Peristiwa Bandung Lautan api ialah kejadian kebakaran terbesar sehabis kemerdekan yg di lakukan oleh 200.000 penduduk Bandung yg memperabukan rumah mereka & meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah Bandung Selatan, dlm waktu tujung jam pada tanggal 23 Maret 1946.
Peristiwa ini terjadi karena pasukan Inggris yg mulai memasuki kota Bandung, sejak bulan Oktober 1945 ingin menggunakan kota Bandung sebagai markas taktik militer dlm perang kemerdekaan Indonesia. Meskipun mesti melanggar hasil perundingan dgn RI, tentara sekutu terus berusaha untuk menguasai kota Bandung. Kesepakatan sekutu, Inggris, & NICA (Nederlands Indie Civil Administration) ini menjadikan perlawanan heroik dr penduduk & pemuda pejuang di Bandung yg akhirnya menetapkan untuk membumi hanguskan kota Bandung.
Latar Belakang
Berikut ini linamasi yg terjadi di belakang Peristiwa Bandung Lautan Api :
- Pasukan Inggris tiba di Bandung, 12 Oktober 1945
Pasukan sekutu, Inggris pecahan dr Brigade MacDonald & NICA mendarat di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Pada awalanya korelasi pasukan Inggris dgn pemerintah RI sudah tegang. Mereka gencar-gencarnya merebut senjata api yg ada di tangan penduduk, kecuali senjata api milik TKR (Sekarang berganti nama menjadi Tentara Nasional Indonesia) & Polisi.
Selain itu sekutu pula meminta semua senjata pihak Indonesia yg merupakan hasil pelucutan Jepang diserahkan pada mereka. Ditambah orang-orang tahanan Belanda di bebaskan dr kampung tawanan & melaksanakan langkah-langkah-langkah-langkah yg menganggu keamanan serta NICA dgn bebas melakukan teror pada masyarakat. Akibat kedatangan sekutu ini terjadilah bentrokan bersenjata antara Inggris & TKR yg semakin memanas.
- Ultinatum Pertama dr Sekutu, 24 November 1945
Malam tanggal 21 November 1945, TKR & badan-tubuh usaha terus melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di potongan Bandung Utara, termasuk markas sekutu di Hotel Humnn & Hotel Preanger pula diserang oleh para TKR & pejuang Indonesia. Tiga hari kemudian, MacDonal memberikan ultinatum atau peringatan pertamanya pada Gubernur Jawa Barat, supaya Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, tergolong pasukan bersenjata selambat-lambatnya pada tanggal 29 November 1945.
Namun, para pejuang tak mengindahkan ultinatum yg diberikan sekutu, hal ini malah mengoptimalkan semangat para pejuang, rakyat & perjaka yg tergabung dlm TKR & tubuh-badan perjuangan lainnya kian berkobar untuk melawan sekutu. Sejak dikala inilah, sering terjadi peristiwa pertempuran besar & kecil antara pasukan sekutu & pejuang yg terus berlangsung di Bandung.
- Jebolnya bendungan Sungai Cikapundung, 25 November 1945
Malapetaka lain terjadi di Bandung, yakni dgn jebolnya bendungan Sungai Cikapundung yg terjadi pada malam hari tanggal 25 November 1945. Jebolnya bendungan ini mengakibatkan banjir besar & menelan ratusan korban & ribuan penduduk yg kehilangan tempat tinggal.
Keadaan Bandung ketika itu dimanfaatkan oleh tentara sekutu & NICA untuk menyerang rakyat yg sedang tertimba musibah. Akhirnya kota Bandung terbagi enjadi dua kepingan, yaitu Bandung Utara & Bandung Selatan. Tentara sekutu berhasil menduduki kawasan Bandung Utara & Republik Indonesia cuma menduduki Bandung Selatan dgn jalur kereta api sebagai batas wilayah mereka.
- Sekutu semakin menekan
Sejak kedatangan sekutu & NICA di Bandung semakin menjinjing ancaman, ditambah Bandung Utara sudah berhasil di kuasai. Setiap harinya perang antara pejuang & sekutu terus terjadi. Pada tanggal 5 Desember 1945 Sekutu melancarkan kembali aksinya dgn membombardir daerah Lengkong Besar.
Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris kembali menjatuhkan bom & rentetan tembakan di Cicadas. Masyarakat Bandung yg sudah banyak kehilangan tempat tinggal akibat jebolnya bendungan Sungai Cikapundung, semakin melemah & stress untuk melawan sekutu balasan pemboman ini.
- Ultinatum kedua, 23 Maret 1934
Melihat para pejuang & TRI (TKR ketika itu berganti nama menjadi TRI) kian melemah, Sekutu Inggris & NICA kembali memperlihatkan ultinatum pada TRI untuk mundur sejauh 11 km dr sentra kota dlm waktu 24 Jam. TRI yg ketika itu dipimpin oleh Kolonel A.H.Nasution (Komandan Divisi III) menuruti perintah pemerintah RI Pusat (melalui Syarifuddin Prawiranegara) untuk segera meninggalkan Bandung.
Keputusan yg diambil TRI menemukan kontra dr Markas Besar TRI yg bertempat di Yogyakarta, mereka mengharapkan wilayah Bandung tetap dipertahankan & dijaga walaupun mesti mengorbankan nyawa. Akhirnya diambilah keputusan supaya rakyat Bandung mundur, & para TRI serta laskar-laskar perjuang (Laskar Rakyat, Barisan Banteng, Barisan Merah, Laskar Wanita, Siliwangi, Pelajar Pejuang) tetap bertahan & berjuang untuk mempertahankan Bandung Selatan. Walaupun pada akhirnya para pejuang pula ikut mengungsi, alasannya adalah keadaan yg kian melemah & tak memungkinkan untuk melawan musuh.
- Keputusan untuk Membumi Hanguskan Bandung
Melihat keadaan yg semakin melemah, mendorong TRI untuk melakukan operasi “Bumi Hangus”. Keputusan untuk meninggalkan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) yg dihadiri oleh semua barisan usaha. Tindakan pembumi hangusan, diusulkan oleh Rukana (Komandan Polisi Militer di Bandung) & disepakati oleh Kolonel A.H Nasution yg mengistruksikan supaya seluruh rakyat segera meninggalkan Bandung.
Saat itu pula rakyat mengungsi dlm jumlah rombongan besar ke berbagai kawasan, mirip Soreang, Dayeuh Kolot, Cicalengka, Pangelangan. Mereka semua mengungsi meninggalkan harta benda & hanya menjinjing barang seadanya. Rakyat pun mundur & Bandung siap dikosongkan. Pengosongan yg pula disertai pembakaran kota, rumah-rumah & gedung-gedung dibakar oleh masyarakat & para pejuang.
Artikel terkait :
Kronologis
Para pejuang Republik Indonesia yg sangat tak rela jikalau kotanya diambil oleh pihak musuh & bahwasanya keputusan untuk mundur sungguh menyakiti hati para pejuang. Akhbar (anggota Laskar Pemuda) saat itu menyatakan ketidakrelaannya bila Bandung dikuasai sekutu, berkata :
“Kami waktu itu sudah diajari oleh Jepang ihwal politik bumi hangus, & kami tidakrela kembali di jajah. Jadi tatkala kami mundur, semua rumah dibakar oleh pemiliknya”.
TRI pun melancarkan serangan terus menerus ke pos-pos tentara sekutu. Malam itu sejalan dgn pengosongan rakyat yg mengungsi, pembakaran pun terjadi dimana-dimana. Bangunan pertama yg dibakar ialah bangunan Indische Restaurant (Saat ini lokasinya sekitar Bank BRI Jalan Asia Afrika) sekitar pukul 21.oo
Di tengah-tengah peperangan andal para pejuang & sekutu, munculah sosok perjaka berumur 19 tahun yg bernama Mohammad Toha & Mohammad Ramdan yg menjalankan misi untuk meledakkan gudang mesiu memakai granat tangan, sehingga menjadikan kota Bandung diselimuti oleh api yg berkobar. Persitiwa ini dikenang dgn nama Bandung Lautan Api. Kedua perjaka itu rela mengorbankan nyawa mereka gugur dlm ledakan dahsyat itu, demi menjalankan tugas untuk bangsa & negara semoga tak kembali di jajah.
Langkah kedua perjaka itupun disertai oleh seluruh warga Bandung, mereka membakar sendiri rumah-rumah mereka. Bandung yg sudah diledakkan pun betul-betul menjadi lautan api. Iin (75) masih mengenang peristiwa itu, ia ingat dikala ayahnya sendiri aben rumah mereka di Kebon Kalapa bersaksi :
“Supaya tak jatuh ke tangan Belanda, Bapak rela bakar rumah. Saya masih kecil waktu itu & mengungsi ke Bale Endah”. kata Iin
Ribuan warga Bandung yang lain melaksanakan hal sama. Lebih baik membakar rumah dibandingkan dengan membiarkannya jatuh ke tangan sekutu. Saksi mata yg melihat dr ketinggian melihatnya mirip lautan api alasannya adalah Bandung terbakar di mana-mana & asap meroket.
Dampak dr Peristiwa Bandung Lautan Api
Dampak dr kejadian Bandung Lautan api paling besar dialami oleh masyarakat Bandung, harta benda yg mereka miliki hangus terbakar & banyak sekali infrastruktur bangunan pula lenyap ditelan api. Sedangkan sekutu bisa dibilang tak menemukan kerugian apapun dibanding yg di alami penduduk Bandung. Karena sejak permulaan tujuan sekutu hanya satu, selain menguasai pula menghancurkan Bandung.
Beberapa bangunan milik sekutu yg di rancangan cukup kuat, terbukti bertahan ditengah penghancuran oleh TKR & beberapa bangunan yg cukup rusakpun masih bisa diperbaiki. Dua tahun setelah terjadinya kejadian heroik itu, tentara Belanda menguasai Bandung pasca dibuatnya Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948. Belanda memaksa pemerintah Indonesia untuk mengosongkan kawasan Jawa Barat dr seluruh pasukan Republik Indonesia.
Disusul dgn kegagalan dr Agresi Militer yg dialami oleh pejuang Indonesia, pada 20 Juli – 4 Agustus 1947 & gencatan senjata pun dilanggar oleh Belanda yg terus merusak basis kekuatan tentara Indonesia. Upaya Belanda terus dijalankan kurang lebih enam bulan lamanya, jadinya pasukan Indonesia dr divisi Siliwangi akhirnya pindah ke Jawa Tengah hingga dgn Februari 1948.
Tokoh yg Berperan
- Mohammad Toha
Mohmmad Toha yakni seorang komandan dr kelompok milisi pejuang pada era Perang Kemerdekaan Indonesia yg berjulukan Barisan Rakyat Indonesia (BRI) yg lahir di Bandung 1927 dr pasangan Suganda & Nariah. Nama Mohammad Toha diketahui selaku pahlawan dlm insiden bersejarah Bandung Lautan Api tanggal 23 Maret 1946.
Toha menjadi yatim saat umur dua tahun, kemudian Ibunya menikah dgn pamannya (adik Suganda) yakni Suganti. Namun pernikahan itu tak berlangsung lama, & Toha kecil diasuk oleh kakeh & neneknya yakni Jahiri & Oneng. Toha memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) yaitu Volk School dikala usia tujuh tahun sampai kelas empat, alasannya muncul Perang Dunia II mengharuskan pendidikan Toha untuk terhenti.
Sejak dikala itu, Toha mulai mengenal dunia militer pada masa pemerintahan Jepang melalui organisasi Seinendan, yaitu organisasi buatan Jepang yg didirikan pada 29 April 1423. Selain itu Toha selepas pendidikannya terhenti, Toha menghabiskan masa remajanya di bengkel motor milik pasukan militer Jepang dima ia memperoleh kemampuan berbahasa Jepang.
Setelah Indonesia merdeka , pada 17 Agustus 1945 Toha mulai bergabung & menjabat selaku Komandan Seksi I Bagian Penggempur di Barisan Benteng Republik Indonesia (BBRI), yg pula merupakan campuran dr badan perjuangan pimpinan paman Toha, Ben Alamsyah di Barisan Rakyat Indonesia (BRI) & Barisan Pelopor yg dipimpin oleh Anwar Sutan Pamuncak.
Pada tanggal 23-24 Maret 1946, warga Bandung melaksanakan pembumi hangusan wilayah Bantuk selaku bentuk perlawanan dr ultinatum yg dikeluarakan sekutu untuk meninggalkan Bandung. Peristiwa bersejarah yg diketahui dgn Bandung Lautan Api ini dikerjakan sesudah penyelenggaraan Musyawarah Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) atas perintah dr Komandan divisi III Kolonel A.H Nasution.
Dalam peristiwa inilah Mohammad Toha beserta Mohammad Ramdan diyakini gugur tatkala meledakkan gudang mesiu paling besar di Dayeuh Kolot dgn dinamit & garnat tangan. Atas gugurnya Toha dlm menjalankan misinya, Toha pun diangkat menjadi tokoh pahlawan nasional & sekarang namanya menjadi nama jalan terpanjang di Bandung Selatan.
Artikel terkait :
2. Kolonel A.H Nasution
A.H Nasution, lahir di Sumatera Utara, 3 Desember 1918 yakni salah satu tokoh utama yg mencetuskan ide untuk melawan tentara sekutu dgn membumi hanguskan Bandung, disamping itu ia pula tokoh yg menjadi target dlm Peristiwa G30S/PKI 1965 . Menurut Nasutiion pembumi hangusan adalah salah satu teknik gerilya, alasannya adalah kondisi sudah kian genting tatkala pasukan sekutu sudah berhasil menduduki wilayah Bandung Utara.
Nasution yg dikala itu menjabat sebagai Panglima Divisi I Siliwangi menunjukkan perintah agar semua rakyat keluar dr Bandung sebelum pukul 24.00 & para tentara ia perintahkan untuk bumi hangus semua bangunan yg ada di Bandung, karenanya pasukan sekutu tak bisa mempergunakan infrastruktur Bandung sebagai markas mereka. Tindakan Nasution mendapatkan pertidaksetujuan dr divisi TRI Yogyakarta, mereka menilai Nasution tak mau menjaga Bandung.
Nasution berargumentasi tak ingin mengorbankan 4 divisi yg ia miliki, mengingat tekanan dr sekutu makin merajalela.
“Kalau musuh akan menduduki Bandung, mereka akan menerima puing-puing bekas pembumi hangusan & empat batalyon saya akan tetap utuh & tiap malam masih bisa melakukan gerilya di dlm kota” . kata Nasution di buku Sekitar Perang Kemerdekaan
Panglima Besar Jenderal Sudirman pula ikut mendukung ajuan Nasution & menandatangani Perintah Siasat No.1 yg isinya dalah langkah-langkah bumi hangus.
“Untuk menghadapi serangan Belanda, kita perlu menciptakan kantung-kantung gerilya & menjalankan siasat bumi hangus”. Tutur Nasution di buku Jenderal Tanpa Pasukan Politisi Tanpa Partai
Nasution yg pula merupakan wakil Jenderal Sudirman, eksklusif memerintahkan psukannya untuk melaksanakan persiapan bumi hangus tersebut.
Saya instruksikan panglima-panglima divisi I, II, II & IV untuk mengadakan latihan biasa menyelubungi antisipasi bumi hangus & basis gerilya yg telah diprogramkan. -A.H Nasution
Perang gerilya dgn teknik bumi hangus pun begitu terkenal. Tatkala Presiden Sukarno melaksanakan perjalanan ke Burma, tahun 1950 teknik itu dinyatakan pribadi oleh petinggi Burma pada Sukarno. Secara berkelakar Sukarno langsung menunjuk Nasution yg dikala itu sedang mendampinginya & berkata ke hadapan hadirin yg hadir “Dia yg melaksanakan bumi hangus”.
Mengenang Peristiwa Bandung Lautan Api
Atas kejadian bersejarah sesudah proklamasi tersebut, diperingatilah 23 Maret selaku Hari Peringatan Bandung Lautan Api, & dibangun tugu Bandung Lautan Api di Tegalega. Serta aksi yg dilaksanakan oleh Mohammad Toha & Mohammad Ridwan, difilmkan dgn judul “Toha Pahlawan Bandung Selatan” & nama Mohammad Ramdan & Mohammad Toha diabadikan menjadi sebuah nama jalan di sentra kota Bandung.
- Monumen Bandung Lautan Api
Monumen Bandung Lautan api yaitu monumen yg menjadi markah tanah Bandung, setinggi 45 meter & mempunyai segi sebanyak 9 bidang. Monumen ini berada di tengah-tengah kota di kawangan Lapangan Tegallega & selalu menjadi sentra perhatian setiap tanggal 23 Maret.
- Film Toha, Pahlawan Bandung Selatan
Toha, Pahlawan Bandung Selatan adalah film Indonesia yg dibuat pada tahun 1961 dgn disutradarai oleh Usmar Ismail. Kisah kepahlawanan Mohammad Toha yg sukses meledakkan gudang mesiu milik Belanda hingga membuat pertahanan Belanda lumpuh. Film ini diawali dgn penggambaran suasana masyarakat Bandung ketika peralihan dr jajahan Jepang ke Belanda yg di dukung Inggris, sementara Indonesia sudah menyatakan kemerdekannya. Selain itu, muncul pula tokoh Toha yg melihat ketikadilan & penindasan, yg menciptakan Toha berani mengorbankan dirinya untuk tanah kelahirannya.
- Jalan Moh.Toha
Jalan Moh. Toha adalah salah satu jalan terpanjang di kota Bandung, yg membelah kota mulai dr persimpangan empat Jalan Bolonggede – Jalan Pungkur – Jalan Moh Toha hingga ke Jalan Raya Dayeuhkolot. Jalan ini pula menyambungkan Kota Bandung & Kabupaten Bandung.
Jalan ini melalui jalan-jalan paling penting di kota Bandung, seperti Jalan Ibu Inggit Garnasih (dulu Jalan Ciateul), kawasan Tegallega & memotong Jalan Soekarno Hatta yg cukup panjang di Bandung. Tatkala belum ada Jalan Soekarno Hatta (By pass), Jalan Moh Toha mulai dr Tegallega sampai tempat industri, sering disebut dgn Jalan Cigereleng.
Ditepi jalan masih jarang rumah, hanya ada kolam & sawah di sepanjang tempat itu yg saat ini mulai berganti setelah ada Jalan Soekarno Hatta & pintu tol Purbaleunyi. Kawasan ini menjadi tempat berikat, sesudah memasuki Kabupaten Bandung & Perbatasan Kota yg berada di jembatan tol Padaleunyi.
Diujung jalan kawasan Dayeuh Kolot pula terdapat tempat bekas gedung mesiua sekutu yg dibom oleh Moh Toha & rekannya Moh Ramdan yg gugur dlm pengeboman tersebut. Untung mengenangnya, berdiri pula monumen Moh Toha pada tahun 1990 yg sudah direnovasi pemerintah setempat. Monumen ini berdiri diantara tepi kolam, disampingnya ada plakat yg berisi daftar prajurit yg sudah gugur dikala insiden Bandung Lautan Api & diseberang kolam belakang terdapat relief.
Monumen ini berdiri kokoh berbentukapi yg menyala yg sedang didadki oleh orang berseragam tentara, & diatasnya berdiri seorang tentara sambil memegang bom. Selain nama jalan untuk mengenang Moh Toha, ada pula sekolah yg di dirikan berjulukan Sekolah Dasar Moh Toha yg akrab ITC Kebon Kalapa. Kodam III Siliwangi pula mengabadikan nama Mohammad Toha selaku nama suatu gedung di Kologdam di Jalan Aceh.
- Lagu untuk Mengenang Peristiwa
Selang beberapa tahun kemudian, lagu “Halo-Halo Bandung” ditulis untuk mengenang insiden Bandung Lautan Api. Lirik lagu ini melambangkan kondisi emosi rakyat Bandung ketika itu, seiring janji akan kembali ke kota tersayang mereka yg telah menjadi lautan api.
Halo-halo Bandung
Ibukota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dgn kau
Sekarang sudah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Asal Istilah Bandung Lautan Api
Istilah dr Bandung Lautan Api populer sesudah insiden pembumi hangsuan tersebut. Kolonel A.H Nasution dlm pertemuannya di Regentsweg (Sekarang Jalan Dewi Sartika) kembali dr pertemuan dgn Sutan Sjahrir (yang pula terlibat dlm Peristiwa Rengasdengklok ) di Jakarta, menetapkan seni manajemen yg dilaksanakan untuk wilayah Bandung setelah menerima ultinatum kedua dr sekutu.
Jadi saya kembali dr Jakarta, sesudah bicara dgn Sjahrir. Dalam obrolan itu di Regentsweg, berbicalah siapa saja. Nah, disitu timbul usulan dr Rukana (Komandan Polisi Militer di Bandung), “Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api”. Yang ia sebut lautan api, tetepi bergotong-royong lautan air” – kata A.H Nasution
Istilah Bandung Lautan Api timbul di harian Suara Merdeka, pada tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda, Atje Bastaman bersaksi telah menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dr bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garuk. Dari puncak bukit itu, Atje Bastaman menyaksikan Bandung yg memerah dr Cicadas sampai dgn Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Atje Bastama dgn semangat segera menulis gosip modern & memberikan judul “Bandoeng Djadi Laoetan Api”. Namun karena kurangnya kapasitas ruang untuk goresan pena judulnya, maka judul beritapun ia perpendek menjadi “Bandoeng Laoetan Api”.
[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]
- Agresi Militer Belanda 2
- Perundingan Hooge Valuwe
- Masa Penjajahan Belanda di Indonesia
- Perang Kamang
- Sejarah Paskibraka
- Sejarah Sumpah Pemuda
[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]
[one_third]
- Biografi W.R. Soepratman
- Pertempuran Medan Area
- Sejarah Pembela Tanah Air
- Sejarah Great Wall China
- Sejarah 12 Kerajaan Islam Di Indonesia
- Sejarah Great Wall China
- Sejarah PETA
- Sejarah Benua Amerika
- Sejarah Berdirinya Budi Utomo
- Sejarah PKI
- Sejarah Lagu Indonesia Raya
- Sejarah Burung Garuda
- Sejarah Bahasa Indonesia
- Sejarah Patung Pancoran
- Sejarah Televisi di Indonesia
- Sejarah Jembatan Ampera
- Pahlawan Nasional Wanita
- Sejarah Kerajaan Majapahit
- Sejarah 12 Kerajaan Islam Di Indonesia
- Sejarah Perjanjian Tordesillas
- Sejarah Kota Tua Jakarta
- Sejarah Brunei Darussalam
- Sejarah Bank Indonesia
[/one_third]
[one_third]
- Sejarah Islam di Indonesia
- Sejarah Danau Toba
- Sejarah Gitar
- Sejarah Alat Musik Angklung
- Sejarah Sepak Bola
- Sejarah Danau Singkarak
- Sejarah Minangkabau
- Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara
- Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah
- Sejarah Situs Ratu Boko
- Sejarah Partai Nasional Indonesia
- Sejarah Lahirnya TNI
- Sejarah Indische Partij
- Arti Tut Wuri Handayani
- Sejarah Candi Gedong Songo
- Candi Peninggalan Agama Hindu
- Candi Peninggalan Budha
- Perkembangan Nasionalisme Indonesia
- Sejarah PETA
- Sejarah Benua Amerika
[/one_third]
[one_third_last]
- Sejarah Konstantinopel
- Sejarah Rusia
- Sejarah Kerajaan Tarumanegara
- Sejarah Kerajaan Sriwijaya
- Peristiwa G30S/PKI
- Sejarah Nazi
- Sejarah Pembentukan PPKI
- Sejarah Google
- Sejarah MPR
- Sejarah Jakarta
- Perang Gerilya Indonesia
- Perjuangan Pembebasan Irian Barat
- Asal Usul Nusantara
- Sejarah Pengembalian Irian Barat
- Sejarah Runtuhnya Uni Soviet
- Penyebab Terjadinya Pertempuran Ambarawa
- Sejarah Timor Timur
- Sejarah Perumusan UUD 1945
[/one_third_last]
[/toggle]
[/accordion]