Sosiologi industri mempunyai posisi penting di dlm teori perihal manajemen ilmiah (scientific management) & humanisme demokratis. Kedua teori tersebut meningkat dgn perkiraan tentang pekerjaan.
Watson menyebutkan bahwa selaku pendekatan manajerial-psikologistik (Watson,1997). Menyebutkan bahwa manajemen ilmiah dikembangkan oleh F.W Taylor (1856-1915), dimana seorang insinyur serta konsultan Amerika memiliki aliran teori tentang Taylorisme.
Taylor mampu dianggap selaku pelompor penting dlm menciptakan sebuah desain kerja yg sistematis. Guna menciptakan sebuah hasil pekerjaan yg efisien & efektif. Di Era industrial, dimana kelahiran tata cara bikinan industri pada kala XIV, sudah mendesain sebuah desain organisasi kerja yg sesuai dgn prinsip kapitalisme industri.
Namun, pemikiran organisasi kerja yg paling kuat dlm sejarah organisasi industri baru timbul pada decade terakhir dr era XIX berkat ajaran Taylor. Gagasan itu timbul tatkala respon atas berkembangnya permintaan rasionalisasi dlm pengorganisasian kerja yg semakin meluasnya sistem prosedur selaku konsekuensi dr meluasnya pendirian pabrik dlm bentuk positif dr metode produksi industri.
Inti pada pedoman Taylor terdahulu terletak pada asumsi yg melihat insan selaku para pekerja yg dasarnya adalah makhluk ekonomi, individu, non-sosial mencari laba untuk diri sendiri, serta menggemari tak memikirkan cara mengorganisasian pekerjaan yg lebih efisien.
Hal ini, pastinya timbul pertanyaan bagi kaum pekerja tatkala itu, dimana revolusi industri memuculkan perubahan yg dimobilisasi & diorganisasi dengan-cara ilmiah untuk melakukan proses produksi & menciptakan produksi yg optimal.
Itu, sebagai gambaran perihal masyarakat perkotaan yg lekat dgn kegiatan mereka terhadap berbagai perkembangan industrialisasi, yanga da di setiap masyarakat perkotaan.