5 Pemimpin Kerajaan Majapahit yang Pernah Berkuasa

Bagi warga Indonesia, niscaya kita sudah tak ajaib lagi dgn Kerajaan Majapahit yg diketahui akan kemasyhurannya & kerajaan terbesar di Nusantara.

Hal ini bisa tampakdr beberapa candi peninggalan kerajaan majapahit, salah satunya candi sukuh, candi pari, & candi lainnya. Candi-candi ini menjadi bukti betapa besarnya kerajaan majapahit dulu kala.

Kejayaan Majapahit tentunya tak lepas dr beberapa pemimpin yg sungguh berjasa hingga majapahit mempunyai nama yg sangat besar.

Sebelum kerajaan majapahit mengalami masa keruntuhan, kerajaan ini mengalami perkembangan yg sukses & maju dlm bidang pertanian & perdagangan.

Serta mengandalkan kekuatan bahari & agraris, sehingga kerajaan ini kian besar & menunjukkan jaminan keamanan dlm melaksanakan perdagangan.

Pemimpin-pemimpin ini sudah jelas menjinjing banyak pengaruh besar kepada keadaan kerajaan majapahit hingga meraih puncak kejayaan. Jadi, semua orang pemimpin yg memimpin kerajaan majapahit yg menjinjing kejayaan? Simak ulasan ini!

5 Pemimpin Kerajaan Majapahit yg Membawa Kejayaan

  • Raden Wijaya (1293 – 1309 M)

Kejayaan kerajaan Majapahit dimulai dr masa kepemimpinan Raden Wijaya setelah keruntuhan kerajaan Singasari. Saat mendirikan kerajaan majapahit, Raden Wijaya melalui beberapa situasi yg penting.

Setelah berdirinya kerajaan Majapahit, Raden Wijaya pun menyerang Jayakatwang dgn meminta bantuan dr Kerajaan Mongol. Kemudian, sehabis berhasil mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya pun menyerang pasukan Kerajaan Mongol.

Pada 1293 Masehi, hasilnya Raden Wijaya dgn gelar Kertarajasa Jayawardhana menyatakan berdirinya kerajaan majapahit di pusat pemerintahan yg berada di tempat Mojokerto.

  • Jayanegara (1309 – 1328 M)

Setelah sepeninggalan Raden Wijaya, kesudahannya pemimpin kerajaan majapahit pun diubah menjadi anak dr Raden Wijaya, yakni Jayanagara terhitung dr tahun 1309 masehi.

  Sejarah Benua Australia Lengkap

Ketika Jayanegara memimpin kerajaan majapahit, ia pun menerima gelar menjadi Sri Sundarapandyadewadhiswara Wikramottungadewa. Ia pun mendapatkan julukan lain dr Pararaton, yakni selaku Kala Gemet atau jahat & lemah.

Inti dr julukan tersebut pula mengartikan bahwa raja Jayanegara dianggap mempunyai kepribadian yg kurang baik, serta dianggap lemah sebagai seorang penguasa kerajaan. Hal ini pun tampakdr banyaknya kejadian di masa kepemimpinan raja Jayanegara yg banyak melaksanakan pemberontakan.

Namun, hasil dr pemberontakan tersebut membawa kebangkitan Gajah Mada sebagai tokoh yg sungguh penting dlm masa kejayaan kerajaan Majapahit, alasannya adalah mampu membinasakan serangkaian pemberontakan yg menjadi bahaya bagi kerajaan.

Kepemimpinan Jayanegara pun berakhir di tahun 1328 masehi, karena ia dibunuh oleh Ra Tanca. Terkait pembunuhan Jayanegara, Gajah Mada pun dicurigai sebagai dalang di balik pembunuhan Jayanegara dgn mengompori Tanca semoga tersulut emosi & membunuh Jayanegara.

Kecurigaan tersebut muncul alasannya adalah Gajah Mada membunuh Tanca tanpa menawarkan pendapatyg adil. Situasi ini dianggap bahwa Gajah Mada membunuh Tanca supaya bisa menghilangkan jejak.

  • Tribhuwanatunggadewi

Pasca akhir hayat Jayanegara, pemimpin kerajaan Majapahit pun berubah menjadi Tribhuwanatunggadewi yg mendapatkan gelar Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Saat sedang memimpin, ratu pun mempunyai 3 orang anak melalui perkawinannya dgn Kertawardhana.

Salah satu anak yg memiliki imbas pada kejayaan kerajaan Majapahit yaitu Hayam Wuruk yg lahir pada 1334 masehi. Di tahun tersebut, terjadinya gempa bumi yg membuat Majapahit mengalami perubahan yg besar.

Kejadian tersebut pula diikuti dgn adanya pengangkatan Gajah Mada sebagai seorang Patih Mangkubumi. Kemudian, sehabis memerintah selama kurang lebih 22 tahun atau sampai tahun 1350 masehi, balasannya ratu Tribhuwanatunggadewi pun mengundurkan diri.

  • Hayam Wuruk (1350 – 1389 M)
  Sejarah Candi Arjuna Dieng Wonosobo (Jawa Tengah) Terlengkap

Setelah kemunduran ibundanya, Hayam Wuruk pun melanjutkan kepemimpinan di kerajaan Majapahit. Masa jabatan Hayam Wuruk selaku pemimpin yaitu mulai dr 1350 hingga 1386 atau selama 36 tahun.

Dengan periode waktu memerintah yg lama ini, Hayam Wuruk pun mendapatkan dukungan dr Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada. Masa kejayaan kerajaan Majapahit pun sangat tampakdi masa kepemimpinan Hayam Wuruk.

Kejayaan ini tampakdr Majapahit yg berhasil menaklukkan beberapa wilayah di Nusantara hingga mancanegara, seperti Tumasik atau Singapura, beberapa pulau di Filipina, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Terlihat pula Hayam Wuruk ketika melaksanakan perjalanan menaklukkan wilayah-wilayah di Nusantara, ia pernah mendatangi candi sumberawan selaku candi peninggalan kerajaan Singosari.

  • Wikramawardhana (1386 – 1397 M)

Setelah Hayam Wuruk menjabat selama 36 tahun & meninggal di tahun 1386 masehi, Majapahit mengubah pimpinannya menjadi Wikramawardhana atau diketahui sebagai suami Kusumawardhani (anak wanita Hayam Wuruk dgn perkawinannya bersama Sri Sudewi).

Ketika Wikramawardhana menjabat sebagai pemimpin di Majapahit, ia mendapatkan perlawanan dr Bhre Wirabhumi atau putra Hayam Wuruk dr perkawinannya dgn istri selir.

Perlu diketahui, penguasaan Majapahit terbagi menjadi dua, yaitu belahan keraton barat Majapahit dikuasai oleh Wikramawardhana, sementara bagian keraton timur dikuasai oleh Bhre Wirabhumi.

Dengan adanya perbedaan ini, balasannya terjadilah perang antara pihak dr Wikramawardhan yg melaksanakan perlawanan ke kubu Bhre Wirabhumi di tahun 1405. Peristiwa perang ini diketahui pula dgn istilah Perang Paregreg.

Terjadinya perang paregreg ini ialah salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Meskipun begitu, balasannya Wikramawardhana mengungguli perang Paregreg dgn sumbangan Bhre Tumapel & memenggal kepala Wirabhumi.

Pada tahun 1429, Wikramawardhana pun meninggal. Kemudian Majapahit memiliki pemimpin baru, yakni anak putri Wikramawardhan yg bernama Suhita. Meskipun Majapahit hampir berdiri selama masa kepemimpinan ratu Suhita, namun ternyata tak sejaya dulu kala.

  Candi Cetho : Sejarah-Arsitektur dan Fungsi