Sejarah Freeport Indonesia, siapa yg tak tahu perusahaan raksasa yg bergerak dlm bidang tambang emas tersebut? Sayang seribu sayang, walaupun nama perusahaan tersebut kata “Indonesia”, tetapi, justru penduduk harus rela menghisap ibu jari sekali lagi. Bagaimana tidak? Kontribusi PT Freeport Indonesia terbilang sangat kurang untuk Indonesia yg cuma mendapat laba yg sungguh kecil jika dibandingkan keuntungan yg diperoleh perusahaan itu sendiri. Yang lebih menciptakan miris adalah eksploitasi hutan yg tiada henti & rupa – rupanya memang tak mampu dilarang. Eksploitasi ini bukan menguntungkan, malah merugikan bagi kelancaran hidup & ekosistem sekitar.
Baca Juga :
Sejarah Freeport
Masih teringat beberapa tahun lalu penduduk papua dgn keras melawan PT Freeport Indonesia, mulai dr memukul & melempari watu sampai ada yg rela mati. Saat itu memang proyek tersebut sedang hangat – hangatnya untuk diperbincangkan & diberitakan saban hari oleh media. Informasi yg menghujani penduduk lewat media cetak, televisi & internet tersebut perlahan – lahan menciptakan penduduk luar Papua pula sadar bahwa kekayaan alam Indonesia sedang dikeruk habis – habisan.
Seperti insan yg tak pernah kenyang, PT Freeport Indonesia terus menerus memperpanjang kontrak dgn pemerintah. Hal ini menciptakan nyaris seluruh lapisan penduduk kecewa, Anda pula pasti pernah membaca artikel wacana ini atau membaca status atau cuitan teman Anda yg kecewa akan hal ini. Karena hal ini bukanlah hal yg ajaib lagi. (Baca juga: Sejarah Hari Valentine)
Sejarah Freeport Sebagai Kekayaan Negeri
Sebelumnya, pak Harto & Washington telah memiliki persetujuan (MOU) bahwa jika Soekarno sukses dilengserkan, maka balasannya ialah kekayaan negeri kita. Hal itu terbukti pada peristiwa konferensi berandal Rockfeller & mafia Berkeley & beberapa lainnya di Jenewa – Swiss pada bulan November 1967. Tragedi itu menjadi bukti yg tak mampu di tepis lagi bahwa ada perjanjian yg merugikan ratusan pula penduduk Indonesia. Padahal, negara Indonesia gres saja merdeka, kafe ingin membuka lembaran baru tanpa penjajah dr luar negeri. Indonesia merdeka Indonesia jaya lagi – lagi cuma rampung menjadi isapan jempol belaka. (Baca Juga : Sejarah Makanan Khas Palembang)
Rezim pak Harto kembali mengulang masa – masa penjajahan, namun kali ini, terdapat orang Indonesia pula yg menjajah negaranya sendiri untuk laba pribadi. Memang, saat jaman pak Harto semua barang terhitung murah. Bensin murah, kebutuhan hidup murah, tak perlu berpikir keras untuk bertahan hidup waktu itu. Namun, utang negara meledak sedangkan pak Harto menikmati pundi – pundi rupiah yg didapatnya dr mega proyek yg ia jalankan. Bagaimana tak kecewa bangsa ini pada dia? (Baca juga: Sejarah OSIS)
Kembali ke Sejarah Freeport Indonesia, literatur tentang pegunungan salju di Papua ini adalah dr Kapten Johan Carstensz yg tengah berlayar ke selatan pada tahun 1623 di perairan selatan papua. Tidak disangka – sangka, ia melihat sebuah panorama yg sungguh ajaib, yaitu kilauan salju. Hal itu kemudian ia tuliskan dlm buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623. Isi dr literatur tersebut yakni ihwal gunung yg sangat tinggi sehingga bab ujungnya tertutupi oleh salju. Namun ketika itu, catatan dr kapten Johan ini dinilai selaku suatu kebohongan. Orang – orang tak yakin jikalau ada gunung yg sungguh tinggi hingga ada tumpukan salju di bagian atas dr gunung. Memang pada dikala itu masih mempunyai pedoman yg primitive. (Baca Juga : Sejarah Pembentukan PPKI)
Catatan kapten Johan inilah yg menciptakan KNAG kepincut untuk mencari gunung es tersebut. Namun sayangnya, di percobaan yg pertama, KNAG gagal mendapatkan gunung es tersebut. Namun itu tak menyurutkan semangat KNAG & pihak Belanda. Mereka justru kian dibentuk penasaran terhadap wilayah Papua. Satu hal yg menarik ialah, peta Papua pertama kali dibuat dr ekspedisi militer pada tahun 1907 hingga sekitar 1915. Hal ini mendorong banyak ilmuwan untuk mencari tahu & mendaki ke gunung salju tersebut. Karena rasa penasaran pada seseorang yg sungguh tinggi, menciptakan mereka bertekad untuk mendaki ke gunung yg tinggi itu. (Baca juga: Sejarah Candi Mendut)
Ada beberapa ekspedisi yg dikerjakan oleh Belanda, yg pertama yaitu ekspedisi yg dilaksanakan oleh Dr. HA. Lorentz & Kapten A. Franzen Henderschee. Ekspedisi ini dikerjakan dgn target meraih puncak Wihelmina (sekarang pula disebut dgn Puncak Sudirman) dgn tinggi kira – kira 4.750 meter. Belakangan ini nama Lorentz tengah digunakan untuk nama salah satu Taman Nasional di wilayah suku Asmat di pantai selatan. Anda bisa melihatnya di Taman Nasional Asmat yg saat ini dijadikan sebagai salah satu tempat obyek wisata juga.
Baca Juga :
Kekecawaan Bangsa Terhadap Freeport
Kekecewaan terus berlanjut, bahkan ada postingan yg membandingkan pemerintahan Soekarno & Soeharto. Secara singkat Soekarno selalu berpegang teguh untuk mempertahankan kekayaan alam Indonesia hingga orang Indonesia sendiri sanggup untuk menciptakan mesin berteknologi mutakhir & mengolah kekayaan alamnya. Namun sebaliknya, jaman Soeharto malah seakan menyambut dgn besar hati kedatangan orang – orang bertopeng investor untuk mengeruk untung yg begitu besar. Tanpa alih-alih mereka berani mengeklploitasi sumber daya alam yg dimiliki negeri kita. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Tarumanegara)
Awal mula Pt Freeport Indonesia bisa dikatakan cukup unik. Tahun 1904 – 1905 terdapat suatu forum swasta yg berasal dr Belanda bernama KNAG (Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap). Lembaga tersebut adalah forum geografi kerajaan Belanda yg melaksanakan ekspedisi ke salah satu bagian Papua. Tujuan utama dr ekspedisi tersebut ialah untuk mendatangi pegunungan salju, yg kabar – kabarnya ada di Papua. Tapi, seiring berjalannya waktu, emas Papua lah yg kini dihabisi tanpa ampun. Di sisi yg lain, penduduk sekitar pula masih terlihat tak ada pergantian yg signifikan. Dilihat sekilas pasti kita tahu mereka masih berada di garis kemiskinan. Bagaimana mampu mereka selaku penduduk lokal tak mendapatkan manfaat apa – apa dr mega proyek ini? Sangat ironis. Pembangunan merajalela, pertiwi pun tergadai oleh keserakahan insan.
Baca juga:
Sudah merupakan diam-diam umum bila di permulaan kekuasaan pak Harto, sumber daya alam Indonesia yg melimpah diserahkan pada pihak lain yakni negara barat yg dipimpin oleh Amerika Serikat. Mengapa seperti itu? Pak Harto sudah terkenal namanya, diterbitkan di majalah majalah dlm maupun mancanegara bahwa pak Harto termasuk salah satu presiden dgn jumlah korupsi tertinggi. Informasi itu sudah sungguh menggambarkan kenapa pak Harto ingin secepatnya kekayaan Indonesia ini dimasak oleh orang luar meskipun Indonesia cuma kecipratan beberapa tetes air yg tak sebanding dgn teladas yg dirasakan oleh pihak asing yg mengolah kekayaan kita. Kita selaku pemilik hanya mencicipi setitik nila saja tanpa mengenali keuntungan yg di raup oleh orang asing. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Sriwijaya)
Pencapaian Target Freeport
Sekitar tahun 1930, terdapat dua cowok Belanda bernama Dozy & Colijn. Mereka adalah pegawai dr perusahaan minyak NNGPM. Perusahaan tersebut berniat untuk menggapai pincak Cartenz. Mereka sungguh serius untuk meraih target tersebut. Kegigihan mereka dlm mencapai puncak Cartensz ini menjadi awal mula bagi pembukaan tambang besar di Papua 35 tahun kemudian. Hingga kini, kegigihan tersebut mampu dirasakan hasilnya.
Baca juga:
Ekspedisi selanjutnya dilaksanakan pada tahun 1936. Jean Jacques Dozy mendapatkan cadangan Ertsberg atau bisa pula disebut gunung bijih. Lalu, kemudian ia menjinjing bebatuan ini ke Belanda untuk diteliti lebih lanjut. Setelah lumayan lama, seorang Jan Van Gruisen yg berprofesi selaku Managing Director perusahaan Oost Maatchappij, yg sudah berhasil mengeksploitasi tambang watu bara di Kalimantan & Sulawesi Tenggara dgn mitra lamanya Forbes Wilson. Forbes Wilson sendiri yakni seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur Company yg berkonsentrasi pada tambang belerang yg terdapat di bawah bahari. Setelah itu, Van Gruisen meminta Wilson untuk mendanai ekspedisinya ke gunung bijih untuk mengambil pola bebatuan kemudian mengecek serta melaksanakan penelitian yg tentu saja membutuhkan dana cukup besar. Wilson saat itu merupakan salah seorang investor yg gampang untuk diajak bekerjasama. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Demak)
Seperti yg dijelaskan di atas, awal periode Soeharto, pemerintah menjadi berganti. Pemerintah menjadi asngat konsentrasi pada perubahan kondisi ekonomi Indonesia dgn segala cara. Namun sayangnya, cara cepat yg dipakai pak Harto malah berbalik menjadi boomerang sekarang. Saat itu, Pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan undang – undang modal asing (UU No. 1 Tahun 1967). Undang-Undang inilah yg berlaku & sungguh bermanfaat bagi bangsa Indonesia dlm pencegahan eksploitasi Sumber Daya Alam milik Indonesia. (Baca juga: Sejarah Catur)
Terbitnya undang – undang tersebut menciptakan Langbourne Williams yg menjabat sebagai pimpinan tertinggi Freeport pada dikala itu. Setelah itu, ia bertemu dgn Julius Tahija yg tengah memimpin perusahaan Texaco pada zaman pak Harto & dilanjutkan dgn pertemuan dgn Ibnu Sutowo selaku mentri pertambangan & perminyakan minyak Indonesia pada zaman itu. Singkat cerita, dlm pertemuan tersebut Williams meminta semoga Freeport mampu meneruskan proyek Ertsberg. Setelah sekian pertemuan, risikonya Freeport sukses menerima izin dr pemerintah untuk melanjutkan mega proyek tersebut pada tahun 1967. Kontrak tersebut menjadi kontrak karya pertama Freeport. Kontrak karya tersebut pula dipakai Julius Tahija untuk menenteng nama Indonesia ke mancanegara, & pula mempromosikan bahwa undang – undang modal asing sudah terbit seutuhnya. Undang-Undang ini pun diberlakukan dengan-cara efektif & benar-benar diberdayakan sebagai pencegahan ekslpoitasi Sumber Daya Alam kekayaan akan Indonesia. (Baca Juga : Peradaban Yunani)
Pada awalnya, tepatnya sebelum 1967, wilayah Timika ialah hutan belantara. Barulah ketika Freeport mulai beroperasi, penduduk banyak yg pindah ke wilayah Timika & wilayah sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan penduduk di wilayah Timika meningkat. Pada tahun 1970, Freeport bersama pemerintah membangun rumah penduduk yg layak huni di suatu jalan berjulukan Kamuki. Selain itu, pula ada perumahan yg dibangun di sekeliling selatan Bandar udara yg ketika ini telah menjadi Kota Timika. Perlu diketahui pula, bahwa kota Timika kini menjadi salah satu kota besar sebagai kota sentra di Papua. (Baca juga: Sejarah Kota Tua Jakarta)
Daftar Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia
Perubahan – pergantian terus terjadi, & kelihatannya pemerintah pula membiarkan Freeport terus mengeruk kekayaan Indonesia dgn imbalan yg tak seberapa. Ini terbukti dgn kontrak karya yg terus berlangsung mulus hingga kini. Berikut yakni daftar kontrak karya dr PT Freeport Indonesia pada pemerintah Indonesia. Hingga dikala ini, kontrak karya pun belum berganti. (Baca Juga : Sejarah Catur)
- 1967 – Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) sejak mulai beroperasi tahun 1973 berlaku selama 30 tahun
- 1988 – Freeport memperoleh cadangan Grasberg. Investasi yg besar & risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi jangka panjang.
- 1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) berlaku 30 tahun dgn periode buatan akan berakhir pada tahun 2021. Tidak cuma itu, PT Freeport Indonesia pula berkemungkinan memperpanjangan 2×10 tahun (hingga tahun 2041).
Baca Juga :
Cukup miris pula mendengar kontrak Freeport terus diperpanjang, 30 tahun tentu waktu yg sungguh cukup untuk mengeruk semua emas di Papua dgn teknologi yg super mutakhir. Bagaimana menurut Anda perihal PT Freeport Indonesia ini? Semua tergantung dr sudut pandang kita masing-masing. Karena setiap kepala selalu memiliki fatwa yg berlainan. Kepala setiap orang berlawanan-beda, tetapi hal itu mampu disatukan, bila kita memakai hati. Salam!
[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait” state=”closed”]
- Sejarah Burung Garuda
- Perkembangan Nasionalisme Indonesia
- Sejarah Sumpah Pemuda
- Sejarah Candi Mendut
- Sejarah Candi Gedong Songo
- Sejarah Candi Kalasan
- Sejarah Hari Valentine
- Sejarah Gudeg
- Sejarah Kota Semarang
- Sejarah Kota Pontianak
- Sejarah Candi Ratu Boko
- Sejarah Kota Surabaya
- Sejarah Candi Cetho
- Sejarah Bakso
[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]
- Sejarah Kota Tua Jakarta
- Sejarah Olahraga Renang
- Sejarah Sepak Bola
- Sejarah Hari Ibu
- Sejarah Patung Pancoran
- Sejarah Televisi di Indonesia
- Sejarah Jembatan Ampera
- Sejarah Danau Toba
- Sejarah Alat Musik Angklung
- Sejarah Istana Al Hamra
- Sejarah Benua Australia
- Sejarah Grand Canyon di Amerika Serikat
- Arti Tut Wuri Handayani
- Sejarah Benua Amerika
- Sejarah Rusia
- Sejarah Runtuhnya Bani Ummayah
- Agresi Militer Belanda 2
- Sejarah Kerajaan Islam Di Indonesia
- Sejarah Ka’bah
- Sejarah Danau Singkarak
- Perundingan Hooge Valuwe
- Peradaban Yunani
- Perjuangan Pembebasan Irian Barat
- Sejarah Islam di Indonesia
- Sejarah Benua Asia
[/toggle]
[/accordion]