Dengan memahami pola konsumsi maka, yg diperlu dimengerti tatkala berbagai andal mirip Douglas & Isherwood dlm suatu buku The World of Goods memakai pendekatan antropologis dlm menjelaskan konsumsi. Menurut mereka bahwa terdapat aneka macam kegunaan dr benda-benda (goods).
Ada dua fungsi utama dr berbagai benda yg dikemukakan dlm memperhatikan klasifikasi-kategori kebudayaan semoga terlihat & stabil. Mereka menyebutkan bahwa kegunaan benda-benda selalu dibingkai oleh konteks budaya.
Pada hal yg sederhana mampu diketahui berbagai benda selalu dipahami selaku sarana dlm menciptakan katagori dasar dlm kehidupan sehari-hari yg tetap memiliki makna. Oleh karena itu, benda-benda ialah fasilitas yg membuat kategori dasar yg terlihat terlihat selaku teladan pembagian terstruktur mengenai seseorang dlm masyarakat.
Sehingga, dlm hal ini berperan selaku sumber identitas sosial & pembawa makna sosial. Dalam kaitannya dgn identitas sosial maka Douglas & Isherwood memperoleh suatu tipologi konsumsi atas dasar relevansinya dgn konsumsi tiga kalangan benda.
Pertama, sederetan materi pokok yaitu kalangan baku yg bersesuaian dgn sector produksi primer (kuliner). Kedua, seperangkat teknologi berupa barang-barang yg dihasilkan lewat produksi sekunder, kemudian ketiga, perangkat barang yg diketahui selaku berita yg dihasilkan dr sector jasa atau tersier.
Suatu perbedaan konsumsi mampu diamati tatkala pada penduduk mengetahui bagaimana factor konsumsi mempengaruhi mereka dgn aneka macam keperluan, & saluran sumber daya. Maka, dr itu aneka macam kebutuhan yg ada di penduduk dapat dipahami sebagai proses kepada keperluan yg mereka fungsikan sebagai faedah.