Brunei, merupakan salah satu negara kecil berdaulat yg terletak di utara Pulau Kalimantan & memiliki luas wilayah sekitar 5.765 km2. Berbatasan & dipisahkan oleh Malaysia, wilayah Brunei terbagi atas dua belahan dgn 97% orangnya berada di wilayah belahan Barat yg lebih besar. Sejarah kesultanan Brunei berusia 600 tahun & ketika ini menjadi dinasti Muslim tertua di wilayah tersebut.
Sejarah Brunei Awal Sebelum Islam
Keberadaan Brunei sudah ada sejak kala ke-6 & menjadi kerajaan tertua di antara kerajaan-kerajaan tanah Melayu. Pada masa itu wilayah Brunei menjadi salah satu pelabuhan persinggahan & pusat perdagangan dr Cina, Arab & India. Dalam beberapa catatan sejarah, Cina menyebutkan daerah Brunei dgn beberapa istilah yakni Po-li, Po-lo, Poni atau Puni & Bunlai. Sementara dlm catatan Arab, Brunei lebih dikenal dgn Dzabaj atau Randj. Penyebutan nama-nama tersebut dapat dibilang sebagai masa Kerajaan Brunei Tua.
Selama masa pemerintahan Dinasti Liang (502-566 Masehi) disebutkan suatu wilayah berjulukan Po-li yg berada di sebelah tenggara Canton (Hongkong saat ini), berjarak sekitar 60 hari pelayaran & membawahi 136 wilayah. Dalam buku Chiu Tang Su pula disebutkan bahwa pada tahun 630 M, Po-li telah mengantarutusan ke Cina. Nama Po-li diganti dgn Po-lo selama pemerintahan Dinasti Tang (618-906 M). Pada masa itu sekitar tahun 669 M, raja Po-lo bareng Huan-wang (Siam) telah mengirimkan delegasi ke Cina pada tahun 642, 669, & 711 M.
Memasuki masa-10 pada masa Dinasti Sung ( 960-1279 M), tercatat nama gres untuk wilayah Brunei dgn sebutan Pu-ni. Menurut Charington, Po-ni atau Pu-ni adalah nama yg sama untuk menyebut Po-lo, seperti yg terkutip dlm buku Hsin Tang Shu, “… setelah lenyapnya eksistensi Po-lo, nama Pu-ni disebut pertama kali dlm catatan sejarah Tiongkok Sung Shih.”
Orang Pu-ni melaksanakan jual beli dgn menukarkan tikar, emas, tembikar, porselen, barang perak, kain sutra, kain kasa & kiap. Dan barang-barang yg diperoleh dr Cina berupa kapur barus, tanduk rusa, timah, gelang dr gading gajah, kulit kura-kura, sarang burung, busuk-wangian, kayu cendana & rempah-rampah. Tercatat pula ketika Brunei masih menjadi wilayah kekuasaan Majapahit, Raja Brunei menawarkan kapur barus & air pinang muda setiap tahun selaku upeti.
Saat Dinasti Sung digantikan oleh Dinasti Ming yg bekuasa pada tahun 1368-1643 M, nama Pu-ni digantikan dgn Brunei. Penyebutan tersebut diperkirakan lantaran efek perpindahan Kerajaan Brunei Tua ke Kota Batu yg terjadi sebelum tahun 1397 M.
Selain tercatat dlm sejarah Cina, nama Brunei pula tercantum dlm Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M, dimana Brunei pernah menjadi menjadi salah satu wilayah taklukan Majapahit bersama dgn Sedu (Serawak), Saludung (Manila), Solot (Sulu), Trangganu, Johor, Tumasik (Singapura), & lain-lain. Pada tahun 1362 M, Awang Alak Betatar naik tahkta & ketika Patih Gadjah Mada mangkat pada tahun 1364 M, Kerajaan Brunei Tua memiliki peluang untuk melepaskan diri dr Majapahit, & memproklamirkan diri sebagai kerajaan merdeka pada tahun 1365 M.
Terdapat pula catatan mulut tradisi yg diperoleh dr Syair Awang Semaun yg menyebutkan Brunei berasal dr kata gres nah. Sebutan itu timbul sesudah sekelompok klan / suku Sakai yg dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negara baru. Setelah menemukan wilayah yg strategis diapit oleh bukit, air, serta jalur transportasi & kaya ikan selaku sumber pangan, mereka mengucapkan baru nah yg memiliki arti tempat itu sangat baik & sesuai dgn keinginan mereka.
Brunei Baru & Perkembangan Islam
Seperti sejarah kerajaan renta yang lain, budaya Brunei dimulai dr agama Hindu-Buddha dgn ditemukannya replika stupa saat pertama kali kerajaan itu diresmikan. Perkembangan Islam sendiri tak lepas dr efek para musafir & pedagang Arab sejak tahun 977 M.
Pemerintahan Islam pertama di Brunei dimulai ketika dipimpin oleh Raja Puni Mahamosha (Muhammad Shah) pada tahun 1363 M. Ketika kerajaan Brunei Tua merdeka, Raja Awang Alak Betatar menjalin kolaborasi dgn seorang putri Kesultanan Johor. Melalui perkawainan tersebut Raja Awang Alak Betatar kesudahannya memeluk Islam & menemukan gelar dr Sultan Johor, yaitu Sultan Muhammad Shah. Saat itulah pertama kalinya Islam diterapkan selaku agama negara.
Sultan Muhammad Shah memerintah Brunei hingga tahun 1402 M. Dalam catatan sejarah disebutkan Sultan Muhammad Shah hanya mempunyai satu orang putri berjulukan Putri Ratna Dewi. Tetapi dlm catatan sejarah Cina, Muhammad Shah mempunyai satu orang putra bernama Sultan Abdul Majid Hasan yg ditulis Ma-na-je-ka-na. Sayangnya Sultan Abdul Majid Hasan tak termasuk dlm silsilah Raja-Raja Brunei karena ia mangkat pada tahun 1408 M ketika perjalanan kunjungan ke Nanking, & dimakamkan di Cina dgn goresan pena pada makamnya berbunyi “Makam Raja Pu-ni”.
Penyebaran Islam dimulai pada abad ke-13 & mengalami pertumbuhan pesat dikala Syarif Ali diangkat menjadi Sultan Brunei ke-3 tahun 1425. Dengan silsilah kerajaan tercatat pada Batu Tarsilah yg dimulai dr Awang Alak Betatar, raja pertama yg memeluk Islam tahun 1368 sampai Sultan Muhammad Tajudin 1795-1804 & 1804-1807. Raja-raja Brunei Darusalam yg memerintah sejak didirikannya kerajaan pada tahun 1363 M yakni:
- Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
- Sultan Ahmad (1408 – 1425)
- Sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
- Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
- Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
- Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
- Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
- Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
- Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
- Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
- Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1659 – 1660)
- Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
- Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
- Sultan Muhyidin (1673 – 1690)
- Sultan Nasrudin (1690 – 1710)
- Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
- Sultan Muhammad Allauludin (1730 – 1737)
- Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
- Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
- Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
- Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
- Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
- Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
- Sultan Abdul Momin (1852-1885)
- Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
- Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
- Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
- Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
- Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)
Melalui silsilah Sultan Brunei ke-3 pula dapat dirunut bahwwa Sultan Sharif Ali merupakan keturunan Sayidina Hasan, cucu Rasulullah SAW. Masa pemerintahan Sultan Sharif Ali dikenal pula selaku masa penguatan fondasi Islam di Kesultanan Brunei semenjak masa pemerintahan Sultan Muhammad Shah. Sultan Sharif Ali menyusun pemerintahan berdasarkan agama Islam, mendirikan masjid, meluruskan arah kiblat, & membuat aturan yg melarang rakyat Brunei untuk tak mengkonsumsi daging babi. Jika dilanggar akan dikenakan eksekusi mati. Karena itulah Islam mengalami pertumbuhan pesat & saat itu Brunei pula mampu disebut sebagai sentra pertumbuhan Islam di wilayah Laut Cina Selatan.
Sejarah Pemerintahan
Kerajaan Brunei Kuno bertempat di Muara Sungai Brunei, meliputi wilayah yg cukup luas Sabah, Brunei & Sarawak. Setelah melepaskan diri dr imbas Majapahit, Brunei menjadi negara merdeka & sentra jual beli di wilayah Laut Cina Selatan dgn menjalin relasi jual beli dgn Cina. Kata ‘Darussalam’ dlm bahasa Arab yg memiliki arti ‘tempat yg hening’ ditambahkan selaku nama negara oleh Syarif Ali untuk menegaskan Islam selaku agama negara serta menolong penyebaran Islam ke seluruh wilayah.
Awal masa 15, Kerajaan Malaka dibawah pemerintahan Pameswara menyebarkan pengaruhnya & mengambil alih perdagangan Brunei, yg menyebabkan berkembangnya penyebaran agama Islam. Masa kegemilangan Brunei dimulai dikala kejatuhan Malaka dr Portugis tahun 1511 dgn pengambil alihan kekuasaan oleh Sultan. Selama masa pemerintahan Sultan Bolkiah tahun 1473-1521, Brunei memperluas pengaruhnya sampai ke Utara hingga Luzon & Sulu, ke Selatan & Barat Kalimantan.
Antonio Pigafetta menjadi orang Eropa pertama yg mendatangi Brunei. Pigafetta menggambarkan Brunei selaku kota yg sungguh mengagumkan dimana setiap tamu yg berjumpa Sultan akan diantar memakai Gajah dgn tempat duduk berlapis sutra. Negara kecil ini tergolong negara kaya dgn setiap penduduk memakai busana yg terbuat dr kain sutra bersulam emas, dihiasi mutiara & memakai cincin dr kerikil mulia. Ekspedisi & penggambaran Pigafetta tersebut menjadi titik tolak kekerabatan Brunei dgn Eropa utamanya dr Portugis & Spanyol.
Kolonialisme Kerajaan Brunei dimulai tahun 1578 pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar. Masa itu terjadi perselisihan & perebutan kekuasaan antara Sultan Saiful Rizal dgn dua pangeran Brunei yg dikenal dgn ‘Perang Kastila’. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Spanyol untuk merebut & menguasai Brunei dgn mengirimkan surat pada Sultan supaya memberi kelonggaran & proteksi bagi para misionaris Spanyol yg berbagi agama Kristiani.
Selain meminta jaminan keselamatan bagi misionaris mereka, pihak Spanyol pula menuliskan penghinaan terhadap Islam yg membuat Sultan marah, sehingga terjadi pertempuran antara Brunei & Spanyol pada bulan April 1578. Dengan semangat juang & nasionalisme yg tinggi, rakyat & pemerintah Brunei berhasil memukul musuhnya pada tahun 1578 M. Sebagai pelampiasan kekalahan perang, pasukan Spanyol dibawah kepemimpinan Dr. Fransisco de Sande menyuruh untuk memperabukan Masjid Jami’ Brunei.
Rincian sejarah pembentukan negara Brunei:
- Tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan daerah Timur Laut Kalimantan pada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan dlm penyelesaian perang kerabat Sultan Abdul Mubin dgn Sultan Mohyidin. Kejatuhan kerajaan Brunei selanjutnya disebabkan adanya pergolakan antara mahir waris kerajaan dlm perebutan kekuasaan & hadirnya pengaruh Eropa yg merubah tatanan pemerintahan kerajaan-kerajaan di wilayah Asia Tenggara.
- Tahun 1839, James Brooke dr Inggris tiba ke Sarawak & menyerang Brunei sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas Serawak. James Brook dilantik menjadi ‘Raja Serawak’ di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan wilayah kekuasannya. Tanggal 19 Desember 1846, James Brook menguasi pulau Labuan & wilayah sekitarnya. Brunei kehilangan wilayah kekuasaannya bertahap melalui perusahaan perusahaan dagang & pemerintahannya sampai Brunei berada di bawah protektorat Inggris.
- Tahun 1888, Brunei menjadi salah satu negara kedaulatan Inggris dgn persetujuan urusan dlm negri tetap menjadi kekuasaan Brunei & urusan luar negri tetap berada di bawah pengawasan Britania. Tahun 1906, Brunei mendapatkan ekspansi kekuasaan Britania dikala kekuasaan eksekutif pemerintahan dialihkan pada perwakilan pemerintah Inggris yg menjadi penasihat Sultan dlm semua urusan pemerintahan kecuali hal-hal yg bersangkutan dgn adat istiadat & kasus agama.
- Tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan gres yg berkuasa dlm urusan pemerintahan dlm negri, sementara info korelasi luar negri tetap berada dlm pengawasan Britania. Tahun 1962, pembentukan badan perundangan dibatalkan karena timbulnya pemberontakan oleh partai oposisi (Partai Rakyat Brunei) yg ingin membentuk negara kesatuan Borneo Utara. Pemberontakan tersebut mampu diberantas dgn pinjaman pemerintahan Inggris.
- Pada akhir 1950 & awal 1960, Brunei menolak rencana pembentukan & penyatuan Malaysia bareng dgn Singapura, Sabah, Serawak & Tanah Melayu, & menginginkan pembentukan Brunei sebagai salah satu negara merdeka yg berdiri sendiri.
- Tahun 1967, Omar Ali Saifuddin III sudah turun takhta & melantik putra sulungnya Hassanal Bolkian menjadi Sultan Brunei ke-29. Sri Sultan menjadi Menteri Pertahanan sehabis Brunei mencapai kemerdekaan sarat & diberi gelaar Paduka Seri Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town dirubah namanya menjadi Bandar Sri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Beliau mangkat pada tahun 1986.
- Pada 4 Januari 1970, Brunei & Inggris Raya menandatangani Perjanjian Kerjasama & Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam berhasil mencapai kemerdekaan sepenuhnya. Saat ini Brunei mempunyai wilayah yg lebih kecil dibandingkan dengan masa kemudian, dgn memiliki batas dgn Serawak dr sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan dgn Laut Cina Selatan.
Baca juga:
Sistem Pemerintahan
Brunei Darussalam memiliki metode pemerintahan monarki adikara dgn kepala pemerintahan Sultan Hassanal Bolkiah yg menjabat sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, perdana mentri & mentri pertahanan dgn dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan & beberapa Menteri. Karena kekuasaan mutlak Sultan selaku pemimpin negara, Brunei menjadi salah satu negara paling stabil dr segi politik di wilayah Asia.
Pertahanan keamanan Brunei berdasarkan perjanjian kerjasama dgn Inggris dgn penempatan pasukan Gurkha yg ada di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil dibandingkan dgn kekayaan dlm negri & kekuatan negara tetangga. Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer semenjak pemberontakan oposisi tahun 1960-an.
Hubungan diplomatik Brunei dgn luar negri utamanya dgn negara-negara ASEAN. Brunei pula menjadi salah satu anggota PBB. Kesultanan Brunei dengan-cara aktif terlibat dlm persengketaan memperebutkan wilayah perbatasan & pulau-pulau kecil dgn Malaysia, terutama daerah yg mengandung minyak bumi & gas alam, dua sumber kekayaan alam yg menopang perekonomian negara. Brunei menuntut wilayah di Sarawak seperti Limbang, pula pulau kecil antara Brunei & Labuan termasuk Pulau Kuraman. Bagaimanapun, pulau-pulau tersebut diakui dengan-cara internasional selaku pecahan wilayah Malaysia.
Baca juga:
Perkembangan Wilayah
Wilayah Brunei dibagi atas 4 distrik:
- Belait
- Brunei & Muara
- Temburong
- Tutong
Distrik-distrik tersebut dibagi lagi menjadi 33 mukim, yaitu:
- Sengkurong
- Gadong A & Gadong B
- Berakas A
- Kuala Belait
- Seria
- Kilanas
- Sungai Liang
- Pengkalan Batu
- Kota Batu
- Pekan Tutong
- Berakas B
- Mentiri
- Serasa
- Kianggeh
- Burong Pinggai Ayer
- Keriam
- Lumapas
- Kiudang
- Saba
- Sungai Kedayan
- Sungai Kebun
- Bangar
- Bokok
- Telisai
- Labi
- Labu
- Kuala Balai
- Tanjong Maya
- Batu Apoi
- Labi
- Rambai
- Amo
- Melilas
Penduduknya sebagian besar tinggal di penggalan Barat dgn jumlah sekitar 10.000 orang tinggal di daerah Temburong. Dengan kurang lebih jumlah penduduk total 470.000 orang, lebih kurang 80.000 orang tinggal di ibukota Bandar Sri Begawan.
Sosial Budaya
Pada masa pra-islam, penduduk Brunei menganut agama Hindu-Buddha. Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Brunei menjadi aktivis & penggerak perkembangan Islam bagi wilayah sekitarnya tergolong sebelah timur kepulauan Melayu hingga Pulau Luzon, Cebu, Otan, & sebagainya.
Di masa lalu, penduduk Brunei mempunyai adat istiadat kesopanan yg tinggi. Dalam catatan First Voyage Around the World karya Pigafetta yg dirujuk oleh Al-Sufri (1997), orang Brunei memiliki kebudayaan & peradaban yg luhur. Selain itu orang Brunei pula memiliki rasa nasionalisme yg tinggi yg mereka sebut ‘semangat kebrueian’. Nasionalisme yg kental inilah yg membuat tentara Spanyol dipaksa mundur dikala ingin menguasai Brunei.
Saat ini Brunei menggunakan asas syariat Islam dlm hukum perundang-undangannya yg disebut aturan Syarak. Mencakup undang-undang jenayah Islam, muammalah, undang-undang keluarga, serta undang-undang keterangan acara. Pengaruh berpengaruh dr Sultan Sharif Ali yg ingin menimbulkan penduduk Brunei sebagai muslim sejati berimplikasi pada prilaku orangnya yg selalu mempertahankan perilakunya sesuai dgn syariat Islam.
Cara pengamalan Islam di Brunei didasarkan pada mazhab Syafii dlm bidang fikih & ahlusunnah waljamaah di bidang doktrin. Semenjak tahun 1984 ketika diproklamirkan selaku negara merdeka, Brunei menerapkan ‘Melayu Islam Beraja’ yg menjadi pedoman hidup bermasyarakat.
Baca juga:
Brunei Saat Ini
Brunei memiliki indeks pembangunan insan kedua di Asia Tenggara setelah Singapura. Tumpuan ekonomi berupa minyak bumi & gas yg menjadi sumber kekayaan negara & membuat Brunei menjadi negara terkaya ke 5 & sudah diklasifikasikan selaku negara maju. Dua pertiga penduduk Brunei yaitu Melayu, dgn agama resmi Islam. Brunei pula mengikuti hukum Islam Syariah. Penduduk Brunei memperoleh pendidikan gratis, perawatan kesehatan, subsidi makanan & perumahan. Dan mereka pula tak membayar pajak penghasilan langsung.
Budaya Brunei nyaris sama dgn budaya Melayu dgn dampak berpengaruh dr islam, namun lebih konservatif lantaran menerapkan tata cara Islam Syariat, tak seperti Malaysia & Indonesia. Penjualan & konsumsi alkohol diharamkan, dgn orang luar atau Non-Muslim masih diijinkan membawa optimal 12 botol bir saat mereka masuk ke Brunei. Parlemen Brunei pula mulai menerapkan anutan haram untuk rokok pada tahun 2011 dgn tujuan mengurangi konsumsi rokok.
Dua pertiga penduduk Brunei yaitu etnis Melayu. Sementara etnis minoritas yg terpenting & menguasai ekonomi negara ialah Tionghoa (Han). Terdapat pula komunitas ekspatriat dgn sejumlah besar warga negara Inggris & Australia. Bahasa yg digunakan dengan-cara resmi ialah Bahasa Melayu, dgn Bahasa Tionghoa & Bahasa Inggris yg 95% dikuasai oleh setiap orangnya.
Negara kecil yg kaya ini mempunyai perekonomian adonan antara kewirausahaan dlm negri & gila, pengawasan kerajaan, serta tradisi budaya jual beli lama. Pengeluaran minyak mentah & gas alam terdiri dr setengah PDB. Tingginya tingkat pemasukan menciptakan pengeluaran perkapita menjadi jauh lebih kecil, & keraajaan membekali semua biaya pengobatan & memperlihatkan subsidi pangan, perumahan & pendidikan bagi setiap penduduk. Pemimpin Brunei merasa tidak yakin akan kemajuan ekonomi mereka dgn ekonomi dunia tak sebanding & akan mempengaruhi pertumbuhan sosial dlm negri, sekalipun Brunei memainkan peranan penting dlm perekonomian dunia dikala menjadi ketua APEC pada tahun 2000.
Rancangan masa depan Brunei dipusatkan untuk menghadapi masalah ketrampilan buruh, pengurangan pengangguran, perkuatan sektor pariwisata & perbankan, & perluasan bidang ekonomi yg akan mempengaruhi semua faktor kehidupan masyarakat. Bahkan ketika ini metode penerbangan negara sedang mencoba menimbulkan Brunei selaku salah satu tujuan perjalanan internasional antara Eropa & Australia / Selandia Baru. Selain itu Brunei pula menargetkan selaku salah satu layanan penerbangan utama ke wilayah-wilayah Asia.
Sultan Haslsanah Bolkiah, yg menjadi salah satu orang terkaya di dunia dgn memiliki koleksi 500 mobil mewah & istana dgn lebih dr 1500 kamar dgn total aset lebih dr 25 miliar dollar. Sultan pula membangun sebuah mesjid termegah & paling besar di Brunei yg disebut “Mesjid Jami’ Asr-Hassanil Bolkiah”. Dibangun tahun 1988, mesjid ini mampu menampung 3.000 umat Islam. Selain dilengkapi ruang perpustakaan, konferensi & lounge yg indah, arsitektur & interior mesjid ini menjadi pujian Brunei & kesultanan karena mampu menyaingi arsitektur & interior Masjidil Haram di Makkah.