Tidak puas dgn problem lawan yg dikenakan sebagai pemain pilitik. Karena banyak sekali jawaban terkena dgn aneka macam alasan, dr urusan privasi dibawa-bawa, sampai dilema bisnis, serta jabatan yg melanda AS.
Konflik tidak mau terjadi lebih dlm kembali oleh Ukraina, sebab bosan mungkin melihat Trump begitu banyabicara di media. Sedangkan Obama sibuk menelpon untuk pemenangan demokrasi tahun depan 2020. Lagi-lagi, persoalnnya siapa yg akan menjadi pemimpin rakyat kulit putih itu.
Yang menjadi perhatian adalah, Di Ukraina memang banyak tokoh yg musuhnya banyak. Saling menjatuhkan. Tidak heran sama dgn di Indonesia, melebihi apa yg menjadi keperluan. Padahal jika ekonom mengenali dilema ini, mereka akan mempress semua uang Negara sebaik mungkin.
Kita itu, katanya, selalu memperhatikan semua presiden & wakil presiden. Juga belum dewasa mereka. “Kalau ada orang yg punya sejarah konflik kepentingan antara bapak & anak, itu adalah Presiden Amerika yg kini,” ujar Bernstein.
Melebihi persoalan yg menilai masalah Barat, akan berlainan dgn yg Timur. Berbagai masalah terkaot dgn politik AS, akan lebih seru, mengalahkan turnamen olahraga, bahkan yg disana akan khwatir bagaimana mereka mesti cepat mengerjakan taktik politik mereka dgn baik.
Elit politik Barat, menggambarkan banyak sekali kehidupan mereka yg begitu mengesankan. Berharap Indonesia lebih baik sesuai dgn dinamika serta komitmen mereka terhadap Negara.
Dikutip : Oleh Dahlan Iskan, Link : Presiden Beneran