PENGERTIAN BELAJAR, PEMBELAJARAN DAN MENGAJAR

Untuk memperjelas pengertian perihal mencar ilmu, pembelajaran & pengertian mengajar, kiranya perlu penulis awali dgn menguraikan pemahaman belajar & pembelelajaran dengan-cara biasa . Secara lazim mencar ilmu dapat diartikan sebagai sebuah pergeseran tingkah laku yg relatif menetap yg terjadi sebagai hasil dr pengalaman atau latihan. Yang dimaksud pengalaman yakni segala peristiwa (peristiwa) yg dengan-cara sengaja maupun tak sengaja dialami oleh setiap orang, sedangkan latihan merupakan kejadian yg dgn sengaja dikerjakan oleh setiap orang dengan-cara berulang-ulang.

Pengertian berguru menerut Cronbach memperlihatkan definisi :“Learning is shown by a change in  behavior as a result of experience”. (Belajar ialah memperlihatkan pergeseran dlm sikap selaku hasil dr pengalaman). Harold Spears menunjukkan batasan pengertian belajar selaku :“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. (Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, menjajal sesuatu sendiri, menyimak , mengikuti petunjuk/isyarat). Sedangkan Geoch, memberi batasan pengertian belajar sebagai : “Learning is a change in performance as a result of practice”. (Belajar ialah pergeseran dlm penampilan selaku hasil praktek. (Sardiman A.M, 2005:20)
Dalam pengertian yang lain, berguru yaitu adaptasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (leaning is defined as the modification or strengthening of behavior though experiencing), menurut pemahaman ini, mencar ilmu merupakan suatu proses, suatu aktivitas & bukan sebuah hasil atau tujuan. Belajar bukan cuma mengingat, akan tetapi lebih luas dr itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan sebuah penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Dengan demikian belajar bukan hanya berupa acara mempelajari sebuah mata pelajaran di rumah atau di sekolah dengan-cara formal. Disamping itu berguru merupakan masalahnya setiap orang. Hampir semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, hobi, & sikap manusia terbentuk, dimodifikasi & meningkat lantaran mencar ilmu. Kegiatan yg disebut mencar ilmu dapat terjadi dimana-mana, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di forum pendidikan formal. Di lembaga pendidikan formal perjuangan-usaha dikerjakan untuk menghidangkan pengalaman mencar ilmu bagi anak didik biar mereka mencar ilmu hal-hal yg relevan baik bagi kebudayaan maupun bagi diri masing-masing.
Sehingga dapat diketahui ciri-ciri aktivitas yg disebut berguru yaitu :
·          Belajar yakni aktifitas yg menciptakan pergeseran pada diri individu yg mencar ilmu (dalam arti behavioral changes), baik faktual maupun berpotensi.
·          Perubahan itu pada pokoknya yakni didapatkannya kemampuan baru, yg berlaku dlm waktu yg relatif usang.
·          Perubahan itu terjadi karena perjuangan.
Adapun yg dimaksud pembelajaran yakni upaya yg dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dgn maksud supaya di samping tercipta proses mencar ilmu pula sekaligus supaya proses mencar ilmu menjadi lebih efesien & efektif. Itulah sebabnya Darsono, 2000: 24 mengemukakan bahwa pengertian pembelajaran dapat dimaknai selaku sebuah acara yg dijalankan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laris akseptor didik berubah ke arah yg lebih baik.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 ihwal Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran ialah proses interaksi akseptor didik dgn pendidik & sumber mencar ilmu pada suatu lingkingan berguru.
Lalu apa yg dimaksud mengajar? Mengajar pada dasarnya merupakan suatu aktivitas bertujuan dgn pengertian aktivitas yg terikat oleh tujuan & dilaksanakan untuk  pencapaian tujuan serta terarah pada tujuan. Makara mengajar dapat dibilang berhasil apabila belum dewasa berguru sebagai akhir perjuangan mengajar itu. Oleh lantaran itu disini perlu penulis kemukakan pemahaman mengajar yg dikemukakan oleh para hebat antara lain :
Mengajar yaitu usaha guru membimbing, mengarahkan atau mengorganisir mencar ilmu. Mengajar adalah sebuah rangkaian acara memberikan materi pelajaran pada siswa agar ia dapat menerima, memahami, menaggapi, menghayati, mempunyai, menguasai & mengembangkannya. Jadi mengajar itu mempunyai tujuan antara lain agar siswa mampu memperoleh pengetahuan, kemudian dapat pula mengambangkan wawasan itu. 
Mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan keadaan-keadaan atau mengendalikan lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara siswa & lingkungannya, tergolong guru, alat pelajaran & sebagainya yg disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yg sudah diputuskan.
Rumusan lain menyatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Mengajar adalah memberikan kebudayaan pada anak. Mengajar ialah sebuah aktifitas mengorganisasi atau menertibkan lingkungan sebaik-baiknya & menghubungkannya dgn anak sehingga terjadi proses mencar ilmu.
Dari rumusan pemahaman mengajar tersebut mampu diambil kesimpulan bahwa kegiatan mengajar bukan cuma berpusat pada guru (teacher-centered) tetapi pula pada aktifitas anak didik (pupil centered) dalam arti anak tak bersifat pasif namun justru aktifitasnya yg diperlukan nampak dr hasil mengajar guru. Dalam hal ini guru berperan sebagai manager of learning, guru berperan sebagai fasilitator. 
Dengan demikian maka yg dimaksud proses belajar mengajar ialah proses mengorganisasi tujuan, materi, sistem & alat serta evaluasi sehingga satu sama lain saling berafiliasi & saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan mencar ilmu pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya pergantian tingkah laku sesuai dgn tujuan yg diharapkan. 
Proses belajar mengajar pula merupakan suatu proses yg mengandung serangkaian perbuatan guru & siswa atas dasar korelasi timbal balik yg berjalan dlm situasi edukatif untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. 
Sementara itu Benyamin S. Bloom dlm bukunya The Taxonomy of Education Objective-Cognitive Domain (Bloom et al, 1956) menyatakan bahwa dlm proses belajar mengajar akan dapat diperoleh kesanggupan yg terdiri dr 3 aspek, yaitu:
a)       Aspek wawasan (Cognitive).
b)      Aspek sikap (Affective).
c)       Aspek ketrampilan (Psychomotor). 
Aspek cognitive berhubungan dgn kemampuan perorangan mengenai dunia sekitar, mencakup kemajuan intelektual atau mental. Aspek affective mengenai pertumbuhan sikap, perasaan, nilai-nilai (kemajuan emosional & akhlak). Sedangkan faktor psychomotor menyangkut kemajuan ketrampilan yg mengandung unsur motoris. Ketiga faktor itu dengan-cara sederhana mampu dipandang sebagai aspek yg bertalian dengan “head” (aspek kognitif), “heart” (affective) dan “hand” (psychomotor), yg ketiganya saling bekerjasama bersahabat, tak terpisah satu dgn yang lain.  
Tiap-tiap faktor terdiri dr urutan yg disebut taxsonomy yg berupa tujuan pendidikan yg mesti diraih dlm suasana berguru mengajar. Misalnya : untuk memperoleh ijazah SMTP atau SMTA, mesti melalui kelas I, kelas II, kelas III & dgn mengikuti EBTA. Tidak mungkin mencapai tujuan C tanpa lewat pencapaian tujuan B & tak mungkin pula meraih tujuan B tanpa apalagi dulu mencapai tujuan A.
Referensi:

  Konflik Identitas, Masyarakat Tionghoa, Jawa, Batak Pada Akhir Kehidupan dan Agama