Sejarah Kejadian Merah Putih Di Manado (1946)

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, tak berarti kondisi negara kita pribadi berada dlm tahap yg kondusif & tentram. Serangkaian peristiwa & peperangan berdarah masih terjadi dlm masa – masa mempertahankan kemerdekaan tersebut. Tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, peperangan – peperangan di masa sesudah kemerdekaan pula terjadi di pulau – pulau yang lain antara lain di Sulawesi, tepatnya di Manado. Peristiwa ini  menjadi salah satu rangkaian peristiwa penting yg turut andil membentuk Republik Indonesia.

Para pemuda yg bergabung dlm pasukan KNIL kompi VII pimpinan Ch. Taulu bekerja sama dgn rakyat merebut kekuasaan di Manado, Tomohon & Minahasa pada 14 Februari 1946. Hasilnya sekitar 600 orang pasukan serta pejabat Belanda sukses mereka tahan. Pada tanggal 16 Februari 1946 dikeluarkan selebaran yg menyatakan kekuasaan seluruh Manado sudah berada di tangan Indonesia. Peristiwa ini dikenal dgn nama Peristiwa Merah Putih.

Latar Belakang Peristiwa

Sejarah peristiwa merah putih di Manado berawal dr kekalahan Jepang yg dengan-cara resmi sudah diakui pada Pasukan Sekutu sejak peperangan di Pasifik pada Juli 1944. Sam Ratulangi mengantarpara perjaka untuk pergi ke Manado pada saat yg berdekatan untuk memantau suasana. Dua diantara para utusan itu adalah Mantik Pakasi & Freddy Lumanauw dr utusan tentara, serta perwakilan perjaka yaitu Wim Pangalila, Buce Ompi, & Olang Sondakh. Dua bulan sesudah pengutusan tersebut, mendadak muncul pesawat pembom B-29 milik Angkatan Udara Sekutu yg berjumlah puluhan & menghujani Manado dgn bom, menghancurkan & merenggut nyawa penduduk. Jepang lalu mencurigai adanya mata – mata Sekutu yg pula berperan selaku tokoh Nasionalis.

Pada September 1944 pertahanan Jepang di Sulawesi Utara & Morotai pula takluk pada Jenderal Mac Arthur. Kemudian pada pertengahan April 1945 sampai awal Februari 1945 pula masih terjadi banyak konflik di area tersebut. Sebagaimana wilayah lain di Indonesia, Sulawesi pula akan diambil alih oleh pasukan Sekutu, tetapi pada tanggal 21 Agustus 1945 wilayah tersebut sudah diserahkan oleh tentara Jepang pada E.H.W. Palengkahu yg merupakan petinggi Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI). Belanda bareng NICA yg berada di bawah bantuan sekutu bermaksud kembali menduduki Indonesia Timur utamanya Sulawesi Utara.

  Sejarah Bank Syariah di Indonesia

Pada dikala ini John Rahasia & Wim Pangalila kemudian melihat adanya kesempatan untuk melakukan revolusi yg dilaksanakan oleh pemuda – pemuda Manado. BPNI lalu bekerja sama dengan-cara membisu – membisu dgn Kononklijk Nederlands Indisch Leger atau KNIL dlm rangka merebut kekuasaan dr penjajah. Pada masa itu KNIL sudah lepas dr kepentingan Belanda & berpihak pada tanah air mereka sendiri. Ketahui pula perihal sejarah hari Ayah, sejarah hari Kartini & Biografi Habibie singkat.

Pasukan NICA mengenali kegiatan tersebut & menangkap para anggota BPNI di tanggal 10 Januari 1946, kemudian menangkap para tokoh KNIL pada 10 Februari 1946. Akan tetapi para anggota KNIL lainnya masih berupaya mencari jalan untuk melakukan pemberontakan tersebut dlm sejarah insiden merah putih di Manado. Mereka berhasil mensugesti pihak KNIL Belanda sehingga Kopral Mambi Runtukahu bersedia memimpin agresi penyergapan pada pos di markas garnisun Manado yakni tangsi militer Teling Manado.

Serangan ke Tangsi Militer Belanda

Pukul 21.30 dikala waktu apel malam, golongan pejuang mulai mempersiapkan diri. Mereka terdiri dr Wakil Komandan Regu I Mambi Runtukahu, Wadanru II Gerson Andris, Wadanru III Mas Sitam, Komandan Verkenner Jus Kotambunan, Anggota Regu IV Lengkong Item & Verkenner Wehantouw. Pada pukul 24.00 sersan piket Sutarkun memerintahkan seluruh anggota yg masih berada di luar asrama untuk tidur karena akan diadakan investigasi malam oleh Komandan Kompi VII Letnan Carlier & Komandan Peleton Serma Wijszer. Persiapan selesai diperiksa pada pukul 00.30, & pukul 00.45 seluruh pasukan berkumpul & menyatakan tekad siap mempertaruhkan nyawa bagi RI. Tepat pukul 01.00, serangan dimulai.

Serangan dilanjutkan dgn pengibaran bendera merah putih dlm sejarah bendera merah putih dgn merobek warna biru dr bendera Kerajaan Belanda. Pemimpin Garnisun Manado, Kapten Blom ditangkap sekitar pukul 03.00 setelah penahanan Letnan Verwaayen, pemimpin tangsi Teling. Siang harinya Letkol de Vries & Residen Coomans de Ruyter serta seluruh anggota NICA ditangkap. Dalam serangan itu esok harinya para pejuang sukses melucuti senjata semua pimpinan militer Belanda & menahan mereka di dlm sel, pula menaklukkan kamp tahanan  Jepang berisi 8000 prajurit.

  Sejarah Bhinneka Tunggal Ika Lengkap

Setelah kemenangan dlm sejarah kejadian merah putih di Manado tersebut, Ch. Taulu selaku pemimpin usaha mengeluarkan Maklumat Nomor 1 pada tanggal 15 Februari 1946. Isi maklumat tersebut ialah sebagai berikut:

  • Pukul 01.00 tanggal 14 Februari 1946, para pejuang KNIL dibantu para perjaka telah merebut kekuasaan dr pemerintahan Belanda atau NICA Sulawesi Utara untuk menjaga kemerdekaan RI yg sudah diproklamirkan oleh Ir. Soekarno & Mohammad Hatta.
  • Rakyat diminta supaya membantu usaha itu sepenuhnya
  • Para pejuang supaya menggantikan pemerintahan Belanda
  • Keamanan dijamin oleh Tentara RI Sulawesi Utara untuk seluruh wilayah Sulut
  • Kantor – kantor pemerintahan, aktivitas ekonomi mirip pasar, sekolah, & toko harus berlangsung mirip biasa. Jika ada pasar atau toko yg tak buka maka akan disita.
  • Siapapun yg berani mengacau dgn penganiayaan, penculikan, perampokan, pembunuhan, & lainnya akan dihukum mati di muka lazim.

Setelah itu pemimpin perjuangan lalu mengeluarkan Maklumat Nomor 2 yg isinya mengumumkan bahwa sudah diadakan Rapat Umum pada tanggal 16 Februari di Gedung Minahasa Raad (dewan perwakilan rakyat), dgn dipimpin oleh pimpinan ketentaraan Indonesia di Sulawesi Utara dgn dihadiri oleh para Kepala Distrik & onderdistrik di Minahasa, Raja Bolaang Mongondow, Kepala Daerah Gorontalo, para pemimpin & pemuka Indonesia.

Hasil rapat ini menetapkan BW Lapian sebagai Kepala Pemerintahan Sipil Sulawesi Utara. Penanda tangan maklumat itu yaitu Letkol Ch.Taulu, SD Wuisan, J. Kaseger, AF Nelwan & F. Bisman. BW Lapian dibantu oleh DA Th. Gerungan di bidang kepemerintahan, AIA Ratulangi di bidang keuangan, Drh. Ratulangi di perekonomian, Dr. Ch. Singal di kesehatan, E. Katoppo bidang PPK, Hidayat di kehakiman, Sekolah Dasar Wuisan di di kepolisian, Wolter Saerang di penerangan & Max Tumbel di Pelabuhan/pelayaran untuk melaksanakan pemerintahan sipil.

Akhir Peristiwa Merah Putih

Kejadian dlm sejarah peristiwa merah putih ini diberitakan berulang melalui siaran radio & telegraf oleh Dinas Penghubung Militer di Manado, yg diteruskan oleh kapal perang Australia SS ‘Luna’ ke markas besar Sekutu di Brisbane. Radio Australia lalu membuatnya sebagai informasi utama yg disebarluaskan oleh BBC London serta Radio San Fransisco Amerika Serikat. Perebutan tangsi militer Teling & pengibaran bendera merah putih menjadi pukulan telak untuk Belanda alasannya adalah berhasil melumpuhkan provokasi Belanda di luar negeri bahwa cuma pulau Jawa yg berjuang untuk merebut kemerdekaan di Indonesia.

Belanda menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan bukan merupakan usaha semua rakyat Indonesia & kekuasaan di kawasan lain selain Jawa masih berada di genggaman Belanda. Kebangkitan rakyat Manado, Minahasa & seluruh rakyat Sulut untuk merebut kekuasaan memberi dampak yg positif bagi diplomasi Indonesia di mancanegara & sejarah kemerdekaan Indonesia dgn mempercepat akreditasi internasional terhadap kemerdekaan RI. Peristiwa ini memperkuat makna proklamasi kemerdekaan Indonesia & perjuangan para tokoh proklamator  kemerdekaan Indonesia. Lewat sejarah peristiwa merah putih di Manado pada 14 Februari 1946 dapat meyakinkan dunia bahwa perjuangan kemerdekaan dikerjakan oleh seluruh rakyat Indonesia.