Mencegah terjadinya Disintegrasi Sosial Saat Wabah Covid-19 di Indonesia

Menurut Durkheim, solidaritas itu ada dua, yakni solidaritas mekanik & solidaritas organik (Maliki, Rekontruksi Teori Sosial Modern, 2012).  
Solidaritas mekanik yakni kesadaran individu dlm menjalankan kehidupan sosial atas dasar kesamaan identitas dikalangan anggotanya (dalam penduduk tradisional).
Sedangkan, solidaritas organik adalah kesadaran yg dikembangkan atas dasar kohesi sosial melalui versi solidaritas yg berlawanan dgn masyarakat tradisional. (Lengkapnya baca disini : Klik )

*Kohesi sosial terdiri dr kekuatan yg berlaku pada anggota sebuah penduduk atau kelompok untuk tinggal di dalamnya, & dgn aktif berperan untuk kelompok dlm kelompok kompak, anggota ingin menjadi pecahan dr kelompok.
Mereka biasanya suka satu sama lain & hidup rukun, serta bersatu & setia di dlm mengejar-ngejar tujuan kelompok. Kohesi sosial merupakan awal & konsekuensi penting dr aksi kolektif sukses. Kohesi sosial menengahi gugusan kelompok, produktivitas & pemeliharaan. (Sumber : Klik)

Adanya kesadaran kolektif masyarakat dlm ikut mendukung percepatan pemutusan mata rantai wabah Covid-19, & respon-respon negatif, serta stigma yg tak baik ditunjukan pada pasien perkara Covid-19, & perawat yg merawat pula menjadi sasaran penduduk , sudah semestinya dikesampingan.

Emosional & egoisme kita selaku penduduk , mestinya tak bersikap demikian. Inilah pentingnya bagaimana kesadaran kolektif, & kesepatan bersama atau konsensus untuk mendukung segala upaya yg dilakukan. Bukan malah kita menawarkan stigma negatif

Pentingnya Konsensus Bersama.  Pranata sosial, cepat merespon kegaduhan masyarakat terhadap pasien yg Covid-19 serta penolakan pada perawat yg mengontrak disekitar warga, lembaga agama, lembaga hukum, & lembaga swadaya masyarakat, maupun forum sosial yang lain, harus bergerak cepat dlm memperlihatkan isyarat & pendampingan pada masyarakat.
Memberikan rasa kondusif, rasa percaya, rasa yakin, kepada tujuan bareng kita mampu memerangi wabah Covid-19 di Indonesia sekarang ini.

Memberikan cara-cara efektif dlm pencegahan penyebaran virus, & memperlihatkan pendampingan kepada penguatan psikologis masyarakat, khususnya pada orang-orang yg sudah berumur, jangan sampai alasannya beban fikiran malah menciptakan stres, sakit, bahkan akibat vatal lainnya.

Seperti MUI contohnya telah merespon dgn memperlihatkan himbaun pada warga untuk tak lagi menolak mayit pasien yg Covid-19, serta berbagai lembaga mirip Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, pula sudah menanggapi ini dgn ikut menawarkan pendampingan biar proses pemakaman tak terganggu lagi.

Coba deh itu terjadi sama diri kita, sama keluarga kita, apa gak sedih, sakit hati kita menyaksikan insiden ini, padahal kita ini hidup telah usang dgn budaya, budbahasa, & perilaku bahu-membahu yg sudah kental dr dulu.

Yang sebaiknya sesama individu, kelompok masyarakat, saling membahu memperlihatkan uluran tangan, sikap simpat, perilaku tenggang rasa, & perilaku peduli yg hanya kita mampu berikan dgn memperlihatkan pinjaman sosial pada korban & keluarga yg hari ini berduka.

Oleh karena itu, mari sama-sama kita selaku penduduk berusaha mengembangkan lagi solidaritas sosial, menghidupkan kembali kesadaran kolektfi kita selaku masyarakat, & janji bersama (konsensus) dlm meraih tujuan bareng .

Mendukung pemutusan mata rantai virus, mendukung para tim medis, perawat, tim relawan, & pemerintah dlm bekerja untuk melindungi warga negaranya dr ancaman virus Covid-19.

Tidak ada lagi penolakan, pengucilan, memperlihatkan stigma negatif pada mereka yg berjuang, ataupun pada keluarga pasien Covid-19.

Mari sama-sama kita menghalangi terjadinya Disintegrasi Sosial yg akan memiliki dampak pada kita sendiri sebagai penduduk . Jangan lagi ada info-info negatif yg hanya akan menciptakan kita terpecah belah, menciptakan kita pertentangan, membuat kita tak ada rasa kepedulian lagi.

  7 Contoh Penyakit Sosial di Masyarakat dalam Keseharian

Mari sama-sama kita optimis & yakin serta bertindak & berprilaku sesuai dgn rasionalitas kita semoga pencegahan penularan dapat teratas, & kita mampu kembali beraktivitas.

Bisa bekerja, sekolah, kuliah, & melakukan kumpul keluarga, kumpul kompleks perumahan, supaya harmonis & dekat kembali korelasi sosial kita sebagai masyarakat.

Sumber Bacaan :
https://makassar.kompas.com/read/2020/03/29/06260071/ini-kisah-tunjangan-warga-untuk-tenaga-medis-di-indonesia-kirim-kopi-hingga?page=all

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52133104

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/02/13073371/mui-jangan-lagi-ada-penolakan-pemakaman-mayat-pasien-covid-19