Tidak ada hal yg paling menyiksa selain teringat dgn kesalahan yg pernah kita perbuat. Apalagi kalau itu terjadi di depan orang lain, seolah-olah ingin kita mengoperai plastik muka kita. Bertemu orang lain malu balasannya, dikala sendirian masih pula terbayang, bahkan tidur pula terusik. Perasaan ini menjadi siksaan batin bagi sejumlah orang, jadi untuk orang itu tak senang kesannya.
Level paling parah dr perasaan semacam ini dinamakan stress berat. Banyak orang yg tak bisa hidup “normal” sehabis mengalami peristiwa tertentu. Usai perang biasanya banyak serdadu yg mesti melalui masa terapi sebelum mereka bisa kembali hidup normal. Maklum, dentuman peluru, ledakan pula melihat ceceran darah menjadi pemandangan sehari-hari.
Perbuatan salah yg begitu dahsyat bisa membuat seseorang menjadi syok. Jadi bagaimana ya?
Adanya perasaan bersalah pada diri seseorang yakni hal yg bagus. Istimewalah. Tidak semua orang bisa memilikinya. Adanya perasaan bersalah ini menawarkan kalau seseorang masih mempunyai perasaan aib & takut. Itu pula memiliki arti masih ada keimanan dlm hatinya. Jelas, alasannya adalah mereka yg sudah hanyut dlm maksiat pastinya nggak ada lagi rasa ewuh atau sungkan dgn apa yg mereka laksanakan.
Ibarat kertas, perasaan bersalah datang dr hati yg higienis. Sehingga noda sekecil apapun akan terlihat & merusak pemnadangan. Namun bila hati manusia dikuasai kejahatan maka hati telah menjadi hitam. Tidak ada fikiran & persaan jernih pada manusia untk menghalangi terulangnya perbuatan dosa. Hatinya sudah Imunne, kebal, & terbiasa.
Syukurilah kerasahan hatimu & dosa. Saat ananda belum menunaikan shalat, ketika berbohong saat mengingkari anji dsb. Tidak semuanya orang bisa memiliki rasa bersalah mirip demikian. Perasaan bersalah yg ada di hatimu akan mendorongmu untuk menjauhi perbuatan negative & menyegerakan dirimu untuk beristighfar, memohon ampunan dr Alloh.
Langkah menghalau rasa bersalah
Akan tetapi rasa perasaan bersalah yg berlebihan ialah tekanan batin. Yang justru akan amembuat orang tak merasa bahagia. Mmbuat orang jadi putus asa & tekanan batin. Karena itu persaan bersalah pun mesti ananda kendalikan jangan hingga menjadi sebuah keputusasaan.
Nah ada beberapa cara yg bisa kita kerjakan untuk menyingkir dari diri dr perasaan bersalah yg berlebihan yakni :
1. Salah itu manusiawi lho!!!
Siapapun beliau, klo itu manusia so pasti ga ada perfect, NO BODY PERFECT! Tak ada yg 100% bebas dosa lagi. Ada saja dosa yg kita gawein. Entah itu dosa kecil maupun dosa besar. Malah makin tinggi kedudukan seseoran, makin meningkat , so niscaya godaan itu pula bertambah banyak menerpa,
2. Akui jangan menutupi.
Nggak ada untungnya menutupi tindakan yg jelek yg kita jalankan. Segera akui & jauhkan berbohong. Toh, maha mengetahui segala perbuatan kita. Jadi percuma za menutup-nutupinya.
Seandainya perbuatan itu menyangkut persoalan dgn orang lain, segera kunjungi & minta maaflah kepadanya. Meski mungkina kan pahit. Itu yaitu harga kesalahan yg pernh kita lakukan. Insyaallah perasaan ananda akan lebih lega sehabis mengakui kesalahan tersebut & allah akan tersenyum kepadamu.
3. Don’t worry, Allah maha pengampun
Jangan pernah menghakimi diri sendiri dgn berbagai perasaan bersalah. Padahal alloh bukan zat yg dzalim, yg menutupi kebaikan bagi kita, hamba-Nya. Selalu ada jalan pulang ke-jalanNya selama maut belum menjemput & dunia berakhir. Tentu saa pertobatan kita pada alloh haruslah dijalani dgn sungguh2 alias tobatan nasuha. Selain memohon ampunan-Nya pula berupaya untuk tak mengulangi tindakan tersebut.
4. Tutupi dgn amal soleh
Ibarat simpanan, berbuat dosa mempunyai arti menghemat simpanan kita. Sedangkan berbuat baik yakni mengisi kembali. Maka sesuai menyadari kekeliruan kita, segeralah isi kembali tabungan itu dgn berbagai kebaikan tabungan kita tak terkuras. Itulah yg disarankan oleh Rosululloh saw. Pada kita sat berbuat salah. Segeral menjalankan kebaikan.
5. Jadikan pelajaran bukan ingatan
Berbuat salah itu pahit ialah jelas. Tapi kesalahan akan memiliki arti aktual bagi kita jika dijadikan sebagai pelajaran. Dari kesalahan yg pernah teradi, kita semakin sadar betapa pahit & mahalnya harga suatu kesalahan. Keledai tak akan tereperosok pada lubang yg sama dua kali. Dengan tetap berpikir aktual kita kian benci pada tindakan dosa & kian kuat pula berminat menjadi orang yg benar.