Teori interaksionisme yg dikemukakan oleh William James dilandasi oleh ajaran pragmatism. Ia beropini bahwa dlm pandanganya mengenai insan mampu menemukan sendiri sebagian apa yg diperlukan dr pengalaman yg sesuai dgn apa yg diharapkan alasannya selaku bagian dr dunia adalah hasil dr manusia tersebut.
Hal yg diketahui perihal agama pula merupakan suatu kepercayaan yg mampu menunjukkan sumber dr yg diperlukan. Dimana gagasan & pemikiran tidaklah berada dlm kesesuaian antara gagasan & fakta yg dapat dikemukakan dengan-cara objaktif melainkan dlm kegunaan yg dimiliki dr setiap pemikiran & langkah-langkah.
Begitu pula dgn interaksi, dimana manusia menyebarkan sebuah diri & tak cuma terdapat sati diri saja, melainkan lebih, yg dibedakan menjadi diri sosial yg diberikan individi & kalangan yg terus berinteraksi dgn seseorang. William James populer dgn karyanya perihal konsep diri, & beropini bahwa mengerani diri.
Dalam hal ini, pemikiran bukanlah merupakan suatu realita yg bgeridri sendiri, & tak ada kaitannya dgn langkah-langkah. Setiap tindakan tentunya mempunyai proses, itulah yg mepengaruhi setiap gagasan yg ditentukan dengan-cara objektif. Pemahaman tentang sosiologi yg berusaha mengetahui tindakan sosial & dgn mendefinisikan & membahas konsep dasar yg bersangkutan dgn interaksi & langkah-langkah.
Sehingga, pengertian perihal langkah-langkah sosial dgn makna subjektif yg diberikan individu terhadap tindakannya karena insan bertindak atas makna yg diberikan pada tindakan. Demikianlah, persepsi para sosiolog klasik Eropa dlm kaitannya tentang interaksionisme tersebut.