Di sekitar tahun 1988 UNESCO menetapkan suatu bangunan di wilayah Yucatan, Mexico selaku salah satu situs warisan dunia. Nama bangunan tersebut ialah Chichen Itza. Dalam bahasa lokal, Chi mempunyai arti lisan & Chen artinya sumur. Sementara Itza merupakan nama suku setempat, maka Chichen Itza dapat diartikan selaku ekspresi sumur suku Itza.
Menurut berbagai observasi & cerita rakyat setempat, Chichen Itza ialah salah satu budaya peninggalan Suku Maya. Suku Maya menjadi sangat terkenal di dunia karena mempunyai ramalan wacana waktu kehadiran kiamat. Selain itu, suku Maya menjadi kepingan kecil dr kelompok unik yg ada di Amerika Tengah.
Chichen Itza dr Masa ke Masa
Ketika awal pendirian di periode pertama selesai, fase ini disebut seni kemekaran bunga. Fase utama yg tergolong klasik ini berlangsung antara tahun 625 M – 800 M. Ilmu wawasan sudah mulai meningkat bareng tekhnologi pertanian mereka. Di kala-kala tersebut, agama suku Maya sudah tampakmenjadi belahan dr kehidupan para Mayan. House of The Rusa, Wihara Biksuni, Dzib Akab, Red House, Gereja, House of Phalli serta Kuil Tiga Lintels menjadi bukti pentingnya relasi para Mayan dgn Sang Pencipta.
Sehabis periode pertama berakhir, dimulailah periode kedua tahun 800 – 925 M. Pondasi peradaban Suku Maya yg besar mulai terlihat rapuh. Agama sudah tak lagi menjadi sentra peradaban bagi mereka. Penduduk lebih bahagia membangun kelompok-kelompok yg lebih kecil di pedesaan. Kota besar segolongan Chichen Itza yg sempat menjadi sentra utama peradaban agama, ekonomi & wawasan cuma ramai tatkala ritual tertentu saja.
Masyarakat Mayan meninggalkan Chichen Itza pada sekitar masa ke-7 Masehi. Mereka menetap di wilayah barat hingga akhirnya kembali lagi ke Chichen Itza di era ke-10 Masehi. Waktu kembali inilah orang-orang Itza sebagai penggalan dr Suku Maya bergabung dgn suku-suku besar lain di Mexico. Kehidupan bareng ini berjalan tenang selama dua periode.
Baca pula :
Ada banyak hal yg berubah tatkala bangsa Itza memastikan berbaur dgn suku-suku lain. Salah satu pengaruhnya adalah seni bangunan mereka menerima aksen tambahan dr setiap suku yg pernah bersentuhan dgn mereka.
Seni arsitektur & keagamaan Itza pun sedikit banyak ikut berpengaruh. Kebudayaan-kebudayaan mereka banyak diteruskan oleh penduduk di sekitaran Yucatan sampai saat ini. Mulai dr bahasa Suku Maya, kebiasaan pertanian yg suka menanam materi pangan, pengandalan obat-obat herbal selaku obat orang-orang sakit & beberapa adat tradisional para Mayan tetap menyejarah hingga ketika ini. Chichen Itza pun tetap mempunyai makna mendalam bagi masyarakat setempat.
Bagian Bangunan
Keberadaan Suku Maya di daratan Amerika meningkat pesat lebih dulu dibanding inovasi benua itu sendiri. Christoper Colombus yg dinobatkan selaku penemu benua Amerika ternyata gres datang setelah kota-kota Suku Maya ditinggalkan penghuninya. Hal ini dikuatkan oleh bangunan-bangunan sisa semacam Chichen Itza.
Piramida El Castillo
Di dlm Chichen Itza terdapat beberapa bangunan bersejarah. Salah satunya yakni bangunan berbentuk piramida. Walaupun tingkat tersohornya tak lebih tinggi dr sejarah Piramida Mesir, tetapi Piramida El Castillo tergolong bangunan peradaban yg unik. Bentuknya berbeda dgn piramida-piramida khas Mesir. Ada sebuah bidang datar yg ditaruh di puncak Piramida El Castillo. Diperkirakan tempat datar inilah area Suku Maya biasa melaksanakan ritual mereka.
Piramida El Castillo dikelilingi oleh 4 buah tangga yg setiap tangganya mempunyai 91 buah undakan. Di puncaknya ada suatu undakan yg menggenapkan jumlah undakan menjadi 365 buah. Jumlah ini ternyata tak dibentuk serampangan. Di dlm kalender Suku Maya, jumlah hari mereka ada 365 hari & dituangkan ke bangunan mereka dlm bentuk undakan. Sementara itu, tinggi piramida ialah 24 meter. Belum tergolong puncaknya setinggi 6 meter.
Sejarah pembangunan Chichen Itza dilaksanakan sekitar waktu 550 – 900 Masehi. Para pembangunnya ialah etnis Itza yg menjadi potongan dr Suku Maya. Tidak salah bila kemudian bangunan ini diberi nama sesuai pembangunnya.
Gaya Bangunan
Sejarah niscaya pembangunan situs Chichen Itza memang belum dapat ditentukan. Para arkeolog belum dapat memberi keterangan mengenai motif Suku Maya meninggalkan bangunannya pada periode 10 Masehi. Ketiadaan mereka bagai hilang ditelan bumi. Akhirnya para ilmuwan yg bermitra dgn arkeolog-arkeolog dunia hanya mampu mempelajari sejarahnya berdasar bangunan itu sendiri.
Gaya bangunan berhubungan dgn gaya Toltec – Maya. Beberapa bangunan arkeologi di dlm Chichen Itza yg hiasannya sama dgn dekorasi bangunan suku Maya di Tula ialah El Castillo, El Juego de la Pelota, El Grupo de las Mil Columnas, El Edificio de las Aguilas, El Mercado, El Templo de los Guerrerros serta El Tzompantli. Bangunan-bangunan tersebut memberi citra perihal perjuangan & Quetzalcoatl –seorang Dewa yg dipuja penduduk.
Antara Toltec & Maya
Sebenarnya Quetzalcoatl yakni seorang raja yg memimpin bangsa Toltec tatkala bermigrasi ke wilayah kediaman Suku Maya. Raja ini dipercaya mampu berkembang menjadi sebagai Dewa berbentuk ular berbulu. Karenanya ada banyak lambang ular berbulu atau ular berambut yg tersebar di bangunan-bangunan belahan dr Chichen Itza. Puncak kebudayaan & peradaban yg melahirkan Chichen Itza diperkirakan masuk ke dlm masa keemasan periode akulturasi budaya Toltec dgn Maya.
Akulturasi budaya Toltec – Maya memperkenalkan pada dunia siapa sesungguhnya kedua suku tersebut. Toltec merupakan nama sebuah suku yg mendiami wilayah sekitar Chichen Itza di masa lalu. Tepatnya 45 km utara Mexico City di wilayah Tollan. Sementara Suku Maya sendiri populer dgn kecerdasan & misterinya. Tempat persebarannya ada di wilayah sekitar Mexico hingga negara-negara Amerika Latin.
Catatan sejarah Amerika menyebutkan bahwa orang-orang Toltec yg terkenal lebih kasar dr bangsa Aztec sempat menyerang kawasa dimana Chichen Itza berada. Penyerbuan ini dilakukan pada tahun 800-an Masehi. Sementara itu, peninggalan terbesarnya bersama kebudayaan Maya terwujud dlm sebuah kuil berjulukan Kukulcan. Beberapa orang menyebutnya piramida El Castilo.
Baca pula :
Di area Chichen Itza, piramida El Castilo de la Emplumada Serpiente setinggi 75 kaki memiliki arti benteng dr serpent berbulu. Lambang bangunan ini ialah seekor ular dgn bulu yg menjadi representasi ilahi di kebudayaan Meso-Amerika dahulu kala. Dengan adanya lambang tersebut, mampu diketahui bahwa piramida El Castillo menjadi tempat pagelaran upacara tradisional orang-orang Kukulcan.
Di tempat tersebut pula diperkirakan menjadi sentra kebudayaan ekonomi & politik suku setempat. Piramida Kukulcan itu dibangun dgn tata astronomi tertentu yg belum banyak dikenali orang. Akibatnya ada semacam efek permainan cahaya yg membentuk bayangan. Piramida El Castillo sendiri ada di tengah-tengah situs Kukulcan. Pada puncaknya ditaruhlah suatu susukan ke mahkota kerikil jaguar milik Raja Kukulcan.
Kuil Chac Mool
Selain piramida, ada pula suatu kuil berjulukan Chac Mool yg pula menjadi kepingan dr Chichen Itza. Di tembok kuilnya terdapat ukir-gesekan berbentuk ular berbulu, imam & prajurit sebagaimana yg ada di bangunan lain. Pilar-pilar di dlm kuil ini semuanya berwarna merah dgn beberapa noktah berwarna hijau lumut. Bangunan atasnya melambangkan kemegahan.
Di tembok luar kuil, ada 3 buah topeng berhidung panjang yg terbentuk dr goresan & diletakkan di sudut. Sementara itu, di tembok dlm kubah ada mural yg menceritakan kronologis suatu perang serta bagaimana keseharian penduduk di masa itu.
Di dlm kuil Chac Mool pula terdapat altar meja dgn dingklik. Kemungkinan besar tempat ini difungsikan selaku tempat duduk para pejabat. Peradaban Chichen Itza memiliki kepatuhan kepada Dewa Quetzalcoatl. Imam alias pemimpin mereka dinamakan Mixcoatl yg bermakna Naga Awan.
Suku Maya & Astronomi
Sudah bukan penemuan lagi kalau ternyata ada sebuah peradaban yg lebih maju dr kemajuan tekhnologi dikala ini. Salah satunya yakni peradaban Suku Maya. Suku ini dianggap memiliki kecerdasan tersendiri karena andal di bidang astronomi. Suku Maya mempunyai sebuah bangunan observatorium astronomi yg bernama El Caracol, Temple of Jaguar & Temple of Warriors. Berdasar namanya, bangunan tersebut berbentuk candi.
Bahkan para astronom dunia terbaru mengakui betul kemampuan Bangsa Maya pemilik Chichen Itza sebagi bangsa Astronom. Suku Maya lebih dahulu mengenali teori heliosentris bahwa matahari yakni sentra tata surya & bumi memili bentuk bulat yg dulunya dicetuskan oleh Nicholas Copernicus.
Bangunan-bangunan yg ditinggalkan oleh Suku Maya senantiasa mempunyai rincian bangunan mengesankan. Spesifikasi bangunan baik dr segi fungsi maupun bentuk tampilannya tak jauh beda dgn hasil observasi modern.
Baca pula :
Salah satu misalnya dapat dilihat dr bangunan-bangunan di area Chichen Itza. Misalkan El Caracol atau menara observatorium Kainuoka. Bangunan ini mempunyai teras yg besar dgn ornamen indah. Untuk dapat mencapainya disediakan undakan-undakan kecil menuju menara. Kemiripannya dgn bangunan observatorium terbaru terletak pada bentuknya yg tergolong bangunan tingkat rendah bertabung lingkaran.
Lebih jauh lagi, kubah di atas menara bentuknya setengah bola. Di dunia astronomi modern, tempat ini menjadi cuilan untuk memanfaatkan teropong selaku alat pengamatan astronomi. Untuk pecahan pintu & jendelanya, sempurna mengarah pada 4 posisi pintu di lantai rendah.
Jendelanya terhubung dgn 6 jalur di bagian serambi depan. Minimal ada 3 dr cuilan tersebut yg memiliki kaitan dgn dunia astronomi. Contoh keterkaitan astronominya yaitu relasi jumlah bagian pintu & jendela dgn isu terkini semi. Sisanya memiliki kaitan dgn kegiatan bulan.
Dalam sejarah, observatorium El Caracol ini menjadi warisan besar bagi dunia. Peninggalan-peninggalan lain di Chichen Itza pun mempunyai arti mendalam. Kebanyakan berhubungan dgn posisi matahari serta bulan. Bahkan arkeolog terbaru hingga mengeluarkan usulan bahwa Suku Maya dahulu sudah mempunyai jaringan observator astronomi di setiap kawasan pendudukannya.
Menyimpan Misteri
Misteri identik dgn keseraman. Bagian paling ngeri di Chichen Itza ialah 2 buah sumur alami yg dlm bahasa lokal disebut cenotes. Sumur ini difungsikan selaku tempat menaruh korban persembahan. Para Mayan memakai jade, manusia & keramik sebagai persembahannya tatkala melakukan pemujaan.
Pada waktu daerah lokal dilanda kekeringan panjang, maka bangsa Indian Maya senantiasa mempersembahkan beberapa gadis muda. Para gadis cantik itu dikorbankan dlm keadaan masih hidup dgn cara dilempar ke dlm sumur. Wajar saja jika mereka melaksanakan hal keji itu. Semenanjung Yukatan sama sekali tak mempunyai sungai. Sehingga kehidupan mereka tergantung pada sumur.
Dengan fakta ini, maka Chichen Itza dapat menjadi lambang ilmu wawasan tingkat tinggi sekaligus pemujaan terhadap keyakinan kuno. Masih berhubungan dgn mata air, bagi rakyat Indian di wilayah tersebut Chichen Itza mempunyai arti ‘di bibir mata air rakyat.’
Berhubungan dgn Bola Basket
Sebenarnya kekerabatan antara sejarah Chichen Itza dgn sejarah olahraga basket ini tak terjadi dengan-cara sengaja. Peradaban Maya yg memang sudah maju membawa mereka membangun sebuah bangunan berupa lapangan yg mirip lapangan basket. Permainan yg dijalankan di lapangan tersebut dinamakan ‘pok ta pok’.
Pok ta pok dimainkan dgn cara melempar bola hingga melalui batas lingkaran yg ada di tembok 7 meter dr atas tanah. Permainan kuno ini pula mempunyai Kapten bagi masing-masing tim yg bertanding. Apabila salah satu tim kalah pertama kali, maka Kaptennya harus siap menyerahkan kepala demi persembahan pada Dewa mereka.
Di tahun 1221 Masehi, sebuah kudeta terjadi. Seluruh kuil para ksatria, pasar dan tempat tinggal penduduk dibakar habis-habisan. Setelah peristiwa tersebut, orang-orang di Yucatan melaksanakan migrasi ke Mayapan hingga Spanyol menaklukkan mereka.
Spanyol mengambil perbuatan konyol dikala melaksanakan ekspansi kekuasaan. Mereka membakari seluruh buku milik Suku Maya & membunuhi seluruh imam mereka begitu menjejakkan kaki di tanah Mexico. Agaknya inilah alasannya utama peradaban Suku Maya menjadi misteri hingga sekarang.