Kepadatan penduduk menjadi salah satu duduk perkara yg dihadapi banyak kota besar di Indonesia. Untuk menghitung tingkat kepadatan penduduk kita cuma perlu membagi total jumlah penduduk dgn luas daerahnya (dalam km²). Sebut saja Jakarta, Bandung, Yogyakarta, & Solo. Keempat kota besar tersebut merupakan 4 besar kategori kota besar dgn tingkat kepadatan per km² paling tinggi di Indonesia model Wikipedia. Jakarta pusat menempati posisi pertama dgn angka kepadatan per km² yg mencapai 18.569 jiwa.
Mengapa hal ini menjadi masalah? Padatnya tingkat kepadatan penduduk disuatu tempat pasti akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduk itu sendiri. Bahkan bukan tak mungkin akan timbul bentuk-bentuk konflik sosial. Semakin padat suatu kawasan maka makin kecil kemungkinan adanya pemerataan dlm setiap faktor kehidupan orangnya. Masalah yg dapat timbul selaku efek kepadatan penduduk antara lain:
- Tingkat pengangguran yg tinggi
- Kebutuhan materi pokok terancam tak tercukupkan
- Kerusakan lingkungan
- Kemiskinan
- dll.
Berikut ini ialah hal-hal yg menjadi penyebab terjadinya kepadatan penduduk di kota besar.
1. Ketersediaan Lapangan Kerja
Ini merupakan penyebab utama kepadatan penduduk di kota besar yg menjadi alasan dominan perantau dr desa yg datang ke kota besar: mencari pekerjaan. Banyak penduduk yg beranggapan bahwa lapangan pekerjaan mampu dgn gampang didapatkan di kota besar. Akhirnya penduduk berbondong-bondong tiba memadati tempat tersebut tanpa perancanaan yg niscaya perihal tempat kerja yg mereka kehendaki. Ada yg mendapat pekerjaan, namun banyak pula yg harus menghadapi kenyataan pahit tak mendapatkan pekerjaan & jadinya menganggur. Modal awal tatkala tiba ke kota alhasil habis & mau tidak ingin mesti menetap disitu alasannya adalah tidak punya ongkos pulang. Inilah yg menjadikan kenaikan angka pengangguran & tingkat kepadatan penduduk di kota besar.
2. Tingginya Angka Kelahiran
Tingginya angka kelahiran merupakan salah satu persoalan negara meningkat . Jumlah penduduk tak akan meledak jikalau jumlah kelahiran, kematian & jumlah penduduk migrasi mampu sepadan. Namun bila angka kelahiran melebihi angka kematian & jumlah penduduk migrasi pastinya wilayah / kota tersebut akan naik tingkat kepadatannya. Saat ini pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya mengiklankan program keluarga bermaksud yg membatasi jumlah anak dlm setiap keluarga maksimal 2 anak utamanya di kota-kota besar. Meskipun demikian masih ada saja keluarga yg tak ikut berpartisipasi dlm acara ini alasannya faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yg mampu mensugesti angka kelahiran di suatu kawasan antara lain:
- Jumlah pasangan yg kawin pada usia muda
- Tingkat pendidikan rendah yg dibarengi dgn kemiskinan sehingga menganggap ijab kabul/perkawinan yg menghasilkan anak adalah satu-satunya jalan untuk memperbaiki mutu hidup. Anak dihadirkan dgn keinginan nantinya akan mengelola orang bau tanah.
- Kurangnya sosialisasi program Keluarga Berencana dr pemerintah untuk penduduk kaum menengah kebawah.
- Kepercayaan-doktrin zaman dahulu yg membudaya. Contohnya anggapan banyak anak banyak rezeki.
3. Kondisi Alam
Hal ini mungkin jarang didapatkan di Indonesia, tetapi banyak terjadi di negara-negara luar. Masyarakat cenderung ingin tinggal di tempat dgn kondisi alam yg kondusif & nyaman dgn frekuensi bencana alam yg minim. Jika semua orang berpikiran demikian tentu lambat laun tempat yg dianggap paling baik untuk ditinggali akan dipadati oleh penduduk dr aneka macam macam tempat. Faktor kondisi alam sebagai penyebab kepadatan penduduk dapat kita dapati di negara-negara dgn empat musim seperti benua Eropa & Australia, tapi hal serupa pula terjadi di negara India.
4. Pembangunan Tidak Merata
Penyebab terjadinya kepadatan penduduk disuatu kawasan bisa terjadi karena pembangunan yg tak merata. Pembangunan dlm suatu tempat mampu berbentuk bisnis, lapangan pekerjaan, fasilitas biasa , sekolah, & pengadaan kebutuhan pendukung hidup seperti listrik & air higienis. Pembangunan yg cuma difokuskan pada satu titik saja, yg umumnya ialah kota besar, mampu menarik penduduk yg tak mendapatkan fasilitas yg sama di daerahnya memutuskan untuk pindah tempat tinggal walaupun itu memiliki arti harus menghadapi kehidupan keras di kota besar. Pembangunan yg tak merata pula dapat mempengaruhi biaya hidup untuk tinggal disuatu daerah. Daerah dgn sentra pertokoan, akomodasi biasa & ketersediaan kebutuhan utama yg mencukupi tentu biaya hidupnya akan lebih sedikit dibandingkan dgn tempat-tempat terpencil yg mesti membeli kebutuhan utama dgn harga mahal alasannya proses distribusi yg panjang.
5. Pola Pikir Masyarakat Desa
Hal ini pula berkaitan dgn tingkat pendidikan seseorang & ketersedian lapangan pekerjaan di tempat asal. Ciri-ciri penduduk tradisional yakni yg pola pikirnya yg berpendapat tinggal di kota besar niscaya mampu berhasil masih banyak ditemukan di pedesaan. Biasanya karena menyaksikan kesuksesan kerabat atau tetangga yg berhasil mapan diperantauan, hatinya tergerak untuk merantau dgn impian mampu mendapat pencapaian yg sama. Orang-orang seperti ini lazimnya tak berpikir panjang perihal apa yg hendak mereka lakukan nanti dikala di kota besar. Karena contoh pikir seperti ini banyak yg malah rampung di jalanan tanpa tujuan yg niscaya.
Itulah beberapa penyebab terjadinya kepadatan penduduk di kota besar. Hal ini dapat kita atasi dgn kerja sama dr pemerintah & masyarakatnya. Memaksimalkan pembangunan yg merata untuk setiap daerah ialah cara terbaik untuk mengatasi kepadatan penduduk di kota besar. Hal ini mampu menjadi upaya pemerintah dlm menanggulangi pengangguran. Selain itu, memaksimalkan perjuangan dlm menertibkan angka kelahiran & memajukan pendidikan pula dapat menertibkan tingkat kepadatan penduduk. Semoga berfaedah.