15 Peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara Beserta Gambarnya

Didalam pelajaran sejarah, jarang sekali diterangkan mengenai peninggalan dr Kerajaan Kutai walaupun keberadaan dr benda-benda tersebut memang ada & menjadi bukti kuat dr Kerajaan Kutai pada masa kemudian. Untuk saat ini, peninggalan dr Kerajaan Kutai masih mampu dilihat pada Museum Mulawarman di Tenggarong, kutai Kartanegara & sebagian lagi pula disimpan pada Museum Nasional Jakarta. Dalam suatu karya tulis dr andal sejarah berkebangsaan Belanda yakni C.A Maees yg berjudul De Kroniek van Kutai pada tahun 1935, mengulas ihwal pantai yg ada di Indonesia. Maes percaya bila nama Kutai berasal dr kata Koti yg bermakna ujung & usulan tersebut tak ia buat dengan-cara asal-asalan, karena ia memakai alasan posisi Kutai yg ada di pecahan ujung Timur Pulau Kalimantan.

Artikel terkait:

Peninggalan Kerajaan Kutai

Peninggalan Kerajaan KutaiKerajaan Kutai mempunyai kehidupan politik dengan-cara turun temurun, dlm arti kepemimpinan akan senantiasa diteruskan oleh anak, cucu hingga cicit & sistem pemerintahan tersebut sudah berjalan semenjak Kerajaan Kutai dipimpin oleh Aswawarman. Akan tetapi, pemerintahan masih di kuasi oleh orang Hindu yg berasal dr India sehingga metode berjalan dgn sistematis & teratur. Sementara untuk wilayah kekuasan Kerajaan Kutai mempunyai wilayah yg sangat luas yg mencakup 3 Kabupaten yakni Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara & Kabupaten Kutai Timur yg semuanya masih masuk dlm Provinsi Kalimantan Timur.

Sementara kehidupan budaya dr Kerajaan Kutai merupakan kebudayaan Hindu yg mampu dilihat dr inovasi Kalung Siwa di sekitar Danu Lipan kawasan Kaman. Selain itu, pada observasi yg dilaksanakan tahun 2001 yg kemudian ditemukan beberapa lukisan di dinding goa tempat Gunung Marang yg ada di 400 km sebelah Utara Kota Balikpapan. Selain itu, ditemukan pula artefak seperti reruntuhan Candi berupa gerabah, peripih, manik manik, keramik, patung perunggu & beberapa artefak lainnya.

Untuk kehidupan sosial, masyarakat serta keagamaan Kerajaan Kutai menggunakan bahasa Sansekerta yg dipakai pula menjadi bahasa resmi untuk problem agama. Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk Kerajaan Kutai adalah ternak sapi & pula beberapa pekerjaan lain mirip bercocok tanam serta berdagang. Karen berada di tepi sungai Mahakam, maka  tanah Kerajaan Mataram menjadi subur & cocok digunakan untuk bercocok tanam. Masyarakat pula kemudian mulai bekerja selaku penjualdna sudah menjalin kekerabatan jualan baik dgn beberapa negara mirip India serta China yg berlayar melewati Selat Malaka. Pada saat melaksanakan pelayaran, para penjualdr banyak negara akan singgah lebih dulu di kawasan Kutai lalu melaksanakan transaksi jual beli barang sekaligus menyiapkan bekal untuk perjalanan jauh & inilah yg bikin Kerajaan Kutai bisa hidup dgn sungguh makmur, sejahtera & hening.

Sedangkan raja terakhir dr Kerajaan Kutai yg menyebabkan Kerajaan Hindu ini runtuh adalah pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia yg tewas terbunuh oleh Raja Kerajaan Kutai Kartaneagara ke-13 yakni Aji Pangeran Anum Panji Mendapa & mulai semenjak itu, Kerajaan Kutai berevolusi menjadi Kerajaan Islam yg diberi nama Kesultanan Kutai Kartanegara.

Raja-Raja Kerajaan Kutai

  • Kudungga

Kudungga yg yakni raja pertama dr Kerajaan Kutai tetapi apabila dilihat maka nama tersebut sangat kental dgn nuansa setempat & ahli sejarah beropini jikalau saat ia berkuasa, dampak dr Hindu baru saja masuk ke wilayah Nusantara. Pada permulaan, kemungkinan Kudungga yakni seorang kepala suku yg saat mulai masuk imbas dr Hindu, maka ia eksklusif merubah tata cara pemerintahan menjadi kerajaan & mengangkat dirinya menjadi seorang raja.

  • Raja Aswwarman

Raja Aswwarman yakni keturunan dr Kudungga yg terkenal dgn istilah Dewa Ansuman atau Dewa Matahari. Raja Aswwarman pula diketahui selaku pendiri dr Kerajaan Kutai sehingga mendapat gelar Wangsakerta dgn arti pembentuk keluarga. Pada Prasasti Yupa pula disebutkan bila Raja Aswwarman yakni seorang raja yg kokoh & pula cakap sehingga Kerajaan Kutai bisa kian luas & ini dibuktikan dgn pelaksanaan upacara Asmawedha.

  • Raja Mulawarman

Mulawarman merupakan sosok raja terbesar yg berpengaruh di Kerajaan Kutai & merupakan cucu dr Kudungga serta anak Aswawarman. Ia bahkan pula dijadikan sebagai ikon dr Kerajaan Kutai.

Artikel terkait:

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Kutai

Setelah mengenali wacana sejarah singkat dr Kerajaan Kutai, berikut ini akan kami sampaikan beberapa peninggalan dr Kerajaan Kutai yg masih mampu dilihat hingga kini di Museum Nasional Jakarta & pula Museum Mulawarman, Tenggarok , Kutai Kartanegara.

1. Prasasti Yupa

Peninggalan Kerajaan KutaiPrasasti Yupa merupakan salah satu dr peninggalan Kerajaan Kutai tertua & benda ini menjadi bukti sejarah dr Kerajaan Hindu di Kalimantan tersebut. Ada 7 prasasti Yuoa yg masih mampu dilihat hingga kini. Yupa merupakan tiang batu yg dipakai untuk mengikat kurban hewan ataupun insan yg dipersembahkan pada para Dewa & pada tiang kerikil tersebut terdapat goresan pena yg dipahat. Tulisan-goresan pena tersebut ditulis memakai bahasa sansekerta atau huruf Pallawa. Namun dr ketujuh Prasasti Yupa tersebut tak ada yg disertai dgn tahun pembuatannya sehingga tak diketahui dgn pasti tanggal pengerjaan prasasti tersebut.

Prasasti Yupa berisi wacana kehidupan politik. Pada prasasti pertama menceritakan ihwal raja pertama Kerajaan Kutai yakni Kudungga yg merupakan nama orisinil Indonesia & memperlihatkan jika ia bukan pendiri dr keluarga kerajaan. Pada Yupa pula tertulis jikalau di masa pemerintahan Asmawarman, di Kerajaan Kutai mengadakan upacara Aswamedha & ini yaitu upacara pelepasan kuda selaku penentu batas wilayah Kerajaan Kutai. Kudungga mempunyai seorang putra populer bernama Aswawarman & ia mempunyai 3 orang putra populer persis mirip tiga api suci.

Dari ketiga putranya tersebut, Mulawarman menjadi anak yg paling terkenal karena sangat tegas, kokoh sekaligus sabar & mahar untuk raja dipersembahkan kurban Bahu Suwarnakam. Di masa pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mencapai masa keemasan & setelah pemerintahannya, tak dimengerti lagi siapa pun raja yg memerintah lantaran sumber sejarah yg sangat terbatas. Mulawarman diabadikan dlm salah satu Yupa sebab rasa senang memberi yg dimilikinya sangat tinggi dgn mempersembahkan 20 ribu ekor sapi pada kaum Brahman & ia dibilang sebagai cucu dr Kudungga atau anak Aswawarman yg keduanya pula dipengaruhi oleh budaya India.

Sementara isi Prasasti Yupa mengenai kehidupan sosial dikenali kalau periode ke-4 Masehi, di Kerajaan Kutai masyarakat Indonesia sudah banyak menganut agama Hindu sehingga contoh pengaturan kerajaan pula sudah sangat terstruktur mirip pemerintahan kerajaan di India. Ini memperlihatkan jikalau kehidupan sosial pada masa Kerajaan Kutai sudah meningkat mengikuti jaman & masyarakat Indonesia pula sudah mulai menerima unsur dr india kemudian dikembangkan menyesuaikan dgn tradisi yg ada di Indonesia. Saat Raja Mulawarman menunjukkan kado berupa seribu ekor lembu & pula 1 batang pohon kelapa pada Sang Brahmana yg berbentuk seperti api pada tempat pengorbanan di tempat yg sudah diberkati yakni Vaprakeswara karena kecerdikan baiknya tersebut maka tiang upacara perayaan dibentuk oleh para pendeta yg berkumpul disitu.

Isi Prasasti Yupa mengenai faktor kehidupan berbudaya di kebudayaan penduduk Kutai sungguh erat dgn agama yg mereka anut & prasasti Yupa tersebut merupakan hasil budaya dr penduduk Kutai, tugu watu tersebut ialah warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia pada jaman Meghalitikum yakni kebudayaan Menhir. Pada salah satu Prasasti Yupa disebutkan tempat suci dgn Vaprakecvara yg merupakan lapangan berukuran luas sebagai tempat pemujaan dewa Siwa & memperlihatkan bila agama Hindu yg dianut ialah Hindu Siwa. Ini kian diperkuat lantaran dampak besar dr Kerajaan Pallawa yg pula bermacam-macam Siwa serta tugas penting Brahmana di Kerajaan Kutai pula sangat besar seperti peranan Brahmana pada agama Siwa.

Bukti lain yg memperlihatkan kejayaan Kerajaan Kutai dr sisi ekonomi ialah tertulis di dlm salah satu Yupa, bila Raja Mulawarman sudah sering menggelar upacara korban emas yg sangat banyak & pula tampakdr munculnya golongan terdidik. Golongan terdidik ini terdiri dr kesatria & pula brahmana yg diprediksi sudah melakukan perjalanan jauh hingga ke India & pula beberapa tempat penyebaran agama Hindu di kawasan Asia Tenggara. Kaum ini memperoleh kedudukan serta perilaku yg terhomat pada tata cara pemerintahan Kerajaan Kutai.

Sedangkan isi Yupa yg menceritakan tentang kehidupan agama menerangkan kalau Kerajaan Kutai, agam Hindu sangat meningkat utamanya pada masa pemerintahan Raja Asmawarman. Perkembangan agama Hindu di Kerajaan Kutai ditandai dgn tempat suci berjulukan Waprakeswara yg merupakan tempat suci untuk menyembah Dewa Syiwa. Walau agama Hindu ialah agam resmi dr Kerajaan Kutai, namun cuma meningkat di wilayah istana saja, sementara penduduk Kutai masih memakai kebudayaan asli mereka & menganut keyakinan Kaharingan.

Kaharingan merupakan kepercayaan yg dianut penduduk orisinil Dayak yakni menyembah Ranying Hatalla Langit yg sudah membuat alam semesat & penganut Kaharingan pula menggelar upacara pembakaran jenazah seperti Ngaben dlm agama Hindau sehingga pada tanggal 20 April 1980, Kaharingan masuk ke dlm belahan agama Hindu.

Artikel terkait:

2. Ketopong Sultan

Peninggalan Kerajaan KutaiKetopong merupakan mahkota Sultan Kerajaan Kutai yg terbuat dr emas dgn bobot 1.98 kg yg kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Ketopong Sultan Kutai ini ditemukan pada tahun 1890 di kawasan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, sementara yg dipajang di Museum Mulawarman merupakan Ketopong tiruan. mahkota ini pernah digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman dr tahun 1845 sampai 1899 & pula dikenakan oleh Sultan Kutai Kartanegara, selain yang dibuat dr emas, mahkota ini pula dilengkapi dgn permata.

Ketopong berupa mahkota brunjungan & pada bagian tampang berupa meru bertingkat berhias motif spiral dikombinasikan dgn motif sulur. Pada cuilan belakang mahkota terdapat hiasan berbentuk garuda mungkur berhias motif bunga, burung & kijang. Carl Bock yg merupakan penulis & pula penjelajah, dlm bukunya yg berjudul The Head Hunters of Borneo menulis kalau Sultan Aji Muhammad Sulaiman mempunyai 6 sampai 8 orang pengukir emas yg dengan-cara khusus bikin ukiran emas serta perak untuk Sultan.

3. Kalung Ciwa

Peninggalan Kerajaan Kutai selanjutnya adalah kalung ciwa. Kalung Ciwa merupakan peninggalan selanjutnya dr Kerajaan Kutai yg berhasil didapatkan di masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman pada tahun 1890 oleh salah satu penduduk sekitar Danau Lipan, Muara Kaman. Kalung Ciwa sampai saat ini masih dipergunakan untuk pemanis kerajaan & sudah pernah dipakai Sultan pada masa penobatan Sultan yg gres.

Artikel terkait:

4. Kalung Uncal

Peninggalan Kerajaan KutaiKalung Uncal merupakan kalung yg terbuat dr emas seberat 170 gram berhiaskan liontin dgn relief kisah Ramayana. Kalung ini dipakai selaku atribut Kerajaan Kutai Martadipura & dipakai oleh Sultan Kutai Kartanegara sehabis Kutai Martadipura sukses ditaklukan. Dari penelitian yg sudah dijalankan, Kalung Uncal berasal dr india dgn nama Unchele & masih ada 2 Kalung Uncal di dunia yg berada di India & pula di Museum Mulawarman, Kota Tenggarong. Kalung ini berbentuk buklat dgn panjang 9 cm yg terbuat dr emas 18 karat. Pada kalung ini pula terdapat goresan Dewi Sinta serta Sri Rama yg sedang memanah babi. Selain itu pula terdapat 4 buah bulatan & 2 diantaranya dihiasi dgn batu permata. Kalung ini pula menjadi penentu sah atau tidaknya peresmian Raja Kutai.

Ada 2 kali Raja Kutai bisa menggunakan Kalung Uncal ini yaitu pada ketika penobatan & pula ijab kabul & tak ada satu orang pun yg boleh menggunakan kalung ini selain Sultan atau Raja. Saat kalung akan dikeluarkan, maka dilakukan prosesi ritus tertentu seperti bakar kemenyan & pula membacakan matra yg disebut dgn basawai. Konon dikabarkan jikalau Kalung Uncal yg berasal dr India ini hanya ada sebanyak 2 pasang di dunai karena hanya dipakai oleh Sri Rama & pula Dewi Shinta. Pada saat Sri Rama mampu merebut kembali Dewi Shinta istrinya dr Rahwana, maka ia menjadi ragu apakah istrinya tersebut masih suci & belum diganggu oleh Rahwana. Kecurigaan Sri Raman ini berdalih, alasannya Kalung Uncal yg menjadi lambang kesucian sudah hilang dr leher Dewi Shinta.

Dewi Shinta merasa maklum dgn keraguan dr Sri Rama suaminya tersebut, namun walaupun kalungnya sudah hilang, dirinya masih tetap suci & untuk membuktikannya, ia minta dibuatkan api unggun paling besar untuk membakar dirinya untuk mengambarkan bila ia masih suci & jika ia memang sudah ternoda, maka ia menyampaikan jika akan mati ditelan oleh Dewi Agni yg merupakan Dewi Api. Rakyat Ayodiapala kemudian mewujudkan ajakan tersebut, dikala api dinyalakan dihadapan Sri Rama & pula pembesar Kerajaan Ayodiapala, Sinta naik ke tangga menara yg sudah disiapkan. Saat sampai diatap menara, ia pun berkata pada suaminya kalau meski kalungnya sudah hilang namun ia masih suci & jikalau memang ia sudah ternoda, maka ia akan hangsu terbakar Dewi Agni. Akan tetapi jika tidak, maka kanda melihat gue kembali pada kanda & Dewi Shinta pun terjun ke dlm api yg berkobar.

Shinta kemudian ditelan kobaran api & tak terlihat, akan tetapi beberapa dikala kemudian, muncul dr api suatu singgasana yg naik dgn perlahan & berhenti di depan Sri Rama & tampakDewi Shinta duduk sambil tersenyum memandang Sri Rama. Kalung ini dibilang merupakan kepunyaan dr Ratu Kudungga yakni ratu di India & dr dongeng, jika kalung ini belum mampu menyatu & kembali berdampingan, maka selama itu pula India tak bisa hidup dgn nyaman, makmur serta damai. Bencana akan senantiasa melanda negeri tersebut & pula kelaparan, perang serta kemiskinan pula tak akan pernah berhenti & inilah yg diandalkan oleh penduduk India.

Artikel terkait:

5. Kura Kura Emas

Peninggalan Kerajaan KutaiKura kura emas pula merupakan peninggalan dr Kerajaan Kutai yg kini disimpan di Museum Mulawarman dgn ukuran setengah kepalan tangan. Dari label yg tertera dlm etalase, benda ini ditemukan di kawasan Long Lalang yg merupakan wilayah di hulu sungai Mahakam.

Benda ini dibilang merupakan persembahan dr pangeran kerajaan di Cina untuk putri Raja Kutai yakni Aji Bidah Putih. Pangeran memberikan beberapa benda unik yang lain untuk kerajaan, sebagai bukti kesungguhannya yg ingin mempersunting putri.

Kura kura emas ini dibentuk dr emas 23 karat dgn bentuk kura kura yg pula dipakai selaku upacara penobatan Sultan Kutai Kartanegara. Kura kura ini menjadi simbol penjelmaan Dewa Wisnu.

6. Pedang Sultan Kutai

Peninggalan Kerajaan Kutai selanjutnya yakni pedang sultan kutai. Pedang Sultan Kutai terbuat dr emas padat & pada kepingan gagang diukir gambar seekor macan yg sedang siap untuk menerkam, sedangkan pada ujung sarung pedang berhiaskan seekor buaya & kini pedang Sultan Kutai disimpan di Museum Nasional Jakarta.

7. Tali Juwita

Tali JuwitaTali Juwita merupakan peninggalan dr Kerajaan Kutai yg mewakilkan simbol 7 muara serta 3 anak sungai yakni sungai Kelinjau, Belayan & pula Kedang Pahu di Sungai Mahakam. Tali Juwita ini dibentuk dr 21 hela benang & biasanya dipakai pada upacara budpekerti Bepelas.

Utasan tali ini yang dibuat dr emas, perak & pula perunggu dgn hiasan 3 bandul berupa gelang & 2 buah permata mata kucing serta barjat putih & untuk bandul lain berupa lampion dgn hiasan 2 bandul berukuran kecil. Tali Juwita ini berasal dr kata Upavita yakni kalung yg diberikan pada raja.

8. Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang merupakan keris yg dipakai Permaisuri Aji Putri Karang Melenu yg merupakan permaisuri Raja Kutai Kartanegara pertama. Dari cerita legenda, sang permaisuri merupakan putri yg didapatkan pada suatu gong yg hanyut di atas balai bambu & di dlm gong tersebut tak hanya ada seorang bayi wanita, namun pula ada sebuah telur ayam & keris yakni Keris Bukit Kang tersebut.

9. Kelambu Kuning

Ada beberapa benda yg merupakan peninggalan dr Kerajaan Kutai yg dipercaya mempunyai kekuatan magis oleh budbahasa Kutai sampai sekarang & ini semua disimpan dlm kelambukuning semoga terhindar dr bala serta tuah yg dihasilkan. Beberapa benda yg disimpan dlm Kelambu Kuning ini diantaranya adalah Sangkoh Paitu, Gong Bende, Arca Singa, Tajau, Kelengkang Besi, Gong Raden Galuh & pula Keliau Aji Siti Berawan.

10. Singgasana Sultan

Singgasana Sultan menjadi peninggalan Kerajaan Kutai yg masih dilihat hingga sekarang & disimpan dlm Museum Mulawarman.  Singgasana ini dulunya digunakan oleh Sultan AjimUhammad Sulaiman, Sultan Aji Muhammad Parikesit & pula beberapa raja dr Kerajaan Kutai sebelumnya. Pada singgasana Sultan ini pula dilengkapi dgn umbul-umbul, kelambu serta peraduan pengantin Kutai Keraton.

Artikel terkait:

11. Meriam

Meriam ini dulunya dipakai untuk pertahanan Kerajaan Kutai yg berjumlah sebanyak 4 buah & masih tersadar hingga kini. Keemapt meriam tersebut yaitu Meriam Aji Entong, Meriam Sapu Jagat, Meriam Gentar Bumi & pula Meriam Sri Gunung.

12. Keramik Kuno Tiongkok

Berbagai keramik antik yg menurut perkiraan berasal dr dinasti kekaisaran Cina juag ditemukan pada timbunan dekat Danau Lipan. Ini menjadi suatu bukti, jikalau Kerajaan Kutai & pula Kekaisaran China sudah melakukan relasi jual beli yg elok dr sejak dahulu. Ratusan Keramik Kuno Tiongkok ini menjadi peninggalan dr Kerajaan Kutai yg disimpan pada ruang bawah tanah Museum Mulawarman Tenggarong, Kutai Kartanegara.

13. Gamelan Gajah Prawoto

Seperangkat gamelan pula disimpan pada Museum Mulawarman & gamelan gamelan tersebut diyakini berasal dr Pulau Jawa. Selain itu, pula ada banyak sekali barang lain seperti pangkon, keris, topeng, wayang kulit & beberapa barang yg terbuat dr kuningan serta perak yg menjadi peninggalan dr Kerajaan Kutai yg pula menjadi bukti hubungan erat terjalin antara Kerajaan di daerah Jawa dgn Kerajaan Kutai Kartanegara.

14. Tombak Kerajaan Majapahit 

15. Arca Bulus

Demikian ulasan lengkap yg mampu kami berikan kali ini ihwal peninggalan Kerajaan Kutai. Semoga mampu berguna & memperbesar informasi ananda seputar sejarah Kerajaan di Indonesia.

  3 Latar Belakang Peperangan 5 Hari Di Semarang Singkat