Insiden Rengasdengklok Lengkap : Latar Belakang Dan Kronologis

Rengasdengklok adalah nama suatu kota kecil yg ada di Jawa Barat. Kota yg merupakan penggalan dr sejarah Proklamasi Indonesia. Di kota inilah Ir.Soekarno, Moh.Hatta & beberapa pejuang yang lain berada, tepat sehari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 16 Agustus 1945.

Peristiwa Rengasdengklok ini terjadi akibat perbedaan pendapat antara golongan muda & bau tanah perihal waktu yg tepat untuk melaksanakan kemerdekaan Indonesia, yg alhasil menciptakan golongan muda terpaksa mengungsikan Ir.Soekarno & Moh.Hatta ke rengasdengklok dgn tujuan agara kedua proklamator itu aman dr intervensi & efek pihak luar untuk menunda kemerdekaan.

Rengasdengklok dipilih alasannya menurut perkiraan militer merupakan tempat yg jauh dr jalan raya Jakarta-Cirebon. Selain itu, para militer pula gampang mengawasi apabila ada tentara Jepang yg hendak tiba dr arah Bandung maupun Jakarta.

Latar Belakang

  • Perbedaan Pendapat antara Golongan Muda & Tua

Konflik perbedaan pendapat diantara golongan muda & golongan renta, rampung dgn sikap saling menghargai, tanpa ada perang fisik. Tanpa peranan golongan muda, mungkin Indonesia belum bisa memproklamasikan kemerdekaan secepat itu. Hal ini menjadi bukti, bahwa para pemuda Indonesia mampu menanggapi kondisi siap. Para pemuda menganggap bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan oleh kekuatan bangsa Indonesia sendiri, bukan oleh PPKI (Panitia Persiapan  Kemerdekaan Indonesia) yg dibuat oleh Jepang.

Mendengar kabar bahwa Jepang menyerah pada sekutu, & bom besar terjadi di Nagasaki & Hiroshima, Sutan Syahrir yg merupakan tokoh cowok dgn gesit menemui Moh.Hatta di kediamannya, Sutan Syahrir menyarankan supaya Ir.Soekarno & Moh.Hatta & golongan renta lainnya supaya melangsungkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Namun golongan renta masih belum oke, & merasa bahwa Jepang masih berkuasa dengan-cara de facto.

  • Pertemuan Pemuda, 15 Agustus 1945

Setelah menemukan penolakan dr golongan renta, para perjaka mengadakan konferensi tertutup di suatu ruangan belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan Timur 17 (Saat ini sudah menjadi FKM UI), sekitar pukul 20.00 tanggal 15 Agustus 1945. Pertemuan ini di hadiri oleh 12 tokoh cowok antara lain Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E.Sudeo, Wikana & Armansyah.

Pertemuan yg dipimpin oleh Chairul Saleh memutuskan bahwa :

“kemerdekaan Indonesia adalah hak & soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup merdeka, & sudah tiba ketika merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun histroris. Dan jalannya hanya satu, yakni: dgn proklamasi kemerdekaan oleh bangsa Indonesia sendiri, lepas dr bangsa abnormal, bangsa apapun juga”.

Hasil keputusan rapat golongan muda menyatakan bahwa segal ikatan kekerabatan dgn Jepang mesti dihapuskan. Karena Indonesia mesti merdeka dgn kekuatan sendiri, tak butuh tunjangan negara lain, & diharapkan keputusan ini bisa dirundingkan kembali dgn Soekarno & Hatta. Para perjaka menyadari bahwa Soekarno & Hatta memiliki peranan penting untuk merestui Proklamasi disegerakkan.

Sepulang dr pertemuan di Laboratorium Biologi, para perjaka yg diwakili oleh Wikana & Darwis sekitar pukul 22.00 datang ke kediaman Soekarno di Pegangsaan Timur No.56 untuk memberikan hasil keputusan perundingan yg gres diambil para pemuda. Namun Soekarno tetap teguh pada pendiriannya menolak, karena Jepang masih berkuasa dengan-cara de facto, & Soekarno tidak ingin mengambil resiko jikalau Belanda kembali datang untuk menjajah, sesudah Jepang menyerah.

  • Mengamankan Soekarno & Hatta

Akhirnya pada tengah malam, sekitar pukul 24.00 para perjaka itu meninggalkan kediaman Soekarno & pribadi mengadakan pertemuan dikala itu pula di Jl. Cikini 71 Jakarta. Pertemuan kedua ini didatangi oleh Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh & Shodanco Singgih. Para perjaka yg masih kecewa bahwa keputusannya masih ditolak oleh golongan renta, segera mengambil tindakan.Rapat memutuskan, seperti direkomendasikan oleh Djohar Nur :

“Segera bertindak, Bung Karno dan Bung Hatta mesti kita angkat dr rumah masing-masing” . Chaerul Saleh yg memimpin rapat, ikut memastikan keputusan rapat dgn berkata “Bung Karno & Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan mereka dr tangan Jepang & jalankan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945”.

Rencana untuk mengamankan Soekarno & Moh.Hatta dr tangan Jepang pun disepakati. Shodanco Singgih yg ikut hadir dlm konferensi tersebut, ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana dikala itu juga. Peristiwa ini kemudian dikenal selaku Peristiwa Rengasdengklok.

Kronologis

  • Sehari sarat di Rengasdengklok, pada 16 Agustus 1945

Sepulang dr pertemuan di Cikini, Shodanco Singgih & kelompok perjaka yg ditugaskan untuk mengamankan Soekarno mengunjungi kediaman Soekarno sekitar pukul 03.00 pagi. Shodanco Singgih meminta Soekarno untuk ikut golongan cowok malam itu juga, Soekarno tak menolak namun meminta para cowok supaya istrinya ibu Fatmawati & anaknya Guntur (masih berusia 8 bulan) serta Moh.Hatta untuk berpartisipasi.

Menjelang subuh, sekitar pukul 04.00 tanggal 16 Agustus sesudah santap sahur, mereka segera melaksanakan perjalanan menuju Rengasdengklok dgn pengawalan dr tentara Peta. Para cowok memilih Rengasdengklok selaku tempat menjinjing Soekarno & Moh.Hatta dgn pertimbangan keamanan kawasan tersebut. alasannya ada Daidan Peta di Rengasdengklok yg mempunyai relasi baik dgn Daidan Jakarta.

Jarak Rengasdengklok, berkisar 15 km dr Kedunggede, Karawang. Sesampainya rombongan pemuda & Soekarno ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa, berjulukan Djiaw Kie Siong yg beralamat di Desa Rengasdengklok Utara RT 001/09 No.41 , kecamatan Rengasdengklok, kabupaten Karawang, Jawa Barat. Djiaw Kie Siong yakni seorang petani kecil yg merelakan rumahnya untuk ditempati para tokoh tersebut.

  • Keputusan Waktu yg Tepat untuk Proklamasi

Para pemuda yg berharap Soekarno & Moh.Hatta bersedia menyatakan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945, masih tak disetujui Soekarno. Para pemuda tak memaksakan kehendaknya, karena Soekarno & Moh.Hatta mempunyai wibawa pemimpin yg menciptakan mereka segan untuk melaksanakan pemfokusan. Para pemuda melaksanakan pendekatan semoga bisa berdiskusi dengan-cara lebih bebas, & sedikit menunjukkan tekanan tanpa ada maksud untuk menyakiti kedua tokoh tersebut.

Melalui obrolan serius antara Shodanco Singgih dgn Soekarno yg beruasaha meyakinkan Soekarno bahwa Jepang sudah menyerah pada sekutu & para pejuang Indonesia telah siap untuk melawan Jepang apapun resikonya, akibatnya Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekan Indonesia setelah kembali ke Jakarta. Dengan bahagia hati akan keputusan tersebut, pada siang hari Shodanco Singgih kembali ke Jakarta untuk memberikan info proklamasi kemerdekaan yg sudah memperoleh persetujuan oleh Soekarno.

Sementara itu di Jakarta, sedang diadakan negosiasi Ahmad Subarjo (golongan tua) & Wikana (golongan muda), hasil perundingan tersebut sampai meraih kata sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanankan di Jakarta & Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumahnya selaku tempat perundinganan & bersedia menjamin keselamatan para tokoh tersebut.

Akhir dr Peristiwa 

Berdasarkan perjanjian yg telah diambil antara golongan pemuda, golongan renta dgn Laksamana Tadashi Maeda perihal proklamasi kemerdekaan, Jusuf Kunto bersedia mengirimkan Ahmad Subarjo & sekretaris pribadinya untuk menjempuk Soekarno & Hatta di Rengasdengklok.

Ahmad Subarjo memberikan jaminan dgn taruhan nyawanya pada para cowok bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945 sebelum pukul 12.00. Dengan jaminan tersebut, komandan kompi Peta Cudanco Subeno bersedia melepaskan Soekarno & Moh.Hatta beserta rombongannya untuk kembali ke Jakarta. Rombongan tersebut tiba di Jakarta pada pukul 17.30 WIB & pulang ke tempat tinggal masing-masing.

Mengingat bahwa hotel Des Indes (Saat ini menjadi kompleks pertokoan di Harmoni) tak bisa digunakan untuk konferensi diatas jam 10 malam, maka anjuran Laksamana Muda Maeda untuk memakai rumahnya (Sekarang menjadi gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat untuk proklamasi esok pagi oleh para tokoh Indonesia.

  • Pertemuan Soekarno Hatta dgn Jenderal Mayor Nishimura

Pada malam harinya, setelah Soekarno & Hatta bersama rombongan tiba di Jakarta pergi menemui Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto (Kepala Staf Tentara ke XVI Angkatan Darat yg menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang atau Gunseikan) untuk membahas proklamasi esok hari, tetapi ia tak mau mendapatkan Soekarno-Hatta yg dikirim oleh Tadashi Maeda & memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura (Kepala Departemen Urusan Umum pemeritnahan militer Jepang) untuk mendapatkan kehadiran mereka.

Nishimura mengemukakan bahwa semenjak siang hari tanggal 16 Agustus 1945, Jepang mesti menjaga status quo & tak memberi izin Indonesia untuk menyiapkan proklamasi kemerdekaan sebagaimana janji yg telah disepakati oleh Marsekan Terauchi di Vietnam.

Soekarno & Hatta meratapi keputusan yg sudah diambil Jepang & menyindir Nishimura tak bersikap mirip seorang perwira yg bersemangat Bushindo, sudah ingkar janji semoga dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya dgn tegas, Soekarno & Hatta meminta Nishimura untuk tak membatasi kerja PPKI.

Melihat perdebatan panas antara Soekarno, Hatta & Nishimura, Maeda diam-membisu pergi meninggalkan ruangan sebab Nishimura memperingatkannya untuk mematuhi perintah Tokyo & tidak punya wewenang dlm hal kemerdekaan Indonesia. Setelah dr rumah Nishimura, Soekarno & Hatta pergi menuju rumah Laksamada Maeda (Sekarang Jl.Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi untuk melaksanakan rapat menyiapkan teks Proklamasi.

  •  Penyusunan Teks Proklamasi 

Detik-detik menjelang proklamasi, pada pukul 02.00 – 04.00 dini hari terjadi perundingan antara golongan muda & golongan renta dlm penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indoneisa yg ditulis di ruang makan kediaman Laksamana Maeda. Para penyusun teks proklamasi antara lain Soekarno, Moh.Hatta & Ahmad Subarjo yg disaksikan oleh Sukarni, BM Diah, Sudiro & Sayuti Melik.

Myoshi dlm keadaan setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan para penyusun teks proklamasi tersebut, kemudian keluar kalimat dr Shigetada Nishijima yg seolah-olah ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi & menyarankan para tokoh bahwa maksud dr kalimat pemindahan kekuasaan itu hanya mempunyai arti kekuasaan administratif. Soekarno yg mendengar itu, memastikan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti transfer of power. Moh.Hatta, Subarjo, Diah, Sukarni, Sudiro & Sayuti Melik pun tak ada yg membenarkan klaim Nishijima.

Setelah lewat perundingan, risikonya desain teks proklamsi selesai ditulis oleh goresan pena tangan Ir.Soekarno sendiri. Sukarni menyarankan biar yg menandatangani teks proklamasi itu yakni Ir.Soekarno & Moh.Hatta atas nama bangsa Indonesia. Setelah desain sudah matang, teks proklamasi lalu di ketik oleh Sayuti Melik dgn mesin ketik yg diambil dr kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

  • Detik-Detik Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan

Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dikerjakan di Lapangan Ikada, namun dgn alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno. Pada pagi harinya, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno sudah hadir Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani & Trimurti. Acara dijadwalkan mulai pukul 10.00 dgn pembacaan proklamasi oleh Soekarno & disambung pidato singkat, disusul dgn sambutan oleh Soewrijo, wakil walikota Jakarta & Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Disusul dgn mengoptimalkan bendera merah putih yg sudah dijahit oleh ibu Fatmawati, pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera tetapi ia menolak dgn alasan pergerakan bendera sebaiknya dilaksanakan oleh prajurit. Lalu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang serdadu PETA dibantu oleh Soehoed & seorang pemudi yg menenteng nampan bendera Merah Putih untuk mengibarkan bendera.

Setelah bendera berkibar, para pengunjung menyanyikan lagu Indonesia Raya karya W.R Supratman & hingga ketika ini, bendera pusaka masih tersimpan di Museum Tugu Monumen Nasional & diperingatilah bahwa 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

[tabs]

[tab title=”Isi Pidato Proklamasi :”]

Saudara-kerabat sekalian! Saya telah meminta Anda untuk hadir di sini untuk melihat peristiwa dlm sejarah kami yg paling penting. Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, sudah berjuang untuk keleluasaan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!

Ada gelombang dlm langkah-langkah kita untuk memenangkan kemerdekaan yg naik, & ada yg jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dlm arah harapan kami.

Juga selama zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tak pernah berhenti. Pada zaman Jepang itu cuma timbul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita masih percaya pada kekuatan kita sendiri.

Kini telah hadir saat tatkala betul-betul kita mengambil nasib langkah-langkah kita & nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dlm tangannya sendiri akan mampu berdiri dlm kekuatan.

Oleh alasannya adalah semalam kami sudah musyawarah dgn tokoh-tokoh Indonesia dr seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dgn suara bulat beropini bahwa kini telah tiba waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Saudara-saudara Bersama ini kami menyatakan solidaritas penentuan itu. Dengarkan Proklamasi kami :

—pembacaan teks proklamasi—

Kaprikornus, Saudara-saudara!

Kita sekarang sudah bebas! Tidak ada lagi penjajahan yg mengikat negara kita & bangsa kita! Mulai ketika ini kita membangun negara kita.

Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya & kekal independen. Semoga Tuhan memberkati & membuat aman kemerdekaan kita ini!

[/tab]

[tab title=”Teks Proklamasi :”]

P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.

HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN

DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945

ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.

SOEKARNO-HATTA.

[/tab]

[/tabs]

[accordion]

[toggle title=”Penyebarluasan Berita Kemerdekaan Indonesia” state=”opened”]

Teks Proklamasi yg dengan-cara resmi sudah diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno sukses disebarluaskan ke Kantor Pusat Pemberitaan Pemerintah Jepang yg bernama Domei (Saat ini berjulukan Kantor Berita Antara) oleh Adam Malik, Rinto Alwi, Asa Bafaqih & P.Lubis.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan Kantor Berita Domein yakni Syahruddin sukses masuk ke dlm gedung siaran Radio Hoso Kanzi (Saat ini bernama RRI) untuk menyerahkan pada petugas telekomunikasi, F.Wuz untuk memberitakan info proklamasi kemerdekaan dengan-cara berulang-ulang.

Penyebaran gosip proklamasi pula dikerjakan melalui media surat kabar, seperti Harian Suara Asia di Surabaya (Koran pertama yg menyiarkan proklamasi) & Harian Cahaya Bandung. Selain itu para pemuda pula berjuang lewat surat kabar antara lain BM Diah, Sukarjo Wiryopranoto, Iwa Kusumasumatri, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandar Dinata, G.S.S.J Ratulangi, Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, Madikin Wonohito, Sumanag S.H, Manai Sophian, Ali Hasyim & sebagainya.

Selain itu penyebaran gosip proklamasi terus dilangsungkan memakai pengerahan massa, penyampaian dr ekspresi ke ekspresi, lewat pamphlet & coret-coret ditembok bahwa Indonesia sudah merdeka.

[/toggle]

[toggle title=”Setelah Proklamasi, 18 Agustus 1945″]

Sebagai negara yg gres saja merdeka, Indonesia harus mempunyai suatu susunan pemerintahan yg lengkap beserta alat-alat negara. Kemudian esok harinya, tanggal 18 Agustus 1945 para Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan rapat di Jakarta. Dalam rapat itu telah diambil beberapa keputusan penting perihal Indonesia, yaitu :

  1. Menetapkan Undang-Undang Dasar, yakni Undang-Undang Dasar 1945.
  2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden & Drs. Moh. Hatta selaku wakil presiden.
  3. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat, pekerjaan Presiden untuk beberapa waktu di bantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNP).

Dasar Negara tercantum dlm pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke empat, yaitu:

kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yg melindungi segenap bangsa Indonesia & seluruh tumpah darah Indonesia & untuk mengembangkan kemakmuran lazim,mencerdaskan kehidupan bangsa, & ikut melaksanakan ketertiban dunia yg berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi & keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dlm suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yg terbentuk dlm suatu susunan Negara Republik Indonesia yg berkedaulatan rakyat dgn berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yg adil & berasab, Persatuan Indonesia, & Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan/perwakilan, serta dgn mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

[/toggle]

[toggle title=”Pembentukan Alat Kelengkapan Negara”]

Salah satu hal yg merupakan alat Negara yg wajib dimiliki yaitu tentara. Maka pada tanggal 22 Agustus 1945 terbentuklah tentara untuk menjaga keamanan negara, yg diberi nama Badan Keamanan Rakyat (BKR) yg bertugas menjaga kemerdekaan Indonesia yg baru di Proklamasikan yg anggotanya berisi bekas anggota Seinendan, Heiho, Keibodan, Peta & perjaka-pemuda dlm Laskar Pejuang.

Pada tanggal 5 Oktober 1945, nama BKR bermetamorfosis Tentara Keamanan Rakyat (TKR) & diperingati setiap tanggal 5 Oktober sebagai Hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Kemudian nama TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) & berganti lagi menjadi Tentara Nasional Indonesia (Tentara Nasional Indonesia) yg kita kenal hingga ketika ini.

Selain itu, wilayah Indonesia yg sudah merdeka terbentang dr Sabang hingga Merauke, meliputi seluruh bekas jajahan Hindia Belanda. Pada permulaan mulanya Indonesia dibagi menjadi 8 Provinsi (Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara, Provinsi Maluki, Provinsi Sulawesi & Provinsi Kalimantan) atau kawasan tingkat 1 yg setiap Provinsi dipimpin oleh Gubernur.

[/toggle]

[/accordion]

Tokoh Pemuda dlm Peristiwa Rengasdengklok

Inilah beberapa tokoh perjaka yg terlibat dlm insiden rengasdengklok untuk mengamankan Soekarno & Hatta :

  1. Chaerul Saleh – Sumatera Barat, 13 September 1916
  2. Sukarni Kartodiwirjo – Blitar, 14 Juli 1916
  3. D.N Aidit – Belitung, 30 Juli 1923
  4. Sidik Kertapati -Bali tahun 1920
  5. AM. Hanafie – Bengkulu 1918
  6. Djohar Nur – Martapura, 24 Juni 1901
  7. Wikana – Sumedang, 18 Oktober 1914
  8. Jusuf Kunto – Salatiga, 8 Agustus 1921
  9. Sutan Syahir –  Sumatera Barat, 5 Maret 1909
  10. Suwirjo – Wonogiri, 17 Februari 1903
  11. Moewardi – Pati, 1907
  12. Kusnandar
  13. Subianto
  14. Margono
  15. Abubakar
  16. E.Sudeo
  17. Armansyah
  18. Subadio
  19. Darwis

Selain beberapa nama diatas, para Pembela Tanah Air (PETA) pula ikut menemani rombongan ke Rengasdengklok yg dijalankan pada 16 Agustus 1945, setelah subuh pukul 04.00 WIB.

[accordion]

[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]

[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_half]

[/one_half]

[one_half_last]

[/one_half_last]

[/toggle]

[/accordion]

  Candi Mendut : Sejarah-Ciri-Ciri dan Fungsi