Politisi Muda yang Bertarung dalam Pesta Demokrasi Harus Menjadi Aktor Sosial, Bukan Politisi Spanduk

Mengenal Partai Garuda, Partai yg Digerakkan Millennials [Preview ##eye##]
Perindo Dorong Percepatan Kesejahteraan Indonesia Lewat Anak Muda [Preview ##eye##]
Keterlibatan anak muda, memang menjadi mempesona. Apalagi dlm dunia politik, bagaimana keras & bisakah mereka (anak muda) tetap berpegang teguh pada nilai-nilai idealisme mereka dlm memperjuangkan kepentingan penduduk .

Namun, sebelum jauh kita berbeicara mengenai perjuangan dlm menjadi pelayan rakyat, ada satu hal yg menawan untuk kita cermati, yaitu bagaimana proses biar mereka terpilih sebagai wakil rakyat di tingkat DPRD, dewan perwakilan rakyat, DPD RI, dlm perebutan kursi tersebut.

“Menjadi seorang pemimpin sangat mirip dgn berinvestasi dgn berhasil dlm pasar saham. Jika anda menginginkan kaya dlm sehari, anda takkan berhasil,” John C Maxwell.
Mereka harus mengerti bagaimana strategi investasi politik yg baik. Ya, harus begitu sebab pasar demokrasi ialah suara Tuhan. “Suara rakyat adalah suara Tuhan”. Selain itu juga, pasar demokrasi mengikut perkembangan budaya (kebiasaan pemilih), yg meliputi tingkat emosi, budpekerti & komunikasi yg baik dlm kehidupan sosial kemasyarakatan. 

Selanjutnya, tanpa kita sadari disana terjadinya proses pencerdasan dengan-cara alami pemilih, dr pemilih pragmatis menjadi pemilih kalkulatif. Dan yg paling ialah setumpuk modal yg mesti dipersiapkan oleh mereka yg akan bertandingdlm pesta demokrasi. (Berpolitik dgn Biaya Murah, Ruslan Ismail Mage).
Itulah yg harus diketahui oleh politisi muda yg akan bertarung pada pesta demokrasi 2019 atau dimasa mendatang (pesta demokrasi tersebut). Jangan sampai seorang politisi memperdaya pasar demokrasi. Teori Machiavelli, “Politisi (penguasa) harus pintar hidup dlm kepura-puraan”. Pura-pura empati, bermoral, sopan, santun, pandai, bersih, & berbudi luhur. Politisi umumnya mengadopsi beberapa aksara diatas selaku cara dlm meraih kemenangan ketika pesat demokrasi dilaksanakan.
Oleh alasannya itu, seorang politisi muda harus cerdas & mempunyai intelektual yg manis dlm merebut suara rakyat, jangan sampai mengeluarkan modal yg besar, tetapi tak terpilih ketika pesta demokrasi berlangsung.
Sebagai seorang politisi muda, pastinya sudah mengetahui betul investasi dlm ungkapan ekonomi, kita kenal dgn investasi jangka pendek, investasi jangka menengah, & investasi jangka panjang. Namun, dlm dunia politik, kita cukup mengetahui dua saja, yakni investasi jangka pendek & investasi jangka panjang.
Investasi yg dijalankan yaitu suatu proses panjang untuk mencari & menyebar pengaruh di tengah masyarakat dlm rangka mendapatkan bantuan publik di bursa demokrasi. Sudah ditentukan bahwa siapa yg sudah mengungguli bunyi rakyat maka ia akan memenangkan pesta demokrasi tersebut. Pada tahapan investasi, baik jangka pendek & jangka panjang, berikut yaitu tips sukses dlm berinvestasi dlm industry politik.
Investasi jangka pendek. Investasi ini dijalankan dengan-cara mendadak oleh politisi yg mau ikut bertandingdlm kudeta tanpa mesti mengeluarkan keringat. Dukungannya datang alasannya adalah ada faktor imbas modal dr komunitas, yg tanpa mereka mempunyai jaringan sosial. Muncul dengan-cara tiba-tiba. Berapapun modal yg ia punya akan tetap habis dlm pelaksanaannya dlm pesta demokrasi, ya untung-untung terpilih, kalau tak ya rugi, alasannya adalah modal yg sudah di investasikan tidak mengecewakan besar.

Munculnya yg mendadak, membuat penduduk kaget, & tak terlalu mengenali dengan-cara mendalam aksara kandidat politisi tersebut. Inilah yg akan timbul cuma politisi spanduk. Balik pada teori yg dikemukakan oleh Machiavelli, setiap penguasa (politisi) mesti pandai, “hidup dlm kepura-puraan.” Pura-pura tenggang rasa-simpati, bermoral, santun, sopan, bersih & berbudi luhur.

Coba lihat saja disekiling kita, tatkala hendak memasuki tahun politik atau pesta demokrasi, makan akan berlomba-lomba politisi memberikan pelayanan pada penduduk , misal saja menyampaikan ambulan gratis, menyumbang, sering berkenjung ke tempat tinggal warga & tempat ibadah, memberikan santunan pada anak yatim, & fenomena lain yg kerap dijalankan oleh politisi tersebut.

Wajar saja, politisi spanduk bertebaran dimana-mana, mirip pada sudut-sudut kota, persimpangan jalan, pusat hingar bingar, & sepanjang jalan di pasang pada pepohonan, sah saja alasannya modal yg ia punya pun cukup banyak.

Namun, apa yg terjadi, bahwa proses perubahan pemilih di Indonesia, memberikan kegagalan pada politisi spanduk. Mereka tak menyadari bahwa masyarakat tengah merindukan & menginginkan politisi yg merakyat, & mampu memberikan pengaruh pada rakyat banyak. Tidak sekadar datang pada dikala momen pesta demokrasi saja.

Populer, memang benar. Karena dampak spanduk yg terpampang. Namun, popularitas yg ada tak menjadi jaminan akan dipilih oleh suara Tuhan/suara rakyat. Begitulah efek yg didapat dr investasi politik jangka pendek, sangat merugikan bukan, berhati-hatilah jangan menjadi politisi spanduk.
Semoga saja para politisi muda tak melaksanakan hal yg sama dlm pertarungan pesta demokrasi di Tahun Politik 2019 atau  pada tahun mendatangnya. Ingat jangan menjadi politisi spanduk. Lalu bagaimana dgn investasi jangka panjang ? Berikut ulasan singkatnya.
Investasi jangka panjang. Investasi ini sudah dijalankan sejak jauh-jauh hari sebelum pesta demokrasi itu akan berjalan. Minimal 3-5 tahun sebelum puncak perhelatan pemilihan lazim pada 2019 dimulai, sudah merencanakan dgn baik.

Begitu pula dgn persiapannya jangan terlalu di ekspos ke luar, cukup internal saja yg mengetahui tindakan itu, alasannya bila sampai lawan politik mengetahuinya bisa menjadi serangan politik musuh pada kita.

Berbicara investasi jangka panjang dlm politik, apa bekerjsama yg kita mampu atau manfaatnya ? Lain hal dgn investasi jangka pendek, maka keuntungan yg didapat akan kecil. Berikut yakni laba dr investasi jangka panjang. 

Pertama ialah tak memerlukan modal yg banyak. Investasi ini mampu dilaksanakan dgn orang-orang terdekat yg bisa dipercaya, untuk mampu menolong dlm hal memperkenalkan kandidat politisi pada acara atau momen tertentu yg mampu mensugesti opini publik wacana sosok politisi tersebut. Ya, memperkenalkan huruf & ketokohan yg dengan-cara sistematis dr si calon politisi tersebut. 

Kedua yaitu pasar pesta demokrasi tak akan dikagetkan oleh kehadiran kita (politisi), karena penduduk sudah mengenali kita sejak permulaan sebelum kita mencalonkan diri.

Investasi jangka panjang ini, akan mendatangkan seorang politisi yg siap menjadi pemeran sosial. Jika pemeran sosial dlm investasi jangka pendek hanya akan muncul pada panggung kampanye saja, tetapi dlm investasi jangka panjang akan melahirkan pemain film yg tak hanya berada diatas panggung kampanye, namun pribadi turun & menjadi bintang film sosial yg peduli pada penduduk .

Begitu pula dengan, modal yg lebih kecil, alasannya untuk menjadi pemeran sosial yg dibutuhkan hanyalah keihklasan & konsistensi, mereka tak membangun suatu pencitraan, mirip halnya investasi jangka pendek.

Aktor sosial yaitu orang yg nrimo & konsisten merancang gerakan-gerakan sosial pemerdayaan masyarakatnya. Selalu tiba memberikan solusi-penyelesaian alternative terhadap pemecahan persoalan sosial penduduk , & pemain drama sosial tak pernah mangkir disaat rakyat membutuhkan pemikirannya. Dengan nrimo menolong masyarakat, tanpa ada sasaran-sasaran lainnya.

Filosofi aktor sosial ialah menjadi pelayanan kemanusiaan & esensinya itu yakni peran negara bersama aparaturnya untuk melayani rakyat. Namun, itulah berbanding terbalik dlm fakta politik di lapangan, nama rakyat cuma dieksploitasi untuk kepentingan politik saja.

Memang, semua politisi mengatakan untuk rakyat, & untuk kepentingan penduduk , bukan kepentingan elit. Tapi, tahap implementasinya berbeda sungguh jauh. Coba lihat, bagaimana politisi yg terjerat perkara korupsi, masalah pelanggaran aturan, & masih banyak masalah lain yg menjerat politisi kita, yg kata-katanya untuk kepentingan rakyat, ternyata nol besar.

Oleh alasannya adalah itu, jadilah bintang film sosial yg mempunya jiwa kepemimpinan yg visoner serta mempunyai pandangan jauh kearah pertumbuhan dlm merencanakan pembangunan nasional, atau pembangunan daerah.

Tidak menjadikan diri sebagai pemimpin spanduk, berinvestasi jangka pendek saja. Bangunlah investasi jangka panjang dgn baik, mirip membangun personal branding diri para kandidat politisi dgn tak berpura-pura. Itulah bintang film sosial yg sesungguhnya. Sipil Institut menyebutnya selaku seorang desainer yg merenacang contoh pemecahan dilema, seorang arsitek yg merekontruksi kerangka pemerdayaan peluangpenduduk .

Dengan demikian, pada para politisi muda yg akan bertarung pada pemilihan legislative (pileg) di tahun 2019, bangunlah personal branding dgn baik, sehingga mampu menjadi pemain film sosial yg tak berpura-pura, & tak menjadi politisi spanduk dgn investasi jangka pendek yg dijalankan. Berinvestasilah dgn jangka panjang, biar lahir menjadi pemeran sosial, mempunyai visi & misi visioner untuk kemakmuran penduduk .
(Sumber refrensi : Berpolitik dgn Biaya Murah (Solusi Menjegah Politisi Korupsi) oleh Ruslan Ismail Mage, 2013)
  Tidak Ada Pelanggaran HAM Pada Era Ini