Kemakmuran terbesar Batavia terjadi pada akhir abad ke-17 & awal masa ke-18. Pada masa itu, kota kecil itu marak dgn acara orang Belanda & Cina, & jalan-jalan dipenuhi orang yg paling eksotis & berwarna-warni & sejarawan Valentijn menulis “ Tiada kota lebih indah daripada Batavia di waktu malam. Pada malam hari orang-orang naik bahtera di jalan masuk-susukan sambil main music & bernyanyi.
Sangat beruntung tatkala itu buat Batavia bahwa perdamaian yg mantap disepakati dgn Banten pada masa 1684. Lingkungan sekitar kota itu menjadi lebih aman, sebuah kondisi yg sungguh disokong oleh forum polisi lapangan, yg terutama terdiri atas orang Ambon & Bali, Warga mulai membangun vila-vila di hulu, tetapi untuk waktu lama mereka masih harus tetap berada disekitar sungai, lantaran belum ada transportasi lain.
Jika dibaca ceritanya lagi, perlu seabad lagi sebelum orang Belanda mulai berdiam didaerah perbukitan Priangan yg lebih sejuk & sehat. Tapi, ekspansi permukiman Batavia menandai awal sebuah pertumbuhan yg sangat penting.
Diantara aneka macam alasannya transformasi ini, ada satu alasannya adalah yg tampaknya semoga remeh, yg layak dicatat : kecintaan orang Belanda kala ke-18 kepada pertamanan. Salah satu aspeknya merupakan minat kepada bunga & flora eksotik.
Yang menarik untuk diketahui, ketuka Pyotr Agung, yg mulai membudidayakan tanaman-flora ekspor baru, suatu gagasan yg sama sekali abnormal buat kompeni, yg saat itu bergantung hanya pada produksi pertanian asli.
Sementara, Wisten untuk melakukan eksperimen yg memungkinkan produksi tumbuhan-flora gres yg bernilai di pulau Jawa. Pada tahun 1707 flora kopi dibagi-bagikan dikalangan orang-orang di Batavia. Tetapi, jikalau berlebihan tak begitu baik bagi alam, hal ini akan mempengaruhi suatu kondisi yg ada didalamnya.