Pengertian Tentang Sosiologi Perkotaan

Pengertian sederhana dr sosiologi perkotaan ialah ilmu yg mempelajari korelasi antarmanusia, baik selaku individu maupun golongan manusia yg hidupnya di kota. Karena spesifikasinya yaitu mengenai perkotaan, pembahasannya selalu berhubungan dgn sejarah, ciri, kharakteristik & permasalahan kehidupan di kota dr aneka macam sudut.

Pengertian sederhana dr sosiologi perkotaan adalah ilmu yg mempelajari hubungan antarm Pengertian Tentang Sosiologi Perkotaan
@copyright:images.google.com

Beberapa sosiolog menawarkan pemahaman tentang kota. Seperti Max Weber, yg berpendapat bahwa kota ialah sebuah tempat apabila penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar setempat. Kemudian, ciri kota menurut Max Weber, yg utamanya adalah adanya pasar selaku benteng, & mempunyai metode aturan & lain-lainnya, serta bersifat kosmopolitan.

Kemudian, Cristaller menyatakan bahwa kota berfungsi mengadakan penyediaan jasa-jasa bagi kawasan dilingkunganya. Lebih singkatnya dlm hal ini bahwa dr teori tentang kota pada pada dasarnya selaku sentra pelayanan. Sementara berdasarkan Prof. Bintarto kota dapat diartikan selaku suatu metode jaringan kehidupan manusia ditandai dgn strata sosial ekonomi heterogen & coraknya materialistis.

Selanjutnya, ciri-ciri penduduk kota yg bekerjasama dgn masyarakat lain dapat dikerjakan dengan-cara terbuka & saling menghipnotis, doktrin besar lengan berkuasa akan ilmu wawasan teknologi, & masyarakatnya termasuk ke aneka macam profesi. Kemudian, tingkat pendidikan kebanyakan tinggi, hukum yg berlaku yakni aturan tertulis & bersifat kompleks, adanya gedung-gedung yg menjulang tinggi, kemacetan, aktivitas warga masyarakatnya, sikapnya condong perorangan.

Selanjutnya pahami karakteristik kota menurut aneka macam aspeknya, selaku berikut :
Kemudian, menurut jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai berikut; Megapolitan, yaitu kota yg berpenduduk di atas 5 juta orang, Metropolitan (kota raya), yaitu kota yg berpenduduk antara 1–5 juta orang, Kota besar, yakni kota yg berpenduduk antara 500.000–1 juta orang, Kota sedang, yaitu kota yg jumlah orangnya antara 100.000–500.000 orang, Kota kecil, yaitu kota yg berpenduduk antara 20.000–100.000 orang.

  Politik Sosial Mengenai Masyarakat Pedesaan

Selanjutnya Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan menjadi: Tingkat Eopolis, yakni suatu wilayah yg berkembang menjadi kota gres, Tingkat Polis, yakni suatu kota yg masih mempunyai sifat agraris, Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yg perekonomiannya sudah mengarah ke industri, Tingkat Megalopolis, yakni wilayah perkotaan yg terdiri atas beberapa kota metropolis berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan sungguh besar, Tingkat Tryanopolis, yakni kota yg kehidupannya telah dipenuhi dgn kerawanan sosial, mirip kemacetan lalu lintas & kriminalitas tinggi, Tingkat Nekropolis, yakni sebuah kota meningkat menuju keruntuhan.

Jika Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan selaku berikut: Kota pusat produksi, yakni kota yg memiliki fungsi selaku sentra produksi atau penyedia , baik berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya, Kota pusat jual beli, yakni kota memiliki fungsi selaku sentra jual beli, baik untuk domestik maupun internasional. Contoh: Jakarta, & Singapura, Kota sentra pemerintahan, yaitu kota memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan atau selaku ibu kota negara, Kota sentra kebudayaan, yaitu kota mempunyai fungsi selaku sentra kebudayaan. Contoh: Yogyakarta & Surakarta.

Dapat dimengerti bahwa pemahaman sosiologi perkotaan merupakan kajian mempelajari masyarakat perkotaan & segala pola interaksi dilakukanya sesuai dgn lingkungan tempat tinggalnya. Materi yg dipelajari antara lain; mata pencaharian hidup, acuan korelasi dgn orang-orang disekitarnya, & teladan pikir dlm menyikapi suatu permasalahan.

Sehingga, pada dasarnya ruang lingkup dlm sosiologi perkotaan yakni mengenai kehidupan serta acara masyarakat kota; sejarah pertumbuhan kota, perbedaan masyarakat kota & desa, institusi perkotaan, konflik sosial, pengangguran, pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat kota, kondisi lingkungan sosial perkotaan, kemiskinan, teladan relasi sosial penduduk kota, diferensiasi sosial, pelapisan sosial, kepadatan penduduk, mobilitas sosial, nilai & tata cara nilai.