Sejarah Kerajaan Kediri Paling Lengkap Beserta Peninggalannya

Sejarah Kerajaan Kediri, Kadiri atau pula dikenal dgn nama Panjalu merupakan kerajaan Jawa Timur di tahun 1042 hingga 1222 yg berpusat di Kota Daha yg kini merupakan Kota Kediri. Kota Daha sendiri sudah ada sebelum Kerajaan Kediri didirikan & Daha merupakan akronim dr Dahanapura yg memiliki arti kora api. Ini mampu dilihat dr sebuah prasasti Pamwatan dr Airlangga pada tahun 1042. Pada simpulan tahun 1042. Airlangga dengan-cara terpaksa mesti membagi wilayah kerajaan karena perebutan tahta dr dua orang putranya yakni Sri Samarawijaya yg mendapat Kerajaan Barat Panjalu di Kota Baru Daha & Mapanji Garasakan mendapat Kerajaan Timur yakni Janggala di Kota Lama, Kahuripan.

Baca Juga :

Sejarah Kerajaan Kediri

Sejarah Kerajaan KediriSebelum kerajaan menjadi dua, kerajaan yg dipimpin oleh Airlangga sudah mempunyai nama Panjalu yg ada di Daha, sehingga Kerajaan Janggala terlahir dr pecahan Panjalu, sedangkan Kahuripan merupakan nama kota lama yg ditinggalkan Airlangga kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Awalnya, nama Panjalu lebih sering dipakai dibandingkan dgn Kediri atau Kadiri yg terbukti dr beberapa prasasti raja-raja Kediri. Nama Panjalu sendiri diketahui dgn Pu Chia Lung pada kronik Cina yakni Ling wai tai ta tahun 1178. Kediri atau Kadiri berasal dr kata Khadri yakni bahasa Sansekerta dgn arti pohon mengkudu atau pohon pace.

Artikel terkait:

Perkembangan Kerajaan Kediri

Sejarah Kerajaan KediriPada awal Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu bekerjsama tak terlalu dimengerti & pada prasasti Turun Hyang II tahun 1044 yg dibuat Kerajaan Janggala hanya menceritakan perihal perang kerabat dr kedua kerajaan peninggalan Airlangga tersebut. Sejarah dr Kerajaan Panjalu baru mulai terkuak dikala Prasasti Sirah keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa didapatkan. Dari beberapa raja sebelum Sri Jayawarsa cuma Sri Samarawijaya saja yg sudah diketahui, sementara untuk urutan raja sedudah Sri Jayawarsa dimengerti dengan-cara terperinci lewat beberapa prasasti yg kesudahannya didapatkan. Kerajaan Panjalu yg berada di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya bisa menaklukan Kerajaan Janggala dgn semboyan yg ada pada Prasasti Ngantang tahun 1135 yakni Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.

Di maa pemerintahan Sri Jayabhaya tersebut, Kerajaan Panjalu memperoleh masa kejayaan & wilayah kerajaan tersebut adalah seluruh Jawa & pula beberapa buah pulau Nusantara & pula mengalahkan imbas dr Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Bukti ini makin diperkuat dgn kronik Cina yg berjudul Ling wai tai ta dr Chou Ku fei pada tahun 1178. Dalam prasasti tersebut diterangkan jika menjadi negeri paling kaya selain Cina dengan-cara berurutan merupakan Arab, Jawa & pula Sumatra & pada ketika itu yg berkuasa di Arab yakni Bani Abbasiyah, sementara di kawasan Jawa merupakan Kerajaan Panjalu & di Sumatra adalah Kerajaan Sriwijaya,

Chou Ju Kua melukiskan jika di Jawa menganut 2 agama yg berlainan yakni Buddha serta Hindu dgn penduduk Jawa yg sungguh berani serta emosional & waktu senggangnya digunakan untuk mengadu binatang, sedangkan untuk mata duit terbuat dr adonan perak serta tembaga. Dalam buku Chu fan chi disebutkan kalau Jawa merupakan maharaja yg memiliki wilayah jajahan Pacitan [Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung Galuh yg sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang ma chu], Sumba [Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo], Banggal di Sulawesi [Pingya i], Timor [Ti wu] & pula Maluku [Wu nu ku]. Situs Tondowongso yg didapatkan pada permulaan 2007 diandalkan sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yg dianggap bisa membantu menerima lebih banyak keterangan perihal Kerajaan kediri.

Artikel terkait:

Perkembangan Politik Kerajaan Kediri

Sejarah Kerajaan KediriMapanji Garasakan memiliki lama pemerintahan yg sebentar lalu digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung tahun 1052 hingga 1059 M lalu diganti kembali dgn Sri Maharaja Amarotsaha. Pertempuran dr Jenggala & Panjalu masih berjalan hingga 60 tahun & tak ada informasi niscaya wacana 2 kerajaan tersebut sampai alhasil muncul Raja Bameswara tahun 1116 hingga 1136 M dr Kediri.

Pada masa tersebut, ibu kota Panjalu sudah dipindahkan dr Daha menuju Kediri sehingga lebih terkenal dgn istilah Kerajaan kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana berupa tengkorak bertaring pada penggalan atas bulan sabit yg umumdisebut dgn Candrakapala. Sesudah Bameswara tutun tahta kemudian dilanjutkan Jayabaya yg kemudian berhasil mengalahkan Jenggala.

Karya Sastra Kerajaan Kediri

Pada masa Sejarah Kerajaan Kediri, seni sastra lebih sering digunakan & pada tahun 1157, Kakawin Bharatayuddha ditulis Mpu Sedah yg kemudian dilselesaikan oleh Mpu Panuluh. kitab ini memiliki sumber dr Mahabharata dgn isi kemenangan Pandawa atas Korawa yg dipakai sebagai khiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Mpu Panuluh pula menulis Kalawin Hariwangsa serta Ghatotkachasraya & ada pula pujangga pada jama pemerintahan Sri Kameswara yakni Mpu Dharmaja yg menulis Kakawin Smaradahana lalu di jaman pemerintahan Kertajaya pula ada seorang pujangga lagi yakni Mpu Monaguna yg menulis Sumanasantaka serta Mpu Triguna yg menulis Kresnayana.

Artikel terkait:

Sistem Pemerintahan Kerajaan kediri

Sejarah Kerajaan KediriPada sistem pemerintahan Kerajaan Kediri, mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan & terdapat beberapa raja yg berkuasa dikala itu. Sri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu. Jayawarsa yg merupakan raja pertama kerajaan kediri pada prasasti berangka tahun 1104 & dinamakan selaku titisan Wisnu. Kameshwara ialah raja kedua Kerajaan Kediri yg mempunyai gelar Sri Maharajake Sirikan Shri Kameshhwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa atau lebih diketahui dgn Kameshwara I tahun 1115 sampai 1130. Prabu Sarwaswera yg merupakan raja taat beribadah sert budaya, ia memegang teguh pada prinsip tat wam asi yg mempunyai arti, Dikaulah itu, , dikaulah (semua) itu, semua makhluk yaitu engkau.

Tujuan hidup insan menurut prabu Sarwaswera yg terakhir ialah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dgn paramatma. Jalan yg benar yakni sesuatu yg menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yg menghalangi kesatuan yakni tak benar.”

Prabu Kroncharyadipa merupakan nama dgn arti benteng kebenaran, Prabu memang sungguh adik kepada masyarakat & pula pemeluk agama yg taat dlm mengatur diri dikala pemerintahannya yg selalu memegang prinsip sad kama murka, yakni enam macam musuh dlm diri insan. Keenam itu yakni kroda (murka), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu),loba (rakus),mada (mabuk), masarya (iri hati).

Artikel terkait:

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan kediri

Kehidupa pada masa Kerajaan Kediri sangat baik & pula sejahtera sehingga rakyat bisa hidup dgn tenang. Ini mampu tampakdr rumah rakyat yg baik, rapi, higienis & pula dilengkapi lantai ubin berwarna hijau & kuning. Sedangkan orangnya menggunakan kain hingga bawah lutut. Kehidupan penduduk Kerajaan Kedirisangat damai & tenang, sehingga seni kesusastraan meningkat lebih maju adalah seni sastra & mampu dilihat dr begitu banyak sastra hingga sekarang. Beberapa sastra tersebut sudah diulas diatas & masih banyak lagi kitab sastra lainnya seperti Kitab Lubdaka serta Wertasancaya dr Mpu Tan Akung, Kitan Kresnayana dr Mpu Triguna serta Kitab Sumanasantaka dr Mpu Monaguna & sebagainya.

Golongan Masyarakat Kerajaan Kediri

Masyarakat pada masa Kerajaan Kediri dibagi menjadi 3 kedudukan yakni:

  • Golongan masyarakat sentra [kerajaan]: Masyarakat yg ada dlm lingkungan raja serta beberapa kerabat dlm kalangan pelayan.
  • Golongan penduduk thani [tempat]: Golongan masyarakat yg terdiri dr petugas pemerintahan atau pejabat pada wilayah thani atau tempat.
  • Golongan masyarakat non pemerintah: Golongan masyarakat yg tak mempunyai kedudukan serta hubungan dgn pemerintah atau masyarakat wiraswasta.

Kerajaan Kediri pula mempunyai lebih dr 300 pejabat yg bertugas mengorganisir serta mencatat segala sesuatu penghasilan kerajaan. Selain itu pula ada 1000 pegawai rendahan yg memiliki peran untuk mengurus benteng, parit kota, perbendaharaan Kerajaan serta gedung tempat persediaan masakan. Kerajaan Kediri sendiri terlahir dr pembagian Kerajaan Mataram yg dilaksanakan Raja Airlangga tahun 1000 sampai 1049 & ini dikerjakan supaya tak terjadi perselisihan dr bawah umur selirnya.

Artikel terkait:

Kehidupan Perekonomian Kerajaan Kediri

Kehidupan perekonomian pada masa Kerajaan Kediri memiliki perjuangan jual beli, pertanian serta peternakan & dikenal selaku penghasil kapas, beras serta ulat sutra. Ini menimbulkan kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri terbilang sejahtera & mampu terlihat dr Kerajaan yg menunjukkan penghasilan tetap untuk pegawai berupa hasil bumi & ini pula didapat dr keterangan Kitab Chi Fan Chi serta Kitab Ling Wai Tai Ta.

Raja Raja Kerajaan Kediri

Berikut ini adalah daftar nama dr raja raja yg pernah memerintah di Daha, ibu kota dr Kediri.

  • Airlangga [Daha Masih Ibu Kota Utuh]

Pendiri dr Kota Daha yg merupakan pindahan Kota Kahuripan & ketika turun tahta tahun 1042, kerajaan dibagi menjadi 2 & Daha menjadi ibu kota Kerajaan wilayah Barat yakni Panjalu. Menurut Nagarakretagama, kerajaan yg dipimpin Airlangga sebelum dibagi menjadi dua memiliki nama Panjalu. (Baca Juga : Sejarah Candi Ratu Boko)

  • Sri Samarawijaya [Daha Menjadi Ibu Kota Panjalu]

Sri Samarawijaya ialah salah satu putra Airlangga yg namanya didapatkan pada Prasasti Pamwatan tahun 1042.

  • Sri Jayawarsa

Berdasarkan Prasasti Sirah Keting tahun 1104, tetapi tak dipahami apa merupakan pengganti Sri Samarawijaya atau tidak. Dalam masa pemerintahannya, Jayawarsa menawarkan kado untuk rakyat desa sebagai wujud penghargaan alasannya rakyat sudah berjasa pada raja. Dalam prasasti tersebut terlihat jika Raja Jayawarsa memiliki perhatian besar pada rakyat & ingin menciptakan rakyatnya sejahtera. (Baca Juga : Sejarah Kota Pontianak)

  • Sri Bameswara

Berdasarkan Prasasti Padelegan I tahun 1117, Prasasti Panumbangan tahun 1120 & pula Prasasti Tangkilan tahun 1130. Prasasti tersebut lebih membahas tentang masalah seputar keagamaan.

  • Sri Jayabhaya

Raja paling besar Kerajaan Panjalu dr prasasti Ngantang tahun 1135, Prasasti Talan tahun 1136 serta Kakawin Bharatayuddha tahun 1157. Kerajaan Kediri meraih puncak kejayaan pada masa pemerintahan Prabu Jayabhaya & strateginya untuk membuat penduduk makmur memang mengagumkan. Kerajaan yg beribu kota di Dahono Puro, di bawah kaki Gunung Kelud tersebut memiliki tanah yg subur sehingga aneka macam tanaman mampu tumbuh dgn baik. Hasil pertanian serta perkebunan sangat berlimpah & dibagian tengah kota membelah aliran Sungai Brantas yg sungguh jernih & menjadi tempat hidup banyak jenis ikan, sehingga masakan sumber protein mampu tercukupi. Dukungan spiritual & pula material yg diberikan Prabu Jayabhaya pula banyak serta sifat merakyat & tujuan yg jauh ke depan menciptakan Prabu Jayabhaya dikenal sepanjang masa.

  • Sri Aryeswara

Berdasarkan Prasasti Angin tahun 1171. Sri Aryeswara yakni raja Kediri yg mempinpin pemerintahan sekitar tahun 1171 & nama gelar abhiseknya ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Namun, tak dipahami dgn pasti waktu Sri Aryeswara naik tahta & peninggalan sejarahnya yakni prasasti Angin tanggal 23 Maret 1171. Lambang Kerajaan Kediri pada masa tersebut ialah Ganesha & Sri Aryeswara pula tak diketahui kapan masa pemerintahannya rampung. (Baca Juga : Sejarah Kota Semarang )

  • Sri Ganda

Berdasarjan Prasasti Jaring tahun 1181. Pemakaian nama binatang pada pangkat seperti nama gajah, tikus & kerbau dimana nama-nama itu menampilkan tinggi atau rendahnya pangkat orang dlm istana.

  • Sri Sarwaswera

Bisa dilihat dr prasasti Padelegan II tahun 1159 serta Prasasti Kahyunan tahun 1161. Sri Sarwswera merupakan raja yg taat dlm beragama serta berbudaya & memegang teguh prinsip “tat wam asi”, yg mempunyai arti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk yaitu engkau”. Prabu Sri Sarwaswera beropini bila tujuan hidup akhir insan merupakan moksa yakni pemanunggalan jiwatma dgn paramatma & jalan kebenaran merupakan suatu jalan untuk kesatuan sehingga yg menghalangi kesatuan adalah hal tak baik.

  • Sri Kameswara

Berdasarkan Prasasti Ceker tahun 1182 serta Kakawin Smaradahana. Pada masa pemerintahannya dr tahun 1182 hingga dgn 1185 Masehi, terjadi pertumbuhan pesat dlm sastra seperti Mpu Dharmaja yg menciptakan Kitab Smaradhana & pula dikenal dgn beberapa cerita Panji mirip kisah Panji Semirang. (Baca Juga : Sejarah Gudeg )

  • Sri Kertajaya

Berdasarkan Prasasti Galunggung tahun 1194, Prasasti Kamulan tahun 1194, Prasasti Palah tahun 1197, Prasasti Wates Kulon tahun 1205, Negarakretagama serta Pararaton. Raja Kertajaya diketahui dgn nama Dandang Gendis & pada masa pemerintahannya, Kerajaan mulai mengalami penurunan yg disebabkan lantaran Kertajaya meminimalisir hak dr kaum Brahmana. Keadaan tersebut lalu ditentang kaum Brahmana & kedudukan mereka makin tak aman kemudian banyak dr mereka yg lari & minta pertolongan pada Tumapel yg pada saat itu diperintah Ken Arok. Raja Kertajaya lalu menyiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel, sedangkan Ken Arok memberikan tunjangan untuk kaum Brahmana dlm melakukan serangan ke Kerajaan kediri & kedua pasukan tersebut bertemu di dekat Ganter tahun 1222 Masehi.

Berikut ini ialah nama raja raja dikala Daha ada di bawah Singasari, kerajaan Panjalu runtuh pada tahun 1222 kemudian menjadi bawahan Singasari & nama raja raja tersebut dimengerti dr Prasasti Mula Malurung.

  • Mahisa Wunga Telang: Putra dr Ken Arok
  • Guningbhaya: Adik Mahisa Wunga Teleng
  • Tohjaya: Kakak dr Guningbhaya
  • Kertanagara: Cucu Mahisa Wunga Teleng [pihak ibu] & menjadi raja Singasari
  • Jayakatwang: Keturunan Kertajaya yg merupakan Bupati Gelang Gelang dimana pada tahun 1292 melakukan pemberontakan sehingga runtuh Kerajaan Singasari & ia membangun Kerajaan Kediri tetapi tahun 1293 dikalahkan Raden Wijaya pendiri Majapahit. (Baca Juga :  Sejarah Benua Antartika)

Lencana Kerajaan Kediri

Setiap Kerajaan di Nusantara mempunyai lencana yg memperlihatkan lambang kekuasaan & di masa Kerajaan Kediri, masing-masing raja mempunyai lencana yg berlainan dgn arti serta pesan dr jati diri penguasa tersebut. Ada 7 buah lencana yg mampu di deteksi & setiap lencana mendelegasikan kekuasaan raja.

1. Lencana pertama Garudmukhalancana

Dengan gambar burung garuda, dimana sebelum NKRI memakai lambang garuda, Raja Airlangga yg merupakan pendiri dr Kerajaan Kediri Panjalu sudah menggunakan garuda selaku lambang lecananya. Setiap prasasti dai Airlangga selalu dibubuhkan stempel Garudmukhalancana tersebut di serpihan salah satu verbal Gua Selomangleng Kediri & sampai sekarang relief tersebut masih mampu dilihat. (Baca Juga : Sejarah Benua Asia)

2. Lencana kedua Bamecwaralancana

Dengan lambang tengkorak mengigit bulan sabit yg digunakan selaku lencana Cri Maharaja Cri Bamecwara Sakalabuanatustijarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayotunggadewa.

3. Lencana ketiga Jayabhayalancana

Dengan tanda satu avatara Dewa Wisnu yakni Narasinghavatara berwujud insan kepala singa yg sedang mencabik perut Hiranyakasipu [Raja Raksasa]. Pada lencana tersebut terdapat tulisan Panjalu Jayati yg saat ini bentuknya sudah sulit untuk diketahui & di simpan di Museum Nasional Jakarta.

4. Lencana keempat Sarwwecwaralancana

Digunakan oleh Cri Maharaja Rakai Sirikan Cri Sarwwecwara Janarddhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayatungga-dewanama. Jika dilihat, pada lencana tersebut mirip 9 buah sayap & pada kepingan ujung ada bulat berjambul yg dikelilingi 3 bundar bergaris. (Baca Juga : Sejarah Benua Australia)

5. Lencana kelima Aryyecwaralancana

Dengan lambang Ganesha yg dipakai Cri Maharaja Rakai Hino Cri Aryyecwara Madhusudanawatarijaya Mukha, Sakalanhuana tustikarana niwaryya Parakramotunggadewanama.

6. Lencana keenam Kamecwaralancana

Dengan gambar kerang bersayap & dipakai oleh Cri Maharaja Cri Kamecwara Triwikramawatara Aniwaryyawirya Parakrama Digjayotunggadewanama.

7. Lencana ketujuh Crnggalancana

Dipakai oleh Cri Maharaja Cri Carwwecwara Triwikamawatara Nindita Cringgalancana Digjayotunggadewa atau Kertajaya yg merupakan raja terakhir Kerajaan Panjalu. (Baca Juga : Sejarah Benua Amerika)

Kehidupan Beragama Masyarakat Kediri

Corak kehidupan beragama pada masa Kerajaan Kediri yg tampakdr peninggalan arkeologi seperti Candi Gurah serta Candi Tondo Wongso menampilkan latar belakang keagaamaan Hindu terutama Siwa. Sedangkan petirtaan Kepung pula kemungkinan besar memiliki sifat Hindu alasannya adalah tak terlihat unsur Budhisme pada beberapa bangunan peninggalan sejarah tersebut. Pada beberapa prasasti disebutkan jika nama Abhiseka raja memiliki arti penjelmaan Wisnu. Akan tetapi ini tak mampu dengan-cara eksklusif dipakai untuk membuktikan bila Wisnuisme memang meningkat pada masa tersebut, karena landasan filosofis yg populer di Jawa pada masa tersebut berasumsi bila Raja Saa serta Dewa Wisnu merupakan pelindung rakyat, Kerajaan atau dunia. Jika dilihat dengan-cara luas, agama Hindu khususnya pemujaan Siwa sungguh mendominasi perkembangan agama pada masa Kerajaan Kediri & ini bisa terlihat dr beberapa inovasi prasasti, arca & pula karya sastra Jawa antik.

Artikel terkait:

Kesenian Masyarakat Kerajaan Kediri

Perubahan dlm bidang kesenian Kerajaan Kediri hanya terbatas pada kesenian arsitektur & dahulu banyak orang yg mempertanyakan kenapa pada masa Kerajaan Kediri tak membuat candi seperti pada masa sebelum & sesudahnya. Ternyata gres terbukti sesudah beberapa kemudian satu per satu kesenian dr Kerajaan Kediri mulai didapatkan. Candi Gurah yg masih tersisa mempunyai pelipit sisi genta di kaki candi Perwara, sementara pada candi induk memiliki makara di bagian ujung bawah tangga & beberapa ciri tersebut memperlihatkan gaya kesenian Jawa Tngeah di kurun ke VII – x Masehi. (Baca Juga :  Sejarah Benua Atlantis)

Namun, dlm beberapa arca yg sangat indah pula memperlihatkan gaya kesenian dr Singasari di era ke XIII Masehi & perbedaan tersebut masih belum mampu dijelaskan dengan-cara gamblang hingga kini. Meskipun Candi Guruh pernah diperbesar, akan tetapi dlm beberapa arca tak berasal dr tahapan tersebut khususnya pada arca yg lebih berumur & belum didapatkan. Dari sumuran Candi ditemukan bata yg terinkripsi dgn seni paleografi & tulisannya berasal dr kurun ke XI – XII Masehi. Inkripsi singkat tersebut mampu digunakan sebagai standar dlm memilih tanggal dr Arca Gurah. Soejmono pula menyampaikan jikalau Candi Gurah merupakan mata rantai antara kesenian Jawa Tengah dgn Jawa Timut.

Keruntuhan Kerajaan Kediri

Sejarah Kerajaan KediriDi tahun 1222, Kertajaya sedang berseteru deengan kaum Brahmana yg kemudian memohon perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel & Ken Arok sendiri pula bercita-cita untuk membuat merdeka Tumapel yg menjadi daerah bawahan dr Kediri. Perang Kediri Tumapel tersebut terjadi di Desa Ganter, pasukan Ken Arok hasilnya berhasil merusak pasukan Kertajaya sehingga membuat Kerajaan Kediri runtuh & mulai detik itu berbalik menjadi bawahan Tumapel atau Singasari. Sesudah Ken Arok sukses untuk mengalahkan Kertajaya, Kediri lalu menjadi wilayah di bawah kekuasaan Singasari & Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya untuk menjadi Bupati Kediri. (Baca Juga : Candi Peninggalan Agama Hindu)

Tahun 1258, Jayasabha kemudian diganti oleh outranya yakni Sastrajaya & di tahun 1271 Sastrajaya digantikan kembali oleh putranya yakni Jayakatwang. Jayakatwang kemudian melaksanakan pemberontakan pada Singasari yg masih dipimpin Ken Arok, sesudah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang kemudian membangun ulang Kerajaan Kediri, akan tetapi Kerajaan tersebut cuma bertahan selama 1 tahun karena terjadi serangan gabungan pasukan Mongol & pasukan Menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

Baca Juga :

Demikian ulasan lengkap mengenai sejarah Kerajaan Kediri yg mampu kami berikan buat anda lengkap dgn nama-nama raja, kehidupan politik, perekonomian, beragama sampai beberapa peninggalan Kerajaan Kediri. Semoga mampu memperbesar pengetahuan anda tentang sejarah Indonesia khususnya wacana sejarah Kerajaan.

  7 Penyebab Perang Aleppo Di Suriah Serta Dampaknya