10 Contoh Culture Shock di Indonesia

Yang mana diakibatkan atau disebabkan oleh perbedaan yg mencook antara budaya yg dimiliki dgn budaya baru atau lainnya. 
Istilah pertama kali culture shock ini dikenalkan oleh Kalervo Oberg pada 1960 an, ia adalah seorang antropolog.
Dimana dlm pengenalan gegar budaya ini untuk menggambarkan respon yg menalam & negatif dr depresi, frustasi, & disorientasi.
Yang mana dialami oleh orang orang yg hidup pada sebuah lingkungan kebudayaan gres. Menurut ward, menerangkan bahwa culture shock ialah sebuah proses aktif.
Dalam menghadapi suatu pergeseran saat berada di dlm lingkungan yg tak familiar. Dimana proses aktif itu seperti affective, behavior, & cognitive individu.
Yakni reaki individu tersebut merasa, berperilaku, maupun berpikir tatkala menghadapi suatu imbas kebudayaan baru atau budaya kedua.
Nah itulah sekilas penjelasannya, untuk lebih lengkapnya silahkan baca dibawah ini ya.
Selanjutnya mari coba kita lihat beberapa teladan yg ada di masyarakat mengenai culture shock dlm kehidupan sehari hari.
Contoh Culture Shock, Gegar Budaya Akibat Perubahan Sosial
Ada beberapa teladan yg mampu kita lihat dr pergantian sosial di kehidupan penduduk yg menciptakan terjadinya culture shock atau gegar budaya.
Apa saja ya misalnya yg ada di penduduk dlm kehidupan sehari harinya ? Mari simak dgn seksama berikut ini, yakni :
1. Pelajar yg galau dlm memulai belajar online atau daring selama pandemi Covid-19 lantaran jarang melaksanakan berguru online.
Biasanya belajar dengan-cara pribadi di sekolah bersama & berjumpa dgn para guru dengan-cara tatap tampang. 
2. Mahasiswa Indonesia yg kuliah di luar negeri, yg permulaan permulaan pasti akan mengalami terkejut atau gegar budaya kepada kebiasaan masyarakat disana.
Yang mana pasti berlainan dgn kebiasaan, kegiatan, budaya, budbahasa, yg ada di Indonesia dgn di mancanegara tempat ia kuliah tersebut. 
3. Kemajuan dunia digital membuat penduduk mampu dgn gampang mengakses internet, keterangan yg disebar luaskan di media umum.
Namun, lantaran penduduk masih begitu awam terhadap informasi yg benar, atau yg buka atau yg mana hoax.
Masih belum bisa membedakan, sehingga tergoda dgn keterangan tak benar itu & menyebar luaskannya di media sosial.
Yang mana berujung pada duduk perkara hukum yg dihadapi seseorang karena melanggar UU ITE & peraturan lainnya. 
4. Tatkala masyarakat pedalaman diberikan smartphone atau laptop akan sedikit gundah permulaan mulanya dlm mengoperasikan atau menggunakannya.
Karena belum terbiasa dlm memakai barang atau elektronik digital yg canggih mirip halnya hp & laptop tersebut. 
5. Maraknya aplikasi shoping atau marketplace membuat penduduk di Indonesia dgn begitu leluasan dlm membeli barang.
Sehingga masyarakat tak mampu lagi menyeleksi mana keperluan & keinginannya. Karena kemajuan pesat ini, masyarakat menjadi semakin konsumtif dlm membeli barang.
Apalagi membeli barangnya dgn gampang ada di hp masing masing, tinggal tekan & pilih eksklusif masuk keranjang.
Besok telah langsung diantarke alamat atau lokasi peserta yg telah ada tertera di aplikasi marketplace tersebut. 
Sekarang mampu kita lihat yg muda, renta bahkan gemar belanja di aplikasi marketplace dgn dengan-cara berlebihan.
6. Selama pandemi Covid-19 ini para pedagang kaki lima mesti mengikuti perkembangan untuk memasukan jualannya ke dlm aplikasi seperti Grab, GoFood & sejenisnya.
Sehingga masyarakat mampu melakukan reservasi disana dgn gampang tanpa perlu berkontak dengan-cara fisik.
Sebagian penjualmasih bingung dlm melakukan pendaftaran dgn aplikasi tersebut, disinilah pula belahan dr gegar budaya tersebut. 
7. Masih adanya kekeliruan dlm menggunakan tisu bagia selaku penduduk Indonesia, yg mana terkadan tisu tolilet digunakan untuk tisu wajah atau tisu di tempat makan.
8. Mahasiswa yg dr tempat ketika kuliah ke kota pula akan di permulaan permulaan mengalami gegar budaya lantaran, niscaya akan ada perbedaan dlm menjalankan acara sehari harinya. 
Misalnya dikala melakukan komunikasi antar sesamanya, niscaya akan tak sinkron bila menggunakan bahasa daerah.
Karena belum tentu seseorang yg diajak berkomunikasi itu bisa mengerti & mengetahui bahasa yg digunakan.
9. Adanya perkembangan teknologi keterangan membuat munculnya sebuah kebudayaan gres yg membuat para cukup umur anak millenial.
Hal ini dapat merubah & menggerus kebudayaan tempat atau setempat, yg mana pula anak anak muda lebih menyukai budaya abnormal sebut saja budaya k-pop, & yang lain.
10. Munculnya berbagai kejahatan dlm dunia digital akibat adanya pergeseran sosial di masayrakat & pastinya membuat adanya culture shock.
Sebut saja perjudian online, penipuan, & masih banyak lagi contohnya yg ada di dlm aktivitas penduduk tersebut. 
Nah itulah sekilas penjelasan, ulasan & pembahasan mengenai topik materi wacana 10 Contoh Culture Shock di Indonesia dlm kehidupan sehari hari di masyarakat. 
Sumber Referensi : 
http://repository.uin-suska.ac.id/6873/3/BAB%20II.pdf