Museum Bahari terletak di area Sunda Kelapa tua di Kecamatan Penjaringan, Jakarta. Dulunya adalah bangunan gudang milik Hindia Belanda. Museum Bahari memberikan edukasi & isu ihwal sejarah dunia maritim & pengaruhnya ke ekonomi di Indonesia. Mulai dr zaman kerajaan, zaman kemajuan Islam, zaman penjajahan hingga zaman sekarang. Koleksi Musuem Bahari meraih 126 yg mencakup 19 perahui orisinil & 107 miniatur biota laut & beberapa fot. Meski memiliki banyak koleksi maritim, Museum Bahari kelemahan peminat. Meski kurang peminat, paling tak Museum Bahari tetap mendapat penghasilan dr orang-orang yg berfoto prewedding atau pembuatan video clip di daerah ini.
Wisatawan asing yg berkunjung lebih banyak dibandingkan dengan turis lokal. Tentu yg paling banyak berasal dr Belanda. Ini lantaran orang Belanda mempunyai korelasi di Indonesia. Lebih dr tiga masa Belanda berdiri di atas tanah Indonesia. Wajar saja bila orang-orang Belanda tiba kemari untuk mengagumi nenek moyang mereka terutama di bidang arsitektur. Mereka berdecak kagum akan kedigdayaan leluhurnya. Bangunan ini menjadi saksi sejarah bahwa bangsa Belanda pernah menguasai Indonesia. Pelajari pula mengenai Sejarah Museum Bali.
Sayang, pada Januari 2018, banyak bagian museum hancur terbakar. Tepatnya yg terbakar yaitu Gedung A & B blok 1 & 2. Yang rusak adalah sejarah & para pelaut populer, miniatur bahtera & alat-alat navigasi. Ini terjadi karena instalasi listrik di gedung museum sudah cukup bau tanah sehingga beberapa potongan gedung terbakar lantaran korsleting. Wajar lantaran gedung sudah berumur tiga ratus tahun.
Sejarah Museum Bahari
Museum Bahari berdiri di bangunan bekas komplek gudang milik Hindia Belanda. Gudang ini dibanun di samping lisan Sungai Ciliwung yg merupakan sungai utama di Jakarta. Bagian tertua museum dibangun pada kepemimpinan Gubernur Christoffel van Swoll. Komplek gudang ini dibagi dua yakni Westzijdsche Pakhuizen atau komplek gudang sisi barat yg dibangun pada tahun 1652 hingga 1771 & Oostzijdsche Pakhuizen atau komplek gudang sisi timur. Komplek gudang di segi barat memiliki empat bangunan yg tiganya kini dipakai untuk museum. Dulu digunakan untuk menyimpan banyak rempah mirip pala, tembakau, kopra, kayu putih, cengkeh, kayu elok & lada. Tidak hanya banyak sekali macam rempah namun pula kopi, teh & pakaian. Barang-barang ini disimpan dahulu sebelum diangkut ke banyak pelabuhan di Asia & Eropa.
Beberapa gudang dibuat lagi di simpulan era ketujuh belas. Tujuannya untuk memperbesar jarak antara tembok kota & gudang-gudang. Renovasi ini ditandai dgn adanya tanggal yg tertulis di beberapa pintu museum yg kemungkinan adalah tanggal kapan gudang diperbaiki, ekspansi atau penambahan. Pelajari pula mengenai Sejarah Museum Lampung.
Belanda menyimpan pasukan tembaga & timah di antara komplek gudang & tembok kota di depan museum. Pelindung kayu yg sangat tebal dipasang di depan gudang untuk melindungi logam yg disimpan dr air hujan, topan laut tropis & serangga seperti rayap. Pelindung ini pula digunakan oleh para penjaga untuk berpatroli karena jalan di tembok kota sedikit sempit. Pelindung kayu diikat ke lantai dua gudang menghadap ke sungai. Kini sudah hilang lantaran seseorang mengambilnya. Tapi, pengait besar yg yang dibuat dr besi untuk menopang pelindung masih ada. Tidak cuma pelindung, sirkulasi udara di gudang pula dirancang dgn cukup baik & senantiasa terbuka semoga rempah & barang apapun yg disimpan mampu lebih kondusif. Tatkala sudah menjadi museum, situasi & suhunya cukup sejuk.
Tembok kota yg masih sisa mulai dr depan Museum Bahari berada di depan benteng Zeeburg & terus sedikit ke barat. Hanya itulah tembok yg tersisa yg mengelilingi Batavia tatkala kurun ketujuh belas & periode kedelapan belas. Hanya Zeeburg & Culemborg yg masih ada dr dua puluh tiga benteng yg ada di masa Hindia Belanda. Menara Syahbandar terletak sekitar lima puluh meter dr Museum Bahari. Dulu Menara Syahbandar yaitu menara pengawas yg dibangun di atas sisa-sisa benteng tua Culemborg. Menara pengawas itu memiliki kegunaan sebagai tempat penanda & pengamatan sejak 1839 yg mengawasi jalanan Batavia. Sebelum 1839, penanda diganti dgn tiang bendera di pelabuhan renta VOC yg terletak sempurna di belakang menara pengawas. Menara pengawas tak digunakan lagi sehabis tahun 1886 tatkala pelabuhan baru di Tanjung Priok dibuka. Pelajari pula mengenai Sejarah Museum Affandi.
Perang Dunia Kedua meletus & serangan Jepang berhasil mengalahkan Hindia Belanda. Mulailah era pendudukan Jepang mulai tahun 1942. Jepang menggunakan komplek gudang untuk menyimpan logistik. Setelah Indonesia menjangkau kemerdekaan, komplek gudang digunakan untuk PLN & PTT. Pada tahun 1976, komplek gudang ini dinyatakan selaku properti budaya. Satu tahun selanjutnya, tanggal 7 Juli 1977, bangunan didirikan oleh Gubernur DKI Jakarta di era Soeharto, Gubernur Ali Sadikin, menjadi museum yg menyimpan bukti-bukti sejarah maritim di Indonesia.
Koleksi Museum Bahari
Koleksi Museum Bahari lumayan banyak. Banyak model kapal milik Hindia Belanda & meriamnya. Ada pula model dr Kepulauan Seribu yg dulunya digunakan sebagai tempat reparasi kapal milik Belanda. Di bagian koleksi kapal & pelayaran tradisional, Museum Bahari mengkoleksi banyak model kapal dr berbagai kepulauan di Indonesia. Contohnya seperti kapal Kekaisaran Majapahit, kapal Kerajaan Sriwijaya & kapal Borobudur yg digambarkan di relief candi Borobudur. Beberapa model kapal pemancing ikan dr banyak sekali wilayah di Indonesia pula menjadi koleksi. Ada pula kapal schooners atau sekunyar milik orang Bugis dr Sulawesi Selatan.
Sekunyar adalah kapal layar yg memiliki dua atau lebih tiang kapal. Biasanya tiang kapal yg di depan lebih kecil dr tiang kapal yg utama. Kapal ini mulai dipakai tahun 1800 & penggunaannya mulai ramai pada tahun 1850 & 1900. Sekunyar di Museum Bahari ini merupakan armada kapal layar terakhir di dunia. Secara umum disebut schooners atau sekunyar tapi orang Bugis menyebutnya Pinisi. Pinisi adalah kapal layar bertiang dua yg dibuat oleh suku Konjo dr Bugis-Makassar. Pelajari pula mengenai Sejarah Museum Al Quran di TMII.
Bahkan saking legendarisnya, UNESCO mengakuinya di Komite Warisan Budaya pada tanggal 7 Desember 2017. Koleksi yg langka mirip kapal tradisional dr selain Pinisi, Perahu Lancang Kuning yg merupakan kapal tradisional dr Riau & Gelati pula ada. Selain Kapal Pinisi, kapal tradisional Papua yg bernama Perahu Jukung Karere pula sungguh menarik. Perahu ini dibuat dr kayu yg panjangnya sebelas meter. Ada pula Cadik Nusantara yg merupakan bahtera bercadik. Cadik Nusantara ini dipakai oleh Pemuda Peloper Effendy Soleman untuk berlayar menuju Brunei dr Jakarta pulang & pergi. Tidak cuma kapal tradisional yg ditampilkan, tapi pula alat-alat yg digunakan untuk menciptakan & memperbaiki kapal. Semua alat & koleksi kapal diikuti penjelasan atau deskripsi. Ada kapal Dewa Ruci dlm bentuk miniatur.
Di potongan koleksi kapal & pelayaran terbaru, Museum Bahari memamerkan berbagai macam alat bantu navigasi. Seperti peta pelayaran milik Angkatan Laut, informasi perihal beberapa macam merkusuar & gambar-gambar renta dr pelayaran kapal milik K.P.M. K.P.M abreviasi dr Koninklijke Paketvaart-Maatschappij yg bermakna Perusahaan Pelayaran Kerajaan milik Hindia Belanda. Perusahaan ini eksis mulai tahun 1886 sampai 1966. Alat kemudi kapal-kapal era penjajahan yg ibarat roda pula menjadi penggalan dr koleksi. Ada pula alat bantu navigasi lain seperti teropong & kompas.
Museum Bahari memperlihatkan berbagai koleksi yg membahas oseanografi biologis. Oseanografi biologis yaitu ilmu yg membahas kehidupan & penyebaran maritim. Koleksi ini memperlihatkan biodiversitas & karakterisitik di setiap area laut & pantai di seluruh Indonesia. Pelajari pula mengenai Peninggalan Bersejarah di Dunia.
Pembagian Ruangan Museum Bahari
Museum Bahari dibagi menjadi tujuh ruang berdasarkan kategorinya. Pertama, ruang pameran nelayan & alat-alatnya. Kedua, ruang perlengkapan & teknologi penangkapan ikan. Seperti jaring, bubu & pancing. Ketiga yaitu ruang pengerjaan kapal tradisional. Koleksi yg dipamerkan yakni alat-alat untuk membuat kapal. Keempat ruang hewan & tumbuhan laut. Koleksi yg ada yakni flora laut, kerang, beberapa jenis ikan & dugong. Kelima yaitu pameran Pelabuhan Jakarta. Ruang ini membicarakan keadaan Pelabuhan Jakarta tatkala tahun 1800 hingga 2000 & memamerkan kondisi Pelabuhan Jakarta lengkap dgn benteng & meriamnya. Keenam yakni ruang navigasi yg menampilkan alat bantu pelayaran mirip teleskop, kompas, teropong & peta. Terakhir yaitu ruang pelayaran kapal uap. Ruangan ini menerangkan perjalanan kapal uap di masa lalu. Pelajari pula mengenai Peninggalan Bersejarah di Indonesia.
Denah Lokasi Menuju Museum Bahari
Untuk menuju Museum Bahari cukup mudah. Alamatnya berada di Jl. Pasar Ikan 1, Sunda Kelapa di Jakarta. Museum Bahari buka tiap hari kecuali hari senin. Jam buka mulai dr pukul sembilan pagi hingga tiga sore. Masih tergolong area Kota Tua Jakarta. Cukup erat dgn wisata sejarah lain di Kota Tua mirip Museum Sejarah Jakarta, Pelabuhan Sunda Kelapa & Museum Wayang.
Seperti rekreasi sejarah lain di Kota Tua, gaya gedung Museum Bahari sungguh khas dgn era penjajahan. Terkadang beberapa orang menilai bangunan ini cenderung seram. Di kepingan depan museum, pengunjung akan disambut oleh dua jangkar besar. Bertarung melawan usia, bangunan ini melesak sedalam delapan puluh centimeter karena terus diterjang pasang air laut & tornado tropis. Pengunjung mampu menyaksikan beberapa pintu di lantai bawah lantaran melesak ke bawah. Bangunan yg kian tenggelam ini memaksa turis abnormal yg tinggi mesti menunduk tatkala mealui pintu masuk.
Demikian berita tentang sejarah Museum Bahari. Sejarah Museum Bahari perlu dikenali karena menyediakan berita ihwal sejarah maritim di Indonesia & dampaknya kepada ekonomi Indonesia dr zaman ke zaman. Serta mengagumi nenek moyang bangsa Indonesia sebab sudah sukses mengarungi lautan dgn bermodal perahu tradisional. Museum Bahari cocok dikunjungi jika anda berkunjung ke area Kota Tua Jakarta. Semoga gosip ihwal sejarah Museum Bahari bermanfaat. Selain Museum Bahari, ada museum lain yg bisa dikunjungi. Seperti Sejarah Museum Sangiran, Sejarah Museum Loka Jala Crana Surabaya, sejarah Museum Bajra Sandhi, sejarah Museum Linggarjati Cirebon dan sejarah Museum Nasional.