Teori Konflik dalam Perspektif Ralf Dahrendorf, Ada 3 Tipe Kelompok


Bagi Coser dgn adanya konflik antar individu, antar kalangan kepentingan, akan memperlihatkan konsensus atau akad untuk menuju integrasi, yakni persatuan. 

Dengan demikian, baginya konflik tak hanya berkonotasi negatif, melainkan bisa pula bersifat positif. Saya harap ananda membaca pertentangan menurut Coser.

Fenomena sosial pertentangan yg terjadi di penduduk . Dimana pun ananda tinggal, mau di negara maju, negara berkembang, ataupun negara belum berkembang, niscaya ada saja konflik yg terjadi.

Baru-baru ini, kurang lebih 10 hari kemudian, kejadian kematian George Floyd pada 25 Mei 2020. Dengan adanya kasus kematian tersebut sampai hari ini sudah terjadi pertentangan sosial di Amerika Serikat (AS).
Kamu bisa baca disini  :

Ia merupakan anak seorang politisi sosial Demokrat, Gustav Dahrendorf, sama seperti ayahnya, Ralf Dahrendorf pula aktivis pada masa rezimnya Nazi. 

Saat masih berstatus pelajar, Dahrendorf pernah ditahan di Camp Frankfurt-an-der-Oder, pada masa tahun tamat Perang Dunia ke II. 

Dahrendorf belajar filsafat & karya klasik di Universitas Hamburg, Ia meraih gelar Doktor pada tahun 1952 sebelum mengikuti Postgraduate di Bidang Sosiologi di London School of Economics antara tahun 1952 & 1954.

Ia memperoleh gelar doktor ke dua tahun 1956, kembali ke Jerman, Ia menjadi Profesor di Bidang Sosiologi di University of Hamburg tahun 1958. 

Ia kemudian menerima jabatan di University of Tbingen (1960-1965), & di University of Konstanz (1966-1969), menjadi Vice-Chairman Komite Pendanaan (1964-1966).

Selanjutnya mampu ananda baca berdikari di Buku Rekonstruksi Teori Sosial Modern oleh Zainuddin Maliki. 

Teori konflik menurut Ralf Dahrendorf. Karya-karya yg dihasilkan oleh Dahrendorf tak terlepas dr pedoman & karyaKarl Marx. Menurut Dahrendorf, karya Marx memang cukup berfaedah & aplikatif dlm meneliti masyarakat industri.

Memang, Marx konsentrasi pada kelas kapitalis, antara borjuis & proletar. Dengan analisis & rancangan yg dikerjakan oleh Marx, tampaknya Dahrendorf kurang puas.

Ia kemudian, mengusulkan semoga teori & rancangan yg disampaikan oleh Marx mampu di perbaharui lagi dlm mengevaluasi penduduk industri terbaru.

Menurut Dahrendorf, Marx hanya mengacu pada masyarakat kapitalis saja, sementara sudah terjadi pergeseran yg cukup signifikan dlm struktur sosial sejak Marx menulis. 

Perubahan itu membuat ada munculnya masyarakat gres, yg disebut dgn penduduk industri modern atau pos-kapitalis.

Dahrendorf, pula menolak rancangan tanpa kelas yg disampaikan oleh Marx dlm konsepnya, karena sangat spekulatif & belum ada bukti emperiknya. Bagi Dahrendorf, semua itu tak benar, bahwa adanya dunia tanpa kelas.

Dalam kepemilikan alat-alat produksi, yg tak sesuai dgn keadaan realitas penduduk sekarang ini, mirip adanya diferensiasi dunia bikinan dimana menimbulkan mereka yg memiliki tak dengan-cara otomatis menguasi.

Misalnya dlm kepemilikan saham suatu perusahaan atau dlm hal lainnya, mereka dipisahkan dr fungsionaris buatan, struktur itu lebih mengena jika diketahui dgn konsep pemilikan kewenangan.

Dahrendorf memperlihatkan adanya pergeseran struktur sosial yg mendorong munculnya penduduk pasca-kapitalis, yaitu :

(-) Terjadinya Dekomposisi Modal. Adanya kenaikan & pertumbuhan organisasi bisnis yg memakai teknologi mutakhir, serta melemahnya pemilik & kendali terhadap industri. 

Misalnya, dlm pengalihan pengendalian perusahaan ke tangan manajer atau direksi, direktur, & sejenisnya, dgn imbalan gaji yg besar. Dengan demikain, dapat membuat legitimasi yg besar lengan berkuasa dlm perusahaan tersebut.

(-) Terjadinya Dekomposisi Tenaga Kerja. Kita menyaksikan adanya diferensiasi dlm kalangan-golongan pekerja antara mereka sendiri. 

Misalnya, adanya tenaga kerja yg memiliki keterampilan khusus & tak mempunyai kemampuan, sehingga penempatan posisi kerja mensugesti, & gaji yg didapat pula berdasarkan posisi tersebut. 

Nah, disinilah kesadaran kelas yg terjadi cuma pada internal mereka saja, bagaimana seseorang bisa naik jabatan atau kelas sosial dlm struktur perusahaan tersebut. Sehingga jauh untuk menjadi homogen atau sama.

Dalam kasus ini, mampu melemahkan proporsi mereka yg tak punya keahlian atau unskilled labour.

(-) Perkembangan Kelas Menengah Baru. Istilah ini disebut oleh Dahrendorf selaku Misleading.  Adanya perhimpunan kelompok-golongan yg berbeda-beda dlm penduduk industri.

Kalau pada desain Marx yg terdiri atas golongan selaku pekerja berkerah putih, mirip guru, akuntan, perawat, & yang lain.

Mereka ini adalah kepingan dr golongan kelas gres yg berada di tengah-tengah kemapanannya. Misalnya pada pekerja A*N, mereka selaku kelas menengah baru, yg pula kedudukan sesuai dgn golongan & pangkat.

(-) Pertumbuhan Mobilitas Sosial. Adanya mobilitas antar generasi yg terjadi, mirip jabatan atasan yg dimiliki seseorang (ortu) yg mana jabatan anaknya pula akan mengikuti jabatan tertinggi tersebut.

Sebaliknya, jikalau jabatan pekerja seseorang (ortu) berada paling bawah, maka belum dewasa mereka yg ingin bekerja disana pula akan mengikuti jabatan ortu tersebut.
Nah, disinilah mobilitas antar generasi berkembang sesuai jabatan & self-rekrutmen. Bisa ananda lihat aneka macam teladan yg ada disekitar kita.

(-) Pertumbuhan Kesetaraan. Adanya ketimpangan sosial ekonomi yg terjadi pada penduduk menciptakan negara menjamin standart hidup mereka.

Bagi masyarakat yg berpenghasilan, baik yg berpenghasilan tinggi (banyak, gajinya besar) akan dikenakan pajak yg besar pula sesuai dgn penghasilan penduduk tersebut.
Atau pada mereka yg kaya raya, pula akan dikenakan pajak yg besar sesuai dgn aset-aset mahal yg dimiliki.

Dengan demikian, pembayaran pajak tersebut akan dipakai untuk meningkatkan pembangunan manusia, serta berbagai upaya untuk menyalurkan bantuan pada mereka yg dibawah garis kemiskinan.

Memang berlawanan dgn teoritis konflik yg disampaikan Dahrendorf, ia melihat setiap penduduk ialah subjek proses perubahan. Beberapa elemen masyarakat menyumbang disintegrasi & perubahan sosial.

Adanya keteraturan yg berasal dr paksaan anggota atas, & keteraturan yg ada pada penduduk dipelihara oleh kekuasaan. Bagi Dahrendorf, penduduk mempunyai dua wajah, yakni pertentangan & konsensus.

  Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non-Marxist Beserta Tiga Tokoh Utamanya

Pada teoritis pertentangan akan menguji tentang pertentangan kepentingan & paksaan, sementara pada konsensus menguji nilai integrasi.

Pada kenyataannya, penduduk tak bisa dipisahkan dr pertentangan, & konsensus, dimana keduanya memang menjadi syarat.

Tidak akan kita menemukan konflik jikalau pada sebelumnya tak ada konsensus, atau sebaliknya konflik dapat mengarakan kita pada konsensus & integrasi sosial.


Wewenang & Kedudukan

Dahrendorf memulai dgn fungsional struktur, dimana ia menyaksikan tata cara sosial sebagai penjaga kesatuan, & dgn kerjasama sukarela, janji bareng , maupun kedua-duanya.

Pada teoritis pertentangan, yg menilai bahwa kesatuan masyarakat dijaga oleh adanya kekuatan yg memaksa. Misalnya, beberapa kedudukan dlm penduduk yg diserahkan pada kekuasaan & kewenangan.

Disinilah, Dahrendorf memusatkan pada struktur sosial yg luas, kedudukan yg ada dlm masyarakat mempunyai jumlah wewenang berlainan-beda.

Perlu kita ingat, bahwa wewenang tak terletak pada individu, melainkan terletak pada kedudukan & kewenangan yg ada, serta kuat pengaruhnya.

Coba kita lihat, pada posisi jabatan setiap perusahaan, pasti mempunya wewenang yg paling atas sampai ke yg paling bawah. Kesemua mereka tuntuk pada kedudukan yg tertinggi dlm struktur tersebut.

Disinilah seseorang akan mengontrol orang-orang lain, sesuai dgn posisi yg mereka dapatkan. Dengan cara itulah, mereka mengontrol & mengontrol orang-orang yg berada dibawah jabatannya.

Ingat ya wewenang itu diletakan pada kedudukan mereka bukan pada individu penduduknya. Dahrendorf beropini, bahwa penduduk disusun dr jumlah-jumlah unit yg ia sebut sebagai Imperatively Coordinated Associations.

Dilihat pada orang-orang yg dikelola oleh sebuah hirarki wewenang kedudukan. Nah, disinilah terjadinya dikotomis antara setiap asosiasi wewenang, karena setiap posisi yg orang duduki mempunya kepentingan berbeda-beda, baik posisi atasan sampai kebawahan.

  Ada Dua Fakta Sosial Menurut Durkheim

Inilah ditemukannya istilah kunci dr pada teori pertentangan Dahrendorf, yakni Kepentingan. Pada setiap asosiasi, orang yg dlm posisi mayoritas akan mencari pemeliharaan terhadap status quo.

Sementara, orang pada posisi sub-ordinat akan mencari posisi perubahan. Nah, disinilah konflik kepentingan pada setiap asosiasi yg selamanya paling tak laten, yakni legitimasi wewenang selalu berbahaya.

Kepentingan superordinat & subordinat yaitu objektif dlm pemahaman bahwa mereka direfleksikan dlm harapan tugas yg melekat pada posisi wewenang tersebut.

Dahrendorf menyebut adanya kepentingan laten sebagai tugas yg dibutuhkan, sementara kepentingan manifes adalah kepentingan laten yg menjadi sadar.

Tugas utama teori konflik yaitu menganalisis relasi antara kepentingan laten & manifes. Kemudian, Dahrendorf membagi golongan dlm tiga tipe kalangan besar, yakni :

[1] adanya Kelompok Semu
[2] adanya Kelompok Kepentingan
[3] adanya Kelompok Konflik

Penjelasannya dr ketiga golongan diatas, yaitu pada kalangan semu merupakan sejumlah pemegang posisi dgn adanya kepentingan yg sama, & mereka belum menyadari keberadaannya.

Itu pula tergolong dlm tipe kalangan ke dua yaitu kelompok kepentingan. Setelah itu, lahirlah kelompok ketiga, yaitu kelompok pertentangan sosial, yg mana berasal dr kepentingan-kepentingan tersebut.

Dengan demikian, dlm kalangan akan terdapat dlm dua asosiasi, yaitu kelompok yg berkuasa (atasan) & kelompok yg dibawah (bawahan). Nah, kedua kalangan ini mempunyai kepentingan berlawanan-beda, menurut Dahrendorf mereka dipersatukan oleh kepentingan yg sama.

Coba kita lihat beberapa perusahaan yg ada posisi administrator, yg mana ada banyak sekali jenis direkutur, yg mereka pula mempunyai wewenang berbeda-beda, rentan terhadap pertentangan, alasannya adanya kepentingan disana.

Aspek terakhir dr teoritis pertentangan Dahrendorf yaitu pada relasi konflik kepada pergeseran. Ya, memang, dimana adanya pertentangan, pula akan mengarahkan pada pergeseran & perkembangan dinamika yg terjadi.

Setiap kelompok pertentangan timbul, mereka pada memakai langkah-langkah yg mengarahkan ke pada pergeseran dlm struktur sosial.

Sumber refrensi bacaan yang lain :
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_konflik
https://rumputmelawan.wordpress.com


Sumber Foto :
https://rumputmelawan.wordpress.com
https://www.ayosemarang.com