Di sebuah negeri mayoritas non muslim sana sudah ditemukan sebuah bangunan renta nan megah yg masih kokoh. Bangunan ini ada kaitan kental dgn Islam sebagaimana sejarah Taj Mahal & sejarah Petra Yordania. Cat dominannya merah, arsitekturnya tiba dr bangunan masa lalu. Orang-orang menyebutnya istana Al Hamra. Sebuah bangunan dlm bentuk istana yg menjadi saksi bisu kebesaran Islam masa kemudian di sebuah negeri yg terkenal susah ditaklukkan, Andalusia di Spanyol.
Sama seperti sejarah Machu Picchu yg lokasinya didapatkan di antara rangkaian pegunungan Andes. Istana Al Hamra bertempat di Granada, sebuah dataran tinggi ujung tepi pegunungan Siera Nevada. Walaupun berada di pegunungan, bukan memiliki arti istana ini senantiasa diselimuti salju sepanjang tahun. Wilayah eksistensi istana Al Hamra mujur sebab mendapatkan pasokan air dr salju awet Siera Nevada yg mencair.
Daerah sekitar istana Al Hamra tergolong bertanah subur. Ketinggiannya cukup, tak terlalu tinggi atau rendah. Sangat strategis untuk menempatkan suatu benteng pertahanan. Yap, bangunan ini bukanlah istana kepresidenan atau istana negara yg megah. Melainkan suatu istana yg berfungsi selaku benteng untuk melindungi diri para penghuninya.
Batu bata yg menyusun tembok bangunan dgn rancang arsitektur megah menjadi simbol terkenalnya Al Hamra. Genteng sebagai atap bangunan terbuat dr tanah liat yg menciptakan warna merah serupa. Karena aspek dominasi merah inilah bangunan ini diberi nama Al Hamra alias istana merah.
Meskipun berada di Spanyol, bukan berarti istana ini yaitu mutlak disusun dr sejarah setempat. Justru realita memperlihatkan bukti bahwa Al Hamra yaitu peninggalan kekhalifahan Islam, suatu agama dr Timur Tengah. Islam pula memberi efek besar terhadap banyak peninggalan di Spanyol, selain tentunya yg paling populer masih berupa sejarah kakbah di Mekkah, Saudi Arabia.
Awal Pembangunan
Khalifah Nasrid melakukan pembangunan mulanya tahun 1250 Masehi. Sebagaimana sejarah Colosseum, sejarah Taj Mahal, & beberapa bangunan besar skala dunia, pembangunan Istana Al Hamra tak pribadi selesai dlm satu periode kepemimpinan. Ada perjalanan panjang yg melibatkan emosi antar agama & bangsa yg turut memberi warna pada benteng istana Al Hamra.
Dibutuhkan waktu sekira 2,5 periode untuk menyelesaikan bangunan ini. Inilah jejak pungkasan kejayaan Islami di Andalusia. Setelahnya, Ferdinan serta Isabella of Castille beserta prajuritnya berhasil merebut kekuasannya di tahun 1492 Masehi.
Sepeninggal kekuasaan Islam di bumi Spanyol, rakyat & pemerintah setempat tak lantas merusak istana Al Hamra selaku bentuk kebencian. Justru mereka memberi beberapa pelengkap berupa bangunan lain selepas Islam meninggalkan bumi Spanyol. Sampai sekarang istana bekas benteng pertahanan ini terus berkembang menjadi objek rekreasi yg mengundang pendapatan ke kantong pemerintah setempat.
Pembangunan Tambahan
Turis yg mengunjungi Al Hamra bukan hanya datang dr penjuru Spanyol saja, melainkan dr seluruh dunia. Mengingat bangunan ini merupakan bekas peradaban Islam yg pernah besar di bumi mayoritas non muslim tersebut, jumlah peminat turis terus meningkat. Untuk menunjang keperluan para turis, saat ini sudah dibangun banyak restoran, motel, hotel & perluasan lahan parkir demi ketentraman bersama.
Yang disesalkan dr pembangunan pemanis adalah peletakannya yg terkesan sembarangan. Fasilitas-kemudahan tersebut seakan menyatu dgn kompleks situs. Sehingga menutupi situs Al Hamra sendiri yg seharusnya ditampilkan seterbuka mungkin biar menjadi titik utama. Kesalahannya pula terletak pada peta isyarat arah & eksistensi pemandu yg seakan menjadi keharusan bagi wisatawan jikalau ingin mengunjungi situs Al Hamra & tak tersesat.
Salah satu bangunan baru yg dibangun untuk melengkapi situs yaitu pintu gerbang masuk istana. Di sana bukan hanya berupa pagar saja, tetapi pula merangkap tempat pemasaran tiket, majalah, cinderamata & booklet wacana sejarah istana Al Hamra. Seharusnya mereka ini diletakkan lebih maju sedikit atau di jajaran daerah akomodasi biasa semoga tak mengganggu kenyamanan pengunjung yg ingin mengabadikan foto atau momen dr depan istana.
Arsitekturnya
Arsitektur Al Hamra tidaklah semewah yg terlihat. Ada banyak pohon cemara menjulang tinggi di sepanjang jalan sehabis melalui gerbang masuk. Pohon-pohon ini tampak berusia tua, menjadi saksi perjalanan kekokohan Al Hamra. Ada banyak taman di sekeliling komplek istana Al Hamra. Taman-taman ini dirawat dgn baik oleh pihak yg berwenang. Pohon cemara kipas di dalamnya sengaja dibuat bentuk dinding yg terbuka dgn beberapa lengkung. Bukankah suatu istana sederhana yg menyejukkan ?.
Masjid yg berada di area istana Al Hamra sekarang ini telah digantikan menjadi gereja, sesuai keyakinan mayoritas rakyat Spanyol. Ada istana Charles V yg pembangunannya dikerjakan pada kurun ke-16, sama seperti masjid di sana. Bagian benteng ada di atas, sehingga hadirin mesti melewati tangga terlebih dahulu sebelum mampu mengunjungi benteng. Barulah bangunan utama berupa istana ada di pusat. Saat ini komplek Al Hamra sudah menjadi museum.
Baca pula :
Pintu masuk menuju istana Al Hamra sudah dirubah. Awalnya pintu masuk mesti melalui benteng kepingan barat, terus menuju ke halaman taman istana. Raja Charles V lah yg merubahnya menjadi lewat selatan yg bercelah di antara istana Al Hamra & istana Charles V sendiri. Dahulunya celah tersebut dipakai selaku pintu darurat.
Orang-orang Spanyol mungkin tak merusak istana Al Hamra selaku jejak sejarah Islam di bumi Andalusia. Namun mereka membangun bangunan-bangunan lain di komplek sana seakan ingin memperlihatkan ada kekuasaan yg lebih besar & dapat menyaingi eksistensi Al Hamra. Contohnya selain akomodasi biasa yaitu eksistensi istana Charles V.
Istana Charles V sengaja dibentuk lebih besar dr istana Al Hamra. Bangunannya lebih luas dr luas Al Hamra, & kemegahannya jangan ditanya. Istana Charles V dibuat menempel dgn istana Al Hamra. Seakan Al Hamralah pecahan dr istana Charles. Bagi orang-orang yg kritis, pastinya mereka akan merasa prihatin dgn tata letak situs bersejarah ini yg mesti menghadapi perubahan zaman serta pemerintahan.
Bagian Dalam Istana
Desain interior istana Al Hamra terdiri dr banyak ruangan yg dinamis. Ruang-ruang tersebut dibuat menjadi satu kesatuan besar lengan berkuasa. Ada banyak jendela & pintu melengkung yg menyatukan antar ruangan. Ornamen-ornamennya banyak berbentuk geometris dgn bubuhan kaligrafi (seni menulis Al Qur’an dlm abjad Arab) yg bernilai tinggi. Bahan penyusunnya ialah kolom bundar dr alabaster alias marmer putih. Semua materi ditemukan dlm kondisi utuh. Temboknya disesaki dgn ornamen geometris kreatif pada level 130 cm. Bentuknya dr mozaik keramik dgn dlazur warna-warni.
Yang masih menjadi misteri & menggemaskan dr ornamen yang lain terletak pada kaligrafi di dinding Al Hamra. Polanya sungguh imajinatif, tekstur kaligrafi amat halus. Dan kaligrafi tersebut ternyata bukan sekadar pernak-pernik. Diketahui, tulisan Arab itu isinya “La ilaaha illallah” (tiada Tuhan selain Allah) dan la ghaliba ilallah” (Hanya Allah satu–satunya penakluk). Rupanya pasukan Islam dulu sangat menggantungkan usahanya pada Tuhan Allah SWT. Hingga setiap dinding bentengnya saja dipenuhi goresan pena semacam itu untuk motivasi biar tak takabbur (sombong).
Konon ceritanya dahulu kala pasukan muslim sukses menduduki Granada, Spanyol. Pemimpin mereka dijuluki oleh para prajuritnya sebagai Al Ghalib (sang penakluk). Pemimpin yg kuat & rendah hati ini menolak perlindungan gelar tersebut dgn berkata ‘wallah, la ghaliba ilallah.’ Tentu saja siapa pun tersentak & merasa termotivasi dgn perilaku dia ini. Akhirnya ucapannya diabadikan di dinding Al Hamra. Kata-kata itu kemudian pula menjadi prinsip bagi para penguasa di Granada pada generasi-generasi berikutnya.
Baca pula :
Dilihat dr seluruh bangunan, istana Al Hamra mempunyai bentuk dgn halaman dlm terbuka atau innercourt. Ada dua buah halaman dlm terbuka yg ukurannya cukup besar. Orang-orang menyebutnya court of lion yg memiliki cawan-cawan air mancur dgn topangan banyak patung singa. Sementara yg lain berjulukan court of myrtles yg mempunyai kola persegi panjang di tengahnya. Kolam tersebut diapit banyak flora khas taman & memiliki air mancur mini di ujungnya.
Air mancur di sana sudah mencicipi kebaikan administrasi air yg sudah didapatkan oleh ilmuwan muslim sejak dahulu. Poin khususnya adalah permainan hitung gravitasi yg baik. Air sengaja dialirkan ke halaman terbuka penggalan dlm yg kemudian membentuk kolam air mancur. Cara pengalirannya melalui akses tertutup. Kemudian muncullah mata air di ruangan. Selanjutnya air mengalir lewat kanal kecil menuju kolam di innercourt. Begitulah denah manajemen air semenjak era Islam di Andalusia.
Kemajuan Islam dahulu memang bukan hanya meninggalkan bangunan saja, tetapi pula pertumbuhan ilmu pengetahuan. Dahulu sebelum Islam tiba, orang-orang Eropa masih berada di zaman kegelapan akan wawasan. Bagi para ilmuwan Islam, pengetahuan & inovasi mereka didasari oleh kisah-kisah di Qur’an. Contohnya administrasi air yg terinspirasi oleh ayat “jannatin tajri min tahtih al-anhar” artinya ‘surga yg mengalir di bawahnya sungai.’
Sementara itu, plafon istana Al Hamra yang dibuat dr kayu jati. Bagian ini pun tak luput dr dekorasi berupa geometris. Segala pernak-pernik yg ada di istana Al Hamra sudah terbukti dibuat dengan-cara proporsional berdasarkan skala insan. Kemudian barulah pengembangannya berasal dr khayalan & kreativitas tanpa batas.
Istana Al Hamra banyak diakui menjadi seni arsitektur klasik kelas atas dunia. Besaran ruangan mungkin tak bikin gempar. Namun hasil bangunan yg sehabis diteliti dengan-cara rincian, ternyata masih merupakan bangunan monumental sepanjang sejarah.
Misteri
Ada misteri yg masih tersimpan di Al Hamra. Magnet utamanya justru terletak di misteri yg belum terpecahkan ini. Para sejarahwan, arkeolog serta para turis sampai sekarang datang ke Al Hamra untuk memecahkan misteri kaligrafi di dindingnya. Tidak ada katalog, prasasti atau kitab yg mendukung usulan mereka. Sehingga sampai kini orang-orang hanya mampu berspekulasi tanpa mampu mendatangkan bukti asli.
Bukan cuma berupa dua kalimat seperti yg sudah dipaparkan sebelumnya. Masih ada kaligrafi berisi lain yg tersebar sepanjang atap & bangunan Al Hamra. Ucapan yg mengakui bahwa penakluk hanya Allah SWT memang ditulis ratusan kali di dinding. Jargon ini dipakai pemerintahan Dinasti Nasrid semenjak 1238 Masehi hingga 1492 Masehi.
Baca pula :
Selepas itu ada banyak pesan berupa kata mutiara yg sejarah eksistensi belum mampu ditelisik. Misalkan saja pesan ‘kebahagiaan baka.’ Kita cuma dapat menebak mungkin saja orang-orang Islam pada waktu itu berorientasi ke darul baka. Mereka selalu berupaya mencari kebahagiaan infinit & tak memprioritaskan kenikmatan dunia. Artinya kebanyakan dr mereka tergolong kaum zuhud (memasukkan segala tindakannya untuk kepentingan alam baka sekalipun ia sedang bekerja di dunia).
Pesan lain seakan menjadi motivasi & cambukan bagi kita. Di antaranya ‘jangan terlalu banyak bicara, & kau pun akan pergi dgn hening.’ kemudian ada lagi ‘bersukacitalah dlm hidup alasannya Allah selalu menolongmu.’ Kemungkinan para tentara Islam sudah terbiasa mendapatkan pendidikan mental & pengetahuan sebelum mereka berlatih di medan perang untuk mempertahankan kebesaran agama serta kerajaannya.