argumentasi diatas sehingga ia bisa saja diabaikan atau diganti.
Nah perlu dikenang pula bahwa ciri sosiologi dlm hal ini yakni non etis, tak menganggap sesuatu atas dasar baik jelek akan tetapi menganalisis & menerangkan suatu kejadian.
Perempuan yg bekerja, pekerja yg melakukan aktivitasnya dr rumah, hingga melawan pakem bahu-membahu.
Menunjukkan bahwa penduduk mulai mengetahui konteks sosial ekonomi budaya & kehidupan pada masa kini. Semoga berfaedah!
Demikian pembahasan ihwal Ada 5 Contoh Penyimpangan Positif & Ada 4 Penyebabnya di dlm Kehidupan Lingkungan Masyarakat Sehari-Hari.
Penulis Artikel : Sandewa Jopanda
Sumber Referensi bacaan Sosiologi.gosip :
Soekanto, Soerjono. 2017. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers