Sehingga barulah tatkala Ferdian Paleka membuat prank sampah menjadi obrolan yg viral di media umum.
Fungsi latent merupakan fungsi yg tak diperlukan dlm penduduk . Betul, dengan-cara tersembunyi prank sampah sembako yg diberikan pada banci oleh Ferdian Paleka menjadi fungsi yg tak diperlukan.
Ya, alasannya memang tak sesuai dgn norma yg berlaku, yakni memberikan sumbangan berupa sampah wangi. Nah, disini memang ada kekeliruan yg dijalankan oleh Ferdian Paleka dlm video pranknya tersebut.
Namun, ada yg menarik dr kasus ini, yaitu warianya itu sendiri. Secara sadar, & menjadi fungsi tersembunyi seolah-olah kita sebagai penduduk membenarkan adanya banci, mungkinkah kita membenarkan itu ?
Itulah penggalan dr fenomena sosial yg memang menjadi dualisme dlm penduduk itu sendiri. Yang pula semestinya kita memberikan preventif atau penjagahan terhadap norma yg menyimpang kepada waria itu sendiri.
Oleh sebab itu, penting pula kita melaksanakan pencegahan, atau kontrol sosial, bagaimana norma yg ada dlm penduduk dapat berjalan dgn sebagaimana mestinya, sehingga tujuan bersama atau konsensus itu dapat tercapai.
Perilaku menyimpang potongan dr Anomie menurut Robert K Merton. Apa itu anomie ? Nah, menurut Merton, anomie terjadi bila ada keterputusan hubungan antara norma kultural & tujuan dgn kapasitas yg terstruktur dengan-cara sosial dr anggota golongan untuk bertindak sesuai dgn nilai kultural.
Anomie dapat dikatakan ada, & selaku risikonya terdapat kecenderungan ke arah sikap menyimpang. Lalu, apa arti perilaku menyimpang itu ?
Perilaku menyimpang atau bisa pula kita sebut peyimpangan sosial, ialah perilaku yg tak sesuai nilai-nilai kebaikan atau kepatuhan, baik dengan-cara kemanusian, agama, dengan-cara individu ataupun pembenaran selaku mahluk sosial.
Dalam KBBI perilaku menyimpang, merupakan selaku tingkah laku, perbuatan, atau respon seseorang terhadap lingkungan yg bertentangan dgn norma-norma, & hukum yg ada di dlm masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat, pastinya kita sebagai manusia pula mesti mematuhi norma-norma yg ada, sehingga tindakan kita sebagai insan tak menyimpang, & bisa berperilaku sesuai dgn norma yg dianggap baik oleh lingkungan masyarakat tersebut.
Robert K Merton, berpendapat bahwa selaku akibat proses sosialisasi, individu belajar mengenal tujuan penting kebudayaan & sekaligus mempelajari cara untuk meraih tujuan yg selaras dgn kebudayaan.
Apabila kesempatan untuk dapat mencapai tujuan permulaan tak tercukupi, atau tak mungkin akan ada, maka individu tersebut berupaya mencari alternatif, ya bisa saja alternatif itu penyimpangan sosial yg dilakukannya.
Dalam kasusnya Ferdian Paleka, mungkin saja baru ini ia ketahuan dlm membuat konten video di youtube yg dianggap masyarakat tak manusiawi atau berlawanan dgn kepatuhan dlm masyarakat.
Coba deh, kita lihat kebelakang sebelum perkara prank sampah ke waria yg viral, yg memang ternyata video-video Ferdian Paleka, yg tak wajar & tak patut untuk dijadikan konten. Yang mana kita khawatirkan, bawah umur yg belum dewasa ikut menonton video tersebut.
Ini saya alami tatkala bermain medsos FB, ada menyaksikan video Ferdian Paleka yg tak layak. Nah, disinilah kita membiarkan proses penyimpangan itu terjadi, yg mungkin saja menciptakan Ferdian Paleka tatkala membuat konten prank sembako sampah tak akan dibully atau bahkan masuk ranah bui.
Nah, itulah salah satu penggalan dr penyimpangan sosial yg terjadi dlm penduduk , dikerjakan dgn banyak sekali cara. Merton memberikan pendapatnya kepada perilaku penyimpangan, yakni ada empat tipe penyimpangan sosial, selaku berikut :
Pertama, Inovasi. Perilaku seseorang yg mendapatkan tujuan dengan-cara budaya, tetapi menolak cara-cara yg diterima masyarakat. Kaidah-kaidah yg bertentangan dgn norma yg berlaku dlm penduduk .
Misalnya perampokan, begal, tindak kriminal, korupsi, beberapa kasus fenomena sosial itu belahan dr penyimpangan sosial, sebab langkah-langkah yg dikerjakan melanggar norma itu sendiri.
Atau contoh terbaru, kasus Ferdian Paleka, seorang youtuber yg menawarkan sumbangan sembako berupa sampah, lewat video prank yg ia buat tersebut.
Nah itu bagian dr penyimpangan sosial yg penemuan nya negatif, & orang bertentangan dgn norma yg berlaku. Seharusnya, sembako yg diberikan berisi tunjangan kebutuhan pangan yg bergizi untuk dimakan oleh peserta.
Kedua, Ritualisme. Terjadi manakala seseorang menerima cara-cara yg diperkenankan dengan-cara kultural, tetapi menolak tujuan-tujuan kebudayaan.
Misalnya, ananda pasti pernah memperoleh beasiswa, baik dr pemerintah atau dr lembaga lainnya, nah salah satu syarat yg mungkin akan ananda tinggalkan, yakni terus mengikuti upacara perayaan hari penting, baik di lingkungan kampus, sekolah, atau dipemerintah (instansi) pemberi beasiswa.
Kita datang pada ketika upacara ya memang sebagai penghormatan, tetapi tujuan utama yakni selaku syarat untuk penerimaan beasiswa tadi. Itu hanya terhadi alasannya formalitas saja untuk mendapatkan tujuan utama beasiswa.
Ketiga, Retreatment. Pengunduran atau pengasingan diri, yg mana terjadi apabila seseorang menolak, baik cara-cara maupun tujuan yg diperkenankan dengan-cara budaya, tanpa mengubahnya dgn yg gres.
Atau pengertian lainnya nilai-nilai budaya yg sudah ada & berlaku, tetapi pencapaian terhadap nilai-nilai tersebut tak sesuai dgn kaidah-kaidah masyarakat yg sudah melembaga atau yg sudah ada.
Misalnya, coba kita kilas balik, gerakan reformasi bisa menjadi acuan, bagaimana kondisi kondisi yg tak memungkinkan tercapainya konsensus bareng .
Oleh karena pemimpinnya yg korup, kongkalikong & nepotisme, sehingga membuat nilai-nilai yg sudah melembaga tak bisa menjalankan kaidah norma & keadilan bareng seluruh rakyat. Nah, disinilah retreatment terjadi, sehingga adanya pengunduran diri seorang pemimpin.
Keempat, Rebellion. Pembrontakan yg terjadi tatkala seseorang/masyarakat menolak, baik cara-cara ataupun tujuan yg sudah diperkenankan dengan-cara budaya.
Walaupun nilai-nilai & kaidah yg sudah ada berjalan, yg mana ingin diganti dgn yg lebih baru & berkaitan dgn penduduk tersebut.
Misalnya, pergerakan kemerdekaan yg Indonesia kerjakan untuk melawan Belanda, itu kepingan dr rebellion atau pembrontakan yg tujuan untuk mengganti tatanan, struktur, & sistem kenegaraan yg berlaku pada saat itu.
Nah itulah, keempat perilaku penyimpangan yg dimuat oleh Robert K Merton, selaku relasi dgn adanya Anomie.
Solusi pemerdayaan & pendampingan. Coba kita berbalik ke kasus Ferdian Paleka yg memperlihatkan sembako sampah ke Waria. Solusi untuk menangani penyimpangan sosial yg dilakukan oleh Waria.
Tentunya, kita pula tak boleh sepihak & membuly orang, bahkan sampai menyiksanya sebagai eksekusi. Itulah yg sekarang dialami oleh Ferdian Paleka.
Lantas, kita malah membiarkan penyimpangan sosial terjadi pada banci itu sendiri, & membenarkan tindakannya dengan-cara tersembunyi. Apakah ini wajar ?
Ya, tentunya tidak, kita sebagai masyarakat yg mempunyai keyakinan & agama, pastinya tak membenarkan penyimpangan yg dijalankan oleh bencong tersebut.
Semestinya kita pula memberikan pencerahan, & pengarahan terhadap waria itu sendiri. Misalnya, menawarkan pemahaman yg baik terhadap perbuatan yg dikerjakan itu tak dibenarkan dlm nilai-nilai kemasyarakatan.
Lalu, apa solusinya yg bisa kita kerjakan, sebagai penjabat, pramusaji masyarakat, ya bisa saja kita menunjukkan pendampingan program pemerdayaan sebagai upaya mengarahkan para waria kembali ke jalan-jalan kebaikan sesuai dgn norma itu sendiri.
Program pemerdayaan untuk training keahlian, saya kira mereka pastinya punya skill, yg terpendam, jika diberikan aba-aba & training tentu saja mereka mau beralih ke jalan yg baik.
Perlu pula setelah itu, memberikan santunan modal untuk mereka agar bisa menciptakan usaha kecil sebagai pencaharian ekonomi & pendapatan yg baru sebagai pendukung kehidupan mereka kedepannya.
Memang, sudah banyak forum masyarakat yg melakukan proses pemerdayaan ini pada bencong, yg memang jumlahnya banyak, mungkin tak bisa terselesaikan dgn kekurangan kesanggupan forum tersebut.
Terkahir, data di 2017 dikutip dr Tempo menyebutkan ada sekitar 2 juta jumlah banci yg ada di Indonesia, yg bisa saja data terbaru memperlihatkan demam isu kenaikan.
Ya, mudah-mudahan saja segara ada jalan untuk menangani peyimpangan sosial transgender ini, dgn demikian bisa kembali lagi menjadi manusia yg menjalankan norma kebaikan yg ada.
Dan jangan menjajal -coba untuk ikut-ikutan menjadi transgender, jadilah insan yg wajar sesuai dgn pedoman agama & kesusilaan yg ada di Indonesia, dgn cara itu lah kita pula tak menambah jumlah waria yg ada.
Sumber Referensi Bacaan :
Buku TSM Edisi Keenam
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
https://business-law.binus.ac.id/2019/11/07/kajian-budaya-hukum-teori-regangan-robert-k-merton/
http://ensiklo.com/2015/08/19/penyimpangan-sosial-menurut-robert-k-merton/
https://nasional.tempo.co/read/900811/72-tahun-kemerdekaan-ri-ikatan-banci-kami-masih-susah-urus-ktp
Buku TSM Edisi Keenam
https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
https://business-law.binus.ac.id/2019/11/07/kajian-budaya-hukum-teori-regangan-robert-k-merton/
http://ensiklo.com/2015/08/19/penyimpangan-sosial-menurut-robert-k-merton/
https://nasional.tempo.co/read/900811/72-tahun-kemerdekaan-ri-ikatan-banci-kami-masih-susah-urus-ktp
Sumber Bacaan Jurnal :
PERILAKU MENYIMPANG DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Oleh: Suyato
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan & Hukum
Fakultas Ilmu Sosial & Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
PERILAKU MENYIMPANG DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Oleh: Suyato
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan & Hukum
Fakultas Ilmu Sosial & Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
Sumber Foto Robert K Merton :
www.greelane.com