1. Emile Durkheim ( 1858 – 1917)
Gagasan-gagasan yg dikembangkan oleh Durkheim dlm The Rules of Sociological Methods (1895) & Suicide (1897), merupakan landasan-landasan dr sosiologi Durkheim. Hal ini sungguh terperinci terlihat dlm asumsi-perkiraan metodologis yg diterapkan dlm buku-buku tersebut. Keduanya berada dlm konteks pikiran Durkheim sendiri & dlm kerangka kerja yg pada umumnya yakni mengenai duduk perkara-masalah budbahasa sosial.
Mengenai Analisis Durkheim dlm Suicide didasarkan pada karya penulis-penulis mirip itu, akan tetapi pula sebagai titik tolak dr kesimpulan-kesimpulan biasa mengenai tata moral dr bermacam bentuk penduduk yg berlainan, sebagaimana yg dikemukakan dlm The Division of Labor(1964).
Tema pokok dr The Rules adalah bahwa sifat subyek kasus dr sosiologi harus dijelaskan, & bidang penelitiannya harus diputuskan dgn tegas batas-batasnya. Durkheim beberapa kali menekankan di dlm goresan pena-tulisannya bahwa sosiologi itu sebagian besar tetap merupakan suatu disiplin filsafat, yg terdiri dr sejumlah generalisasi heterogen yg meliputi segala aspek, serta yg lebih tertumpu pada latar belakang logis dr hukum-aturan a priori dr pada studi empiris yg sistematis. Sosiologi, menurut Durkheim dlm Suicide, masih dlm taraf membangun & sistesis-sintesis filsafat.
Sementara, usaha untuk menyinari sebuah belahan yg terbatas dr bidang sosial, sosiologi lebih menggemari generalisasi-generalisasi yg briliyan. Disiplin ini meletakkan perhatian pada observasi perihal manusia dlm masyarakat, akan tetapi kategori dr apa yg sosial itu sering digunakan dengan-cara tak mengikat (Giddens, 1986: 107).
Kemudian, perjuangan untuk mendefinisikan kekhususan dr yg sosial itu, didasari oleh penggunaan persyaratan exteriority & constraint. Ada dua makna yg saling berkaitan, dimana fakta-fakta sosial merupakan hal yg eksternal bagi individu: (1) tiap orang dilahirkan dlm penduduk yg terus meningkat & yg telah memiliki sebuah organisasi atau struktur yg pasti serta mempengaruhi kepribadiannya; (2) fakta-fakta sosial merupakan hal yg berada di luar bagi pribadi seseorang dlm arti bahwa setiap individu manapun, hanyalah merupakan sebuah unsur tunggal dr totalitas pola relasi yg membentuk suatu masyarakat.
2. Marx Weber (1864 – 1920 )
Max Weber mengakui kiprah teknologi bagi kemajuan masyarakat. Weber pula mengakui pertentangan bersifat inheren di tiap masyarakat. Namun, Weber tak sepakat dgn determinisme ekonomi Marx. Jika Marx menganut materialisme historis, maka Weber dapat dikatakan menganut idealisme historis. Bagi Weber, penduduk terbentuk melalui gagasan atau cara berpikir manusia. Dalam hal ini, Weber bertolak belakang dgn Marx yg justru mengasumsikan pemikiran tak lebih proyeksi cara-cara bikinan ekonomi.
Konsep yg diperkenalkan Weber ialah tipe ideal (ideal typhus). Makna ideal typhus yakni pernyataan absurd mengenai ciri-ciri esensial tiap fenomena sosial. Masyarakat pemburu & peramu, hortikultural & pastoral, agraris, industrial, & posindustrial yakni teladan dr tipe ideal. Ideal, dlm maksud Weber, bukan berarti baik atau jelek. Tipe ideal lebih merupakan cara mendefinisikan sesuatu. Dengan mengajukan tipe ideal atas setiap fenomena sosial, seseorang mampu melakukan perbandingan antara masyarakat satu dgn masyarakat lain, atau bahkan mendorong pergeseran suatu masyarakat pada tipe ideal yg dikehendaki. Tipe ideal atas sebuah fenomena sosial mendorong terciptanya pemikiran baru: Tipe ideal adalah gagasan.
Organisasi rasional Weber merupakan pola dr ide. Saat menggagasnya, organisasi ini belum muncul di realita tatkala Weber memperhatikan pola kerja pegawai publik dlm Dinasti Hohenzollern yg dikala itu menjalankan pemerintahan Prussia. Sistem kerja dinasti tersebut bercorak patrimonial di mana ketaatan seorang pejabat publik bukan pada pekerjaan melainkan pada personalitas tokoh-tokoh politik (patron).
Sementara, gagasan Weber yaitu cara kerja ini harus digantikan dgn yg lebih rasional, di mana ketaatan pada personal harus digantikan dgn ketaatan atas peraturan impersonal. Organisasi yg diajukan Weber yaitu organisasi legal-rasional. Kata birokrasi bukan berasal dr Weber karena ia tak pernah menyebut kata birokrasi dlm karyanya. Namun, kata birokrasi sekarang kerap dihubung-hubungkan dgn pemikiran Weber.
Dalam menganalisis masyarakat, Weber menekankan bagaimana orang berpikir ihwal dunia kontekstualnya. Individu dlm masyarakat pra industri terikat oleh tradisi, sementara pada masyarakat industrial diikat rasionalitas. Tipe ideal Weber mengenai tradisi ialah nilai serta keyakinan yg diturunkan dr generasi ke generasi.
Masyarakat tradisional terbentuk tatkala para anggotanya diarahkan oleh masa lalu atau mencicipi ikatan kuat pada cara hidup yg sudah bertahan lama (tradisi). Gagasan mirip tindakan baik atau buruk diputuskan apa yg telah diterima dr masa sebelumnya. Sebaliknya, orang-orang yg hidup di masa lebih kemudian (modern), lebih mengedepankan rasionalitas, yg maknanya yaitu – berdasarkan Weber – cara berpikir yg menekankan kesengajaan, berupa perhitungan pasti seputar cara-cara yg lebih efektif dlm menyelesaikan pekerjaan.
Ketergantungan pada hal-hal sentimentil pada penduduk tradisional tak beroleh daerah di masyarakat terbaru. Orang modern berpikir & bertindak berdasarkan efeknya bagi masa kini & masa mendatang, bukan masa kemudian. Dengan demikian, Weber mengajukan pendapatnya mengenai rasionalisasi masyarakat yg didefinisikannya selaku pergantian historis pemikiran manusia (idealisme historis) dr tradisi menuju rasionalitas. Weber menggambarkan masyarakat terbaru selaku sama sekali baru sebab mengembangkan cara pikir ilmiah yg menyapu jauh-jauh segala ikatan sentimental atas masa lalu.
Apakah digunakannya sebuah teknologi mengindikasikan terbaru-nya sebuah penduduk ? Bagi Weber jawabannya belum tentu sebab teknologi hanya maksimal dimanfaatkan kalau penduduk penggunanya paham akan kiprah teknologi tersebut bagi dunianya. Apa gunanya komputer bagi penduduk yg masih menggantungkan dirinya pada hubungan pribadi dgn alam mirip masyarakat pemburu-peramu.
Dalam menanggapi masyarakat industrial Weber pastinya berbeda pendapat dgn Marx. Weber menatap penduduk industrial sepenuhnya rasional alasannya adalah kapitalis punya kemampuan mengkalkulasi aspek untung-rugi sebuah acara bikinan. Kalkulasi mereka lakukan sebelum duit diinvestasikan ke dlm aktivitas bikinan. Sebaliknya, Marx justru menganggap masyarakat industrial selaku irasional karena masyarakat ini gagal menyanggupi keperluan-keperluan dasar secara umum dikuasai anggotanya.
Bagi Weber, kapitalisme, birokrasi, & ilmu wawasan adalah ekspresi (perwujudan) dr ide utama penduduk modern: Rasionalitas. Namun, layaknya Marx, Weber pula memperoleh peluangalienasi (keterasingan) individu di dlm masyarakat yg rasional ini. Jika Marx menjelaskan alienasi tercipta balasan ketimpangan ekonomi, maka bagi Weber alienasi tercipta selaku hasil operasi organisasi rasional. Organisasi rasional memperlakukan insan melulu selaku angka, tugas, jabatan, atau kompetensi dibandingkan dengan keunikan individualitas manusiawi mereka. Kepastian, impersonalitas, keterukuran, & predictability penduduk terbaru yg rasional membuat Weber cemas manusia kehilangan faktor kemanusiaannya
Fokus Kajian Sosiologi Tentang Produksi :
Melihat beberapa persepsi yg diutarakan oleh Karl Marx, Weber & Durkheim, kita bisa memahami bahwa buatan merupakan proses yg diorganisasi dengan-cara sosial dimana barang & jasa diciptakan. Adapun yg menjadi Fokus kajian sosiologi tentang bikinan antara lain yaitu :
a. Kerja, yg terdiri atas ideologi , nilai, sikap motivasi & kepuasan
b. Faktor bikinan yg terdiri atas tanah, tenaga kerja, teknologi, kapital & organisasi
c. Pembagian Kerja
d. Cara-cara Produksi
e. Hubungan- korelasi buatan
f. Proses teknologi yg terdiri atas intrument, pengetahuan, jaringan operasi dna kepemilikan
g. Alienasi
h. Teknologi & kerja
i. Pendidikan, teknologi & kerja
Dalam menjelaskan beberapa fenomena yg menjadi konsentrasi kajian sosiologi mirip tersebut diatas, para sosiolog pula memakai beberapa teorinya. Diantaranya yaitu :
Baca Juga :
Pemikiran-Pemikiran Mengenai Sosiologi Pedesaan
Pengertian & Tokoh-Tokoh Ahli Demokrasi
Teori Konsep Aktor
Dalam rancangan ini menjelaskan bagaimana cara seseorang dlm melakukan langkah-langkah ekonomi yg dijalankan oleh masyarakat yg tak cuma berhubungan dgn konsumsi & distribusi, tetapi pula wacana buatan. Kita paham bahwa titik analisis ekonomi itu yakni individu. Pendekatan individu dlm analisis ekonomi berakar dr utilitarianisme & ekonomi politik Inggris, dimana utilititarianisme mengasumsikan bahwa individu ialah makhluk yg rasional, selalu menghitung & bikin opsi yg dapat menambahkesenangan pribadi atau keuntungan pribadi, & menghemat penderitaan atau menekan ongkos. Ekonomi politik Inggris dibangun diatas prinsip “laissez faire, laissez passer “. Yaitu “ biarkan hal-hal sendiri , biarkan hal-hal yg baik masuk”. Artinya biarkan individu mengendalikan dirinya, karena individu tahu yg dimaunya.
Dalam persepsi sosiologi. Sosiolog lebih mengarahkan perhatiannya pada bintang film sebagai konstruksi dengan-cara sosial, yaitu pemain drama dlm suatu interaksi atau bintang film dlm masyarakat, termasuk dlm hal bikinan. Yang dimaksud dgn pemain film dlm sebuah interaksi ialah individu yg terlibat dlm sebuah interaksi dgn individu atau beberapa (sekelompok) individu yang lain. Pada tahap ini individu dilihat selaku pemain film yg inovatif dlm menciptakan,mempertahankan & mengganti dunianya pada dikala interaksi langsung. Atau dgn bahasa lain yakni pada tahap ini individu bertindak sebagai aktor yg bebas dlm melaksanakan setiap kegiatan proses produksinya.
Sedangkan teori rancangan langkah-langkah Didalam ekonomi, pemeran diasumsikan mempunyai beragam pilihan yg berafiliasi dgn tindakan yg akan dilakukan oleh pemain drama tersebut yg bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) & laba (kalangan). Dan langkah-langkah itu dipandang rasional dengan-cara ekonomi. Dan dlm sosiologi menyaksikan beberapa kemungkinan dr tindakan ekonomi, baik itu konsumsi, distribusi & bikinan. Seperti yg dibilang oleh Weber, tindakan ekonomi dapat berbentukrasional, tradisional, & spekulatif irrasional.