Kiat Mengatasi Anak Berangasan

Tips Menangani Anak Agresif

Untuk membahas permasalahan perilaku berangasan yang sudah dibahas dipostingan sebelumnya, penulis menggunakan Teori Pembentukan Tingkah laris sebagaimana disampaikan oleh Eniarti, Budi Pratiti, Cecep Sugeng K Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mereka menyebutkan bahwa sikap anak dapat dibentuk lewat pengalaman maupun pengamatan. Teori ini mengemukakan tiga proposisi tentang pembentukan sikap yaitu: (1) Perilaku diperkuat oleh reinforcement, (2) Perilaku yg mendapat reinforcement secara konsisten akan lebih berpengaruh terbentuk, (3) perilaku gres mampu dipelajari melalui modeling. Perilaku terjadi selaku hasil dr saling peran antara aspek kognitif & lingkungan, sebuah konsep yg diketahui selaku prosedur timbal balik (reciprocal determinism).

Orang berguru dgn mengobservasi orang lain, baik dengan-cara disengaja maupun tak disengaja yg dikenal selaku modelling atau belajar lewat peniruan. Jika model yg diseleksi mencerminkan norma & nilai-nilai yg sehat, seseorang menyebarkan kemanjuran diri (self efficacy), yakni kemampuan untuk mengadaptasi kehidupan saban hari yg normal & situasi yg mengancam.

Ada beberapa Tips Menangani anak kasar sebagai berikut:

A. Memberi Hukuman yg Efektif Pada Anak

Pertama, Memberi pelajaran pada anak biar mampu bertingkah baik tak perlu dgn cara kekerasan, dgn pukulan. Memukul adalah bukan cara yg baik untuk menghentikan sikap jelek anak. Justru boleh jadi cuma akan membuat anak merasa gundah, kecewa & terluka bathinnya. Ia tak akan yakin bahwa orang yg selama ini dianggap sebagai tempatnya berlindung & mendapatkan kasih sayang ternyata berbuat kasar terhadapnya.

  Penyesuaian Diri Selaku Usaha Penguasaan (Mastery)

Kedua, Pukulan yang dijalankan orangtua mampu menghentikan perilaku jelek anak. Tetapi boleh jadi cuma untuk sementara, pada saat itu saja. Anak akan taat pada orangtua alasannya adalah perasaan takut dipukul, bukan alasannya ia mengerti permasalahan yg bergotong-royong terjadi. Sedangkan untuk jangka panjang mungkin saja anak akan mengulangi lagi perbuatan buruknya, bahhkan boleh jadi lebih buruk dr sebelumnya. Ia akan melakukan pembalasan terhadap orangtuanya dgn cara melaksanakan langkah-langkah yg dapat membuat orang renta merasa sakit kepala, jengkel, aib & terusik aktivitasnya.

Ketiga, Ada banyak alternatif hukuman fisik yg lebih efektif daripada pukulan. Di antaranya, memperingatkan dgn kata-kata, menyingkirkan mainan kesukaannya, membatasi penggunaan televisi, komputer, sepeda, atau acara menarik yang lain. Selain itu, bawa ia ke kawasan ‘menenangkan diri’ yg berbeda dr kamar tidurnya; bisa di pojok ruangan, kursi khusus, atau dgn cara menidurkannya lebih awal (Deborah K. Parker M.Ed, 2005).

B. Menghadapi Anak Yang Suka Agresif Mengamuk Di Depan Umum

Kita pastinya tak ingin berurusan dgn orang lain di tempat biasa cuma gara-gara anak kita. Ada beberapa cara untuk menghadapi anak yg suka bernafsu di depan umum.

  1. Perlu adanya pemahaman & kesabaran orangtua.
  2. Tidak perlu dgn cara kekerasan fisik. Tenangkanlah anak dgn pelukan. Tanyakan kepadanya apa yg ia kehendaki & pastikan kepadanya bahwa orangtua akan berusaha untuk menyanggupi kebutuhannya.
  3. Apabila orangtua memiliki program untuk pergi ke luar rumah sebelum berangkat orangtua menciptakan perjanjian dulu dengannya. Hal ini perlu dilaksanakan supaya anak mengerti & mampu menjaga sikap tatkala ia sedang berada di depan umum. Bicarakanlah konsekuensinya apabila anak melanggar akad. Namun, bila anak mampu menjaga sikapnya dgn baik di depan biasa maka tak ada salahnya orangtua memberikan kebanggaan, pelukan, ciuman, atau mungkin memperlihatkan hadiah kecil yg ia senangi .
  4. Jika agresifitas itu ke hal yg positif, cara mengatasinya, biarkan saja si anak melaksanakan apa yg di inginkannya namun perlu pengarahan, pengawasan & jangan terlalu banyak melarang kemauannya yg positif, takutnya justru “membunuh” kreatifitas & daya imajinasinya alasannya anak seusia ini lagi dlm proses penjajakan lingkungan, penyesuain diri, mungkin bisa di bilang masa “puber” anak balita”, yg bisa kita kerjakan cuma mengurangi efeknya.
  5. Bertingkah agresif yg mengarah ke kreativitas anak boleh saja (tidak terhitung barang – barang di rumah yg rusak oleh anak-anak), namun memukul, menyakiti orang lain & bersikap tak sopan yakni lain soal. Juga, kalau merusaknya karena mereka curious, sebab rasa keingintahuannya tak masalah. Misalnya alasannya adalah anak ingin mengenali apa risikonya kalau es lilin dimasukkan ke dlm gelas yg berisi teh? Tapi kalau sengaja membanting gelas alasannya adalah murka atau karena kemauannya tak dituruti, itu mempunyai arti ada persoalan besar dgn si anak.
  6. Larangan bermain bareng . Anak yg sudah terlihat gejala bernafsu mereka kita kelompokkan tersendiri.
  7. Untuk memperbaiki perilaku bernafsu bukannya diaduk dgn anak yg kalem, terlebih kalau anak santai itu lebih introvert, dgn keinginan yg bergairah akan jadi kalem. Barangkali tak begitu, justru akan menyebAnak berkebutuhan khususan rasa tak kondusif bagi perkembangannya.

Mengacu pada tindakan-langkah-langkah di atas, penanganan anak dgn perilaku bergairah harus diperhatikan pula penanganan atas anak yg menjadi korban sikap tersebut. Tidak jarang, ada sekelompok anak yg selalu menjadi korban dr para pahlawan, karena ketidakmampuannya untuk menjaga atau membela diri dr sikap kasar teman yg lain.

Penanganan terhadap anak yg berperilaku kasar harus dilaksanakan dengan-cara menyeluruh, artinya semua pihak mesti terlibat, tergolong orang renta, guru & lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian pembahasan cara penanganan terhadap anak bertingkah agresif di atas mampu disimpulkan bahwa penanganan terhadap anak yg berperilaku garang harus dilaksanakan dengan-cara menyeluruh, artinya semua pihak harus terlibat, tergolong orang renta, guru & lingkungan sekitarnya. Beberapa alternatfi penanganan terhadap anak berperilaku aresif dgn memberi eksekusi yg efektif pada anak & perlu adanya pengertian & kesabaran orangtua.

Tips Menangani Anak Agresif