Indonesia memiliki banyak propinsi yg tersebar di banyak sekali pulau, salah satu propinsi yg paling besar yaitu Papua. Propinsi ini letaknya di belahan tengah pulau Papua atau pecahan paling timur dr Indonesia. Luas Papua sebesar 808.105 kilometer persegi membuatnya menjadi pulau terbesar kedua di dunia & pulau paling besar di Indonesia. Karakteristik budaya di Papua sungguh unik, dilihat dr menyatunya acuan kepercayaan agama tradisional yg menyerap ke semua aspek kehidupan rakyat Papua.
Masyarakat Papua memiliki pandangan mengenai dunia integral yg hubungannya akrab antara satu sama lain, antar dunia materi & spiritual, sekuler & sakral & berfungsi serentak. Suku asli Papua terdiri dr 25 golongan suku & memiliki bahasa yg berlawanan- beda setiap golongan. Penduduk Papua mampu dibagi dlm golongan besar dilihat dr mata pencahariannya, yakni Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi, rendah & pesisir. Tatanan masyarakat Papua terdiri dr banyak golongan atau suku yg masing – masing mempunyai peraturan & budbahasa yg berlawanan.
Penyebab Perang Antar Suku Di Papua
Bisa dikatakan bahwa kehidupan penduduk Papua masih sangat tradisional, khususnya untuk suku – suku pedalaman. Mereka sangat mempertahankan masuknya dunia luar & beberapa masih merasa terancam oleh eksistensi pendatang gres, oleh karena itu mereka senantiasa memiliki senjata yg khas dipakai untuk membela diri berbentukpisau belati terbuat dr tulang burung kasuari yg dihiasi bulunya pada bagian hulu belati tersebut. Selain itu mereka pula mempunyai busur & panah. Kebrutalan perang antar suku yg berjalan di Papua kerap menjadi tajuk utama info dan mengakibatkan banyak korban berjatuhan. Perang antar suku ini kerap kali terjadi di Papua, & penyebab perang antar suku di Papua antara lain:
1. Budaya Pembalasan Dendam
Tindakan balas dendam bisa berawal dr beberapa peristiwa atau faktor tertentu. Salah satunya yaitu cita-cita melampiaskan amarah pada pihak lain. Disana hukum rimba masih berlaku, berbentukpembalasan nyawa dgn nyawa, membalas kematian dgn maut. Ini yakni faktor utama yg memicu pecahnya perang antar suku di Papua & sukar untuk dihilangkan sebab sudah merupakan suatu lingkaran yg susah terputus.
Balas dendam dlm budaya mereka sudah menjadi sebuah hal yg sungguh wajar berhubungan dgn nilai – nilai & budaya yg dianut para masyarakat Papua. Persoalan – duduk perkara yang terjadi di Papua pada akibatnya mesti dibayar mahal oleh kalangan & suku dgn kehilangan anggotanya. Untuk menghilangkan budaya balas dendam ini tentunya bukan hal yg mudah, alasannya adalah sudah mengakar dgn kuat di dlm kebiasaan rakyat.
2. Isu – isu Tidak Jelas
Banyak beredarnya isu yg tak terperinci kebenarannya & dipercaya oleh penduduk antar suku merupakan satu lagi penyebab perang antar suku di Papua. Contohnya, tatkala terjadi pembunuhan kepada satu orang suku A, beredar isu bahwa pembunuhnya yakni orang suku B, padahal bahu-membahu tak jelas siapa pelakunya. Walaupun isu tersebut tak disertai bukti & fakta yg cukup, tetapi warga yg sudah dikuasai kemarahan tak akan mencari tahu dulu kebenarannya.
Yang dianggap paling penting ialah pembalasan akhir hayat tersebut pada pihak lain, walaupun mungkin saja pihak lain itu tak bersalah. Dari beberapa kejadian perang antar suku, penyebabnya adalah isu yg masih tergolong isapan jempol & tak ada yg mencari tahu kebenaran mengenai isu tersebut lebih dulu. Situasi ini pula kadang-kadang dimanfaatkan oleh beberapa orang oknum untuk mendapatkan laba dr perang antar suku yg terjadi. Beberapa pertentangan antar suku pula terjadi pada sejarah minangkabau, sejarah great wall china & pula di Papua pernah terjadi usaha pembebasan irian barat yg melegenda dlm sejarah bangsa kita.
3. Kedatangan Warga Baru
Melimpahnya sumber kekayaan alam di Papua menyebabkan banyak orang aneh & pendatang yg berbondong – bondong memasuki Papua untuk mengadu nasib. Propinsi berjuluk Mutiara Hitam ini memiliki salah satu tambang emas paling besar di dunia yg dikontrol oleh PT. Freeport. Kaum pendatang yg mencari peruntungan di tanah Papua ini kerap menjadi sumber penyebab perang antar suku di Papua.
Kebanyakan dr pendatang gres ini mempunyai kemampuan yg diatas rata – rata para penduduk orisinil Papua & pula menjinjing budaya serta adab & kebiasaan yg berlainan daripada rakyat Papua tersebut.Keberadaan pendatang gres yg mempunyai banyak keunggulan dr segi pendidikan, kesehatan & lainnya dr penduduk asli menciptakan rakyat Papua makin terpinggirkan & mengalami diskriminasi. Simaklah sejarah freeport & sejarah berdirinya freeport tersebut.
4. Tingkat Pendidikan Rendah
Keunikan lain dr Papua adalah bentang alamnya yg masih jarang tersentuh tangan manusia, sehingga menyusahkan orang – orang untuk meraih seluruh pelosoknya terutama di kawasan pedalaman. Kondisi inilah yg menyebabkan suku – suku pedalaman tak mendapatkan saluran kepada pendidikan yg memadai, tergolong pula sarana kesehatan. Tingkat pendidikan yg rendah disinyalir pula turut menyumbang sebagai penyebab perang antar suku di Papua yg sering menjadi konflik berdarah tak berkesudahan. Tingkat pendidikan optimal yg diraih oleh masyarakat Papua cuma setingkat Sekolah Menengan Atas, tetapi tak merata.
5. Provokasi Pihak Lain
Rendahnya tingkat pendidikan ini akan menciptakan rakyat gampang diprovokasi & tak gampang berpikir kritis & panjang sebelum bertindak sehingga sangat gampang diprovokasi oleh orang yg tak bertanggung jawab. Terutama bagi kaum muda yg masih sungguh mudah dihasut alasannya kurangnya pengalaman hidup sehingga mengabaikan perintah tetua adat yg sudah saling bersepakat & menyatakan untuk menyudahi perang antar suku atau aksi saling berbalas dendam tersebut. Perang antar suku pula terjadi pada sejarah perang Ambon, sejarah Rusia, & sejarah perang suriah.
Akibat Perang Suku di Papua
Konflik yg berasal dr penyebab perang antar suku di Papua ini telah terjadi selama bertahun-tahun terakhir & tak hanya terjadi di satu kawasan saja melainkan pula terjadi di beberapa kawasan dgn penyebab yg berlainan – beda. Dampak yg terjadi dr perang antar suku tersebut antara lain:
- Kerusakan kemudahan umum di banyak sekali area di Papua
- Permukiman warga di Papua yg hancur selaku akhir sampingan dr perang antar suku tersebut.
- Korban berjatuhan baik yg tak bersalah maupun dr pihak – pihak yg bertikai, tergolong korban luka & tewas.
- Adanya pengaruh psikologis bagi korban yg tak bersalah
- Masyarakat kehilangan rasa aman sebab konflik yg terjadi terus menerus.
- Timbulnya perpecahan antar penduduk di Papua
- Masyarakat kehilangan keyakinan pada banyak hal, tergolong pada pemerintah & sesamanya.
Kerugian yg ditimbulkan akibat pertentangan yg terjadi semestinya mampu diminimalisir dgn baik supaya tak kembali terulang. Namun realita yg terjadi justru jauh dr itu. Tatkala satu konflik selesai, kemudian akan ada lagi pertentangan lain yg mengemuka & meresahkan penduduk kembali. Kondisi ini akan menimbulkan kesan bahwa negara kita tak kondusif padahal kondisi ini tak terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Untuk itu, dukungan sosialisasi ihwal saling menghargai antara akhlak & kebiasaan suku yg berlawanan perlu terus dikerjakan, pula dgn memperbaiki tingkat pendidikan yg bisa dicapai oleh rakyat Papua dgn cara yg lebih efektif. Pengadaan lapangan kerja yg memadai pula diharapkan untuk meminimalisir potensi konflik tersebut.