7 Pemberontakan Setelah Kemerdekaan

Setelah dijajah oleh Belanda lebih dr 350 tahun, kemudian disusul oleh penjajahan Jepang, Proklamasi oleh tokoh kemerdekaan Indonesia hasilnya terjadi pada tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Namun perjuangan untuk menciptakan kondisi NKRI yg kondusif belum selesai setelah Proklamasi Kemerdekaan. Mengingat Indonesia mempunyai wilayah yg sangat luas, belum lagi terdiri dr banyak pulau, suku & bermacam-macam adab, info kedaerahan masih banyak terjadi sesudah proklamasi sehingga banyak terjadi perang Indonesia sebelum kemerdekaan.

Pergolakan daerah & pemberontakan sehabis kemerdekaan terjadi di banyak sekali wilayah, rata-rata pemberontakan yg terjadi berlatar belakang berita kedaerahan & politik. Berikut pemberontakan-pemberontakan yg terjadi sesudah tahun 1945 sampai tahun 1960.

  • Pemberontakan APRA Jawa Barat

Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) dipimpin oleh Kapten Westerling, Westerling yakni mantan tentara KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda).

Pasukan APRA menguasai wilayah Bandung pada tanggal 23 Januari tahun 1950. Beberapa tempat penting seperti markas Divisi Siliwangi direbut oleh pasukan APRA, mereka pula membunuh anggota TNI yg ditemui dengan-cara acak, salah satunya Letkol Lembong.

Di tahun 1950 pada bulan April, Sultan Abdul Hamid II yg berasal dr Pontianak ditangkap karena ikut serta menolong pemberontakan APRA, sedangkan Westerling berhasil melarikan diri ke mancanegara.

  • Republik Maluku Selatan

Masih di tahun yg sama, yakni di tahun 1950 pada tanggal 25 April, Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon.

Soumokil mendapatkan derma dr Belanda & KNIL yg berada di Ambon. Pasukan tentara APRIS melaksanakan Operasi Militer dengan-cara terus menerus, sampai di tanggal 8 November 1950 pertempuran APRIS & TNI sedikit mereda.

Di tahun 1963, Soumokil balasannya sukses ditangkap kemudian diadili oleh Mahkamah Militer Di Jakarta & dijatuhi hukuman mati di tahun 1964.

  • Pemberontakan PRRI-Permesta
  10 Jenis – Jenis Manusia Purba Di Indonesia

PRRI ialah kepanjangan dr Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, gerakan ini terjadi di tahun 1957. Gerakan ini disebut pula Permesta atau Perjuangan Rakyat Semesta.

Pemberontakan ini terjadi alasannya kekecewaan angkatan militer tempat pada pemerintah pusat di wilayah Sumatra & Sulawesi. Adanya rasa ketidak adilan & minimnya perhatian terhadap kesejahteraan militer serta masayarakat sipil di daerah.

Pencetusnya adalah adanya penghematan divisi di brigade Angkatan Darat, baik Perwira & serdadu merasa kecewa sehingga terjadi perjuangan kawasan di bulan Desember tahun 1956 hingga bulan Februari tahun 1957.

Puncak pemberontakan PRRI ini yakni dibentuknya operasi penumpasan oleh Tentara Indonesia yg merupakan adonan dr Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara & Angkatan Perang Republik Indonesia.

Operasi penumpasan tersebut dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani, Jatikusumo & Letkol Ibnu Sutowo. Di tahun 1961, Presiden Soekarno memberi potensi & amnesti bagi anggota PRRI-Permesta.

  • Peristiwa Madiun

Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada tahun 1948, didalangi oleh Musso, seorang tokoh PKI & Amir Syarifudin, dulu adalah perdana menteri yg menandatangani kesepakatanRenville.

Pemberontakan Madiun berawal dr kekecewaan Amir Syarifudin setelah kabinetnya jatuh lalu membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) di tahun 1948.

Musso & Amir Syarifudin bekerja sama untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno & Moh Hatta dgn melakukan propaganda anti pemerintah.

PKI berhasil menguasai wilayah Madiun, Blora, Kudus sampai Trenggalek & mengumumkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia”. Pemberontakan yg dilakukan bertujuan menggulingkan Pemerintahan Indonesia yg telah diproklamasikan tahun 1945 & digantikan dgn pemerintahan yg berlandaskan paham komunis.

Di tanggal 30 September 1948, Tentara Nasional Indonesia sukses merebut kembali kota Madiun. Amir Syarifudin ditangkap di hutan Ngrambe & Musso melarikan ke luar kota tetapi akibatnya tertembak oleh TNI.

  • Pemberontakan DI/TII Jawa Barat
  Sejarah Peradaban : Hilangnya Dimensi Kerohaniaan

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo. Diawali dgn memproklamirkan Negara Islam Indonesia & gerakannya bernama Darul Islam (DI), serta mempunyai tentara bernama Tentara Islam Indonesia (TII).

Gerakan DI ini dibentuk di Jawa Barat, tepatnya di wilayah Tasikmalaya, saat itu suasana Jawa Barat yg sedang kosong alasannya adalah ditinggalkan oleh pasukan Siliwangi ke Jawa Tengah berkaitan dgn kontrakRenville.

Penumpasan pemberontakan DI/TII ini tak gampang karena medan tempat TII bergerilya berada di pegunungan, DI pula mendapatkan pemberian dr Belanda serta suasana politik Indonesia yg sulit sehingga tak dapat konsentrasi pada keamanan negara.

Baru di tahun 1960 pemerintah mewakilkan Pasukan Siliwangi & dibantu oleh rakyat melakukan operasi berjulukan Pagar Betis. Di tahun 1962, Kartosuwiryo & pasukannya berhasil ditangkap Pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Jawa Barat.

  • Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan

Pemberontakan DI/TII tak cuma terjadi di Jawa Barat, di Kalimantan Selatan pemberontakan DI dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Gerakan ini diawali di bulan Oktober tahun 1950. Gerakan ini pula pecahan dr geraka Negara Islam Indonesia yg dipimpin Kartosuwiryo.

Latar belakang gerakan ini berhubungan dgn legalisasi kedaulatan negara Indonesia oleh Belanda di dlm Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda yg memutuskan bahwa tata cara negara yaitu serikat (Republik Indonesia Serikat)

TNI menumpas pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dgn cara diplomasi di tahun 1950 & Operasi Militer. Operasi Miiter pertama, berjulukan operasi Delima dijalankan pada tanggal 23 November 1959, operasi ini dilaksanakan selama 15 hari & menimbulkan banyak TII tewas.

Ibnu Hadjar ditangkap pada bulan September 1963, diadili oleh Pengadilan Mahkamah Militer yg membawanya pada eksekusi mati.

  • Pemberontakan G30S PKI
  Sejarah Berdirinya Banten Lama Sebagai Kesultanan Islam

Ketika Indonesia menjalani demokrasi terpimpin, krisis ekonomi pun terjadi. Hal ini membuka peluang bagi paham komunisme meningkat di Indonesia.

Prinsip Nasakom yg berlaku dikala itu dimanfaatkan oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) & organisasi yg menjadi pendukungnya untuk memperluas pahamnya.

Puncaknya adalah pemberontakan yg terjadi pada tanggal 30 September 1965 yg disebut pula G30S PKI. Di tanggal tersebut terjadi agresi penculikan & pembuhuna perwira tinggi TNI Angkatan Darat yg dipimpin oleh gerakan 30 September.